ZelligeZellige (Arab: [zˈliʑ]; bahasa Arab: الزليج; juga ditulis zelige atau zellij) adalah karya ubin mozaik, dibuat dari petak geometris yang dipahat secara individual dan siap dijadikan sebagai dasar plaster.[1] Bentuk seni Islam ini adalah salah satu karakteristik utama arsitektur Maroko. Zellige terdiri dari mozaik dengan pola geometris yang banyak digunakan untuk ornamen dinding, langit-langit, air mancur, lantai, kolam dan meja. Pola dan gaya tradisional Maroko dapat dilihat pada bangunan terkenal seperti Al - Masjid Qarawiyyin di Fez, Alhambra di Granada, Spanyol, Masjid Kordoba, Madrasah Ben Youssef di Marrakesh, dan Masjid Hassan II di Kasablanka, yang menambah warna baru palet dengan desain tradisional.[2] SejarahSeni Moor berkembang pesat selama periode Hispano-Moresque (Azulejo) di daerah yang dikenal sebagai Al-Andalus (sekarang Spanyol)) antara 711–1492. Teknik ini sangat berkembang selama Dinasti Nasrid, Dinasti Merinid dan Dinasti Zayyaniyah yang menjadikannya lebih penting lagi di sekitar abad ke-14 dengan diperkenalkannya warna biru, hijau dan kuning. Warna merah ditambahkan pada abad ke-17. Enamel tua dengan warna-warna alami digunakan sampai awal abad ke-20 dan warnanya mungkin belum banyak berkembang sejak zaman Merinid. Kota-kota sperti Fez dan Meknes di Maroko, tetap menjadi pusat seni ini. Pencinta seni secara historis menggunakan zellige untuk mendekorasi rumah mereka sebagai tanda kemewahan dan kemajuan penduduk. Zellige biasanya merupakan serangkaian pola-pola yang menggunakan warna pola geometris. Kerangka ekspresi ini muncul dari kebutuhan dalam seni Islam untuk menciptakan dekorasi yang menghindari penggambaran makhluk hidup, sesuai dengan ajaran hukum Islam. Tanah liat untuk membuat ZelligeKota Fez dan Meknes di Maroko masih merupakan pusat produksi ubin zellige karena sebagai sumber bahan baku tanah liat kelabu Miosen Fez. Tanah liat dari daerah ini terutama terdiri dari Kaolin. Komposisi tanah liat dari Fez dan Meknes adalah 2-56% mineral tanah liat dan kalsit 3-29%. Meriam El Ouahabi menyatakan bahwa: komposisi mineral tanah liat menunjukkan selain kaolin, terdapat juga illite, klorit, smectite dan jejak lapisan campuran illite/klorit. Tanah liat Meknes mengandung illite (54-61%), kaolin (11-43%), smectite (8-12%) dan klorit (6-19%). Tanah liat Fez memiliki komposisi illite (40-48%), kaolin (18-28%) dengan kandungan mineral lempung paling banyak. Klorit (12-15%) dan smektit (9-12%) umumnya ada dalam jumlah kecil. Tanda campuran lapisan illite/klorit ada pada semua bahan tanah liat Fez yang diuji.[3] Bentuk dan trenKarena palet berwarna ubin zellige meningkat selama berabad-abad, memungkinkan untuk melipatgandakan komposisi ad infinitum. Bentuk terbaru dari zellige umumnya adalah kotak. Bentuk lainnya: oktagon dikombinasikan dengan cabochon, bintang, salib, dan sebagainya. Cetakan dengan ketebalan sekitar 2 sentimeter. Ada juga bentuk bujur sangkar sederhana berukuran 10 x 10 sentimeter atau dengan sudut-sudut yang dipotong dan dipadukan dengan cabochon berwarna. Untuk melapisi suatu area, paving stone berukuran 15 x 5 cm dan tebal 2 cm, juga dapat digunakan. Temanya sering diambil dari skrip Kufi, karena sangat cocok dengan geometri ubin mozaik, dan pola-polanya sering memuncak secara terpusat seperti dalam Rub al-Hizb. Teselasi mozaik saat ini menjadi penelitian akademis yang menarik di bidang seni matematika.
Studi-studi ini membutuhkan keahlian tidak hanya di bidang matematika, seni dan sejarah seni, tetapi juga ilmu komputer, pemodelan komputer dan rekayasa perangkat lunak,[4] semua digunakan dalam pembangunan Masjid Hassan II. Dekorasi dan kerajinan Islam memiliki pengaruh signifikan pada seni Barat ketika pedagang Venesia membawa berbagai jenis barang kembali ke Italia dari abad ke-14 dan seterusnya.[5] Keahlian membuat zelligePembuatan zellige dianggap sebagai pekerjaan seni dan seni ini ditransmisikan dari generasi ke generasi oleh maâlems (pengrajin ahli). Pelatihan panjang membuat zellige dimulai sejak masa kanak-kanak untuk menanamkan keterampilan yang diperlukan.[6] Pada tahun 1993, pemerintah Maroko menghapuskan praktik yang mengajarkan anak-anak mulai membuat zellige dari usia 5 hingga 7, ketika Konvensi Hak-Hak Anak (CRC) diratifikasi.[7] Sekarang orang-orang muda belajar membuat zellige di salah satu dari 58 sekolah pengrajin di Maroko. Namun, minat mempelajari kerajinan ini menurun. Pada 2018, di sebuah sekolah seni di Fez dari 400 siswa yang terdaftar, hanya ada 7 siswa yang belajar cara membuat zellige.[8]
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Zellij.
|