Zheng Pingru
Zheng Pingru (1918 - Februari 1940) adalah seorang sosialita dan agen mata-mata Tiongkok yang mengumpulkan data intelijen Tentara Kekaisaran Jepang selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua. Dia dieksekusi setelah gagal dalam upayanya untuk membunuh Ding Mocun, kepala keamanan pemerintahan boneka Jepang. Kehidupannya diyakini menjadi inspirasi novella Lust, Caution karya Eileen Chang, yang kemudian diadaptasi menjadi film oleh sutradara Ang Lee, tahun 2007 dengan judul yang sama. Kehidupan awalZheng Pingru lahir tahun 1918[1] di Lanxi, provinsi Zhejiang, Tiongkok.[2] Ayahnya, Zheng Yue (鄭鉞) atau dikenal juga dengan nama Zheng Yingbo (鄭英伯), adalah seorang revolusioner Nasionalis dan pengikut Sun Yat-sen. Saat menjadi mahasiswa di Jepang, Zheng Yue menikahi seorang wanita Jepang, Hanako Kimura (木村花子 ), yang mengadopsi nama Tionghoa, Zheng Huajun (鄭華君).[3] Mereka memiliki dua putra dan tiga putri, Pingru adalah anak kedua, putri tertua.[4] Zheng Pingru dapat berbicara bahasa Jepang dengan lancar dari ibunya.[5] Ia dibesarkan di Shanghai, tempat ayahnya mengajar di Universitas Fudan.[4] Dia belajar di Sekolah Tinggi Politik dan Hukum Shanghai, dia pernah tampil dengan sekelompok aktor dari Universitas Datong.[5] Ia menjadi sosialita terkenal dan muncul di sampul majalah bergambar populer The Young Companion (Liangyou) pada tahun 1937.[6] Meskipun keluarganya setengah-Jepang, mereka sangat menentang agresi Jepang terhadap Tiongkok. Ketika Jepang menginvasi Manchuria tahun 1931 dan menyerang Shanghai tahun 1932, Zheng dan saudara-saudaranya bergabung dalam protes anti-Jepang.[4] Mata-mata masa perangKetika Jepang menyerang Tiongkok tahun 1937 dan menduduki Shanghai setelah Pertempuran Shanghai, Zheng diam-diam bergabung dengan gerakan perlawanan dan menjadi agen mata-mata bawah tanah Kuomintang (Nasionalis).[7] Kemampuannya berbicara bahasa Jepang dan koneksi dari ibunya, membantu Zheng untuk memata-matai dan mengumpulkan informasi tentang Tentara Jepang.[2] Zheng terlibat dalam rencana pembunuhan Ding Mocun, kepala keamanan rezim boneka Jepang yang dipimpin oleh Wang Jingwei.[7] Ding dibenci karena bekerja sama dengan Jepang dan mendapat julukan "Tukang Daging Ding" karena mengeksekusi pejuang perlawanan anti-Jepang. Ding sebelumnya menjabat sebagai kepala sekolah menengah Zheng, sehingga dia ditugaskan untuk merayu dan memikatnya ke dalam jebakan.[4][6] Tahun 1939, Zheng mengatur beberapa pertemuan "kebetulan" dengan Ding dan kemudian menjadi pacarnya.[6] Pada 21 Desember 1939, Zheng menemani Ding makan malam di rumah temannya. Setelah makan malam, Zheng meminta Ding untuk mengantarnya ke Jalan Nanjing, sebuah jalan perbelanjaan terkenal di Shanghai. Ketika mobil yang mereka tumpangi melewati Toko Bulu Siberia, Zheng berkata bahwa dia ingin membeli mantel bulu dan memintanya untuk membantunya memilih mantel bulu tersebut. Dua pembunuh Kuomintang telah siap di dekat mereka, menunggu kesempatan untuk membunuh Ding. Saat berada di dalam toko, Ding menjadi curiga ketika dia melihat gelagat dua orang yang ada di luar dan ia tiba-tiba keluar dari toko dan berlari ke seberang jalan menuju mobilnya. Karena sudah ketahuan, para pembunuh langsung menembak ke arah mobil Ding, tetapi sopirnya sudah melesat tancap gas.[3][4] Setelah upayanya gagal, penyamaran Zheng terbongkar, dia ditangkap dan ditahan di markas intelijen Ding di Jalan Jessfield 76.[2][3] Pada Februari 1940, dia dieksekusi di dekat Jalan Zhongshan, Shanghai barat, pada usia 22 tahun.[2] WarisanPemerintah Kuomintang di Taiwan secara resmi menyatakan Zheng sebagai "martir",[8] dan Partai Komunis Tiongkok menyebutnya sebagai "pahlawan wanita anti-Jepang".[7] Sebuah patung peringatan Zheng Pingru diresmikan di Qingpu, Shanghai pada tahun 2009.[9] Kisah Zheng umumnya diyakini telah mengilhami karakter Wang Jiazhi (Wong Chia-chih) dalam novella "Lust, Caution", yang ditulis oleh Eileen Chang tahun 1979.[10][11] Chang mengetahui tentang Zheng dari mantan suaminya Hu Lancheng, yang menjabat sebagai pejabat propaganda di rezim Wang Jingwei.[4] Tahun 2007, novella tersebut diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama dan disutradarai oleh Ang Lee.[10] Dalam novella dan filmnya, tokoh Wang Jiazhi gagal membunuh karena dia telah jatuh cinta pada targetnya. Banyak protes terhadap tokoh Wang Jiazhi karena ceritanya dianggap "memutarbalikkan tindakan heroik Zheng."[7] Keluarga Zheng khususnya, merasa bahwa karakter Zheng dalam novella dan film tersebut tidak menghormati tokoh aslinya.[12] KeluargaSetelah Zheng Pingru dieksekusi, ayahnya segera jatuh sakit dan meninggal tahun 1941. Kakaknya, Zheng Haicheng (鄭海澄), adalah seorang pilot pesawat tempur di Angkatan Udara Republik Tiongkok yang tewas dalam pertempuran pada 19 Januari 1944.[4] Tunangannya, Kolonel Wang Hanxun (王漢勛), juga seorang pilot yang bertempur bersama kakaknya, tewas dalam sebuah aksi di dekat Guilin pada 7 Agustus 1944.[3][8] Ibunya kemudian pindah ke Taiwan dan meninggal tahun 1966 dalam usia 80 tahun.[4] Referensi
|