Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus..[5]
Satu persoalan besar dari jemaat di Korintus adalah usahanya untuk mengalami berkat Allah sementara tetap menolak untuk memisahkan dirinya dari cara-cara dunia yang jahat:
Yesus sendiri mengingatkan bahwa jemaat manapun yang membiarkan kebiasaan dunia yang berdosa atau penyimpangan kebenaran alkitabiah memasuki persekutuannya (lihat Wahyu 2:20) akan ditolak oleh Dia dan akan kehilangan tempatnya dalam kerajaan Allah (bandingkan Wahyu 2:5,16; 3:15–16). Roh mengajak gereja semacam itu untuk bertobat dengan tulus (1 Korintus 5:2), memisahkan diri dari dunia (2 Korintus 6:16–18), dan "menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah" (2 Korintus 7:1).[6]
^Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
^John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.