Yoris Sebastian
Yoris Sebastian (lahir 5 Agustus 1972[1]) adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang dikenal bergerak dalam bidang industri kreatif.[1] Pada usia 26 tahun, Yoris terpilih menjadi GM (General Manager) Hard Rock Cafe Indonesia, menjadi GM termuda se-Asia dan termuda kedua di dunia.[2] Pada usia 34 tahun, selepas keluar dari Hard Rock, ia mendirikan sebuah perusahaan konsultan kreatif OMG (Oh My Goodness).[3] Yoris terkenal dalam hal inovasi dan ide kreatif.[4] Pria yang suka minum air putih ini menunjukkan konsistensinya dalam membuat ide-ide kreatif yang tidak biasa yang dalam bahasa Inggris dikenal juga sebagai berpikir out of the box.[4] Menurutnya, ide kreatif akan segera berkembang bila dimulai dengan hal yang kecil (start small).[5] KarierPada usia 19, selepas bersekolah di SMA Pangudi Luhur, ia magang di Majalah Hai.[6] Di sanalah Yoris mulai berkecimpung dalam dunia kreatif.[butuh rujukan] Kemudian ia meneruskan kariernya di Hard Rock Café Jakarta sebagai General Manager pada usia 26 tahun.[4] Ia dinobatkan sebagai GM Hard Rock Café termuda di Asia dan termuda kedua di dunia.[2] Yoris memperkenalkan program I like Monday di Hard Rock Café Jakarta pada 2003.[7] Ketika semua tempat hiburan menitikberatkan pengadaan acara pada hari libur dan akhir minggu, Yoris mengadakan acara musik pada hari Senin yang merupakan hari paling sepi kunjungan.[2] Yoris juga membuat program bertajuk Destination Nowhere yang berarti Tujuan Tidak Kemanapun, juga pada 2003.[7] Sebuah acara jalan-jalan yang jadwalnya tidak disampaikan pada pesertanya.[2] Dalam pesawat saat berada diudara, acara ini membawa Band Cokelat yang juga melakukan peluncuran album di atas ketinggian 30.000 kaki.[butuh rujukan] Hal ini kemudian diabadikan oleh MURI (Museum Rekor Indonesia).[2] Yoris sekarang memimpin OMG (Oh My Goodness) Creative consulting yang berdiri pada 1 April 2007.[1] Usaha menjual ide-ide kreatif kepada klien.[1] OMG telah menjadi konsultan pengembangan bisnis konsep ruang rapat fPod di fX Jalan Sudirman, Jakarta; kreatif konseptor Rasuna Epicentrum yang mengusung konsep The Creative Capital of Jakarta; event consultant Black Innovation Award 2009 dan International Young Creative Entrepreneur Award British Council Indonesia; pemasaran dengan konsep word of mouth untuk XL dan kosmetik Caring Colours; konsultan pemasaran kreatif film remaja Queen Bee (2009) dan Ketika Cinta Bertasbih (2009); sampai konsep bisnis inovatif untuk Avia Tour.[1] PenghargaanYoris yang dilahirkan di Ujung Pandang, 5 Agustus 1972 telah mendapat beragam penghargaan, di antaranya
PemikiranIde KreatifYoris telah menunjukkan bahwa ide adalah hal yang perlu apresiasi.[butuh rujukan] Menurutnya, ide kreatif tidak datang begitu saja.[10] Akan tetapi harus dilatih dan dikembangkan.[butuh rujukan] Sepuluh tahun lalu mungkin publik tidak akan membayangkan bahwa ide akan dihargai, tetapi ditangan Yoris, ide bisa menjadi hal yang diperhitungkan.[10] Ia membuktikan bahwa dunia kreatif mampu membawa sesorang popularitas dan kecukupan materi.[butuh rujukan] Creatif is a habit not genetic.[10] Begitu Yoris mendefinisikan kreativitas.[butuh rujukan] Bagi Yoris, orang yang ber-IQ rendah belum tentu tidak memiliki ide kreatif.[butuh rujukan] Sebaliknya, orang yang ber-IQ tinggi juga belum tentu memiliki banyak ide kreatif.[butuh rujukan] Semuanya berproses. [butuh rujukan]kreativitas membutuhkan latihan yang konsisten.[10] Berpikir out of the box, bagi Yoris, memang diperlukan.[butuh rujukan] cara berpikir ini mengajak si individu untuk berpikir dari yang biasa.[butuh rujukan] Ketika ide itu berbeda, maka itulah berpikir out of the box.[11] Berpikir seperti ini bukan berarti harus benar-benar berbeda dan baru.[butuh rujukan] Ide-ide yang sudah ada bisa dikembangkan dan dimodifikasi.[butuh rujukan] Akan tetapi, dalam ekseskusi ide, Yoris menegaskan bahwa penting untuk berpikir inside the box.[11] Menurutnya, eksekusi model ini memberikan gambaran akan batasan-batasan yang harus dimengerti.[11] Artinya, suatu ide yang akan dieksekusi jangan sampai keluar dari karakteristik dasarnya.[11] Yoris menyontohkan acara yang pernah ia lakukan yakni peluncuran album Band Padi di atap Mall Sarinah.[butuh rujukan] Acara tersebut cukup meriah.[butuh rujukan] Banyak wartawan meliput.[butuh rujukan] Keramaian itu hingga menyebabkan kemacetan.[4] Akan tetapi, beberapa waktu setelahnya, penjualan album itu tidak memuaskan.[butuh rujukan] Ternyata publik menilai album itu memang tidak terlalu bagus.[butuh rujukan] Ide peluncuran album Padi itu memang out of the box, tetapi ide itu tidak sejalan dengan karakter kualitas albumnya.[4] Sementara, menurut Yoris, ide bisa berasal dari mana saja.[butuh rujukan] Bisa dari internet, majalah, koran, tv, radio atau apapun.[butuh rujukan] Baginya, kunci memunculkan sebuah ide kretaif yang inovatif adalah membiasakan diri berpikir kreatif.[4] Ia selalu berpijak pada sebuah visi: Passion for knowledge, passion for innovation, and passion for achievement.[4] Ketika ditanya mengenai idola, Yoris menyebutkan beberapa tokoh dunia yang memang terlihat sepak terjangnya dalam dunia inovasi.[butuh rujukan] Ia sebutkan Walt Disney, Steve Jobs, Madonna, dan Donald Trump sebagai idolanya.[4] Ia menganggap bahwa mereka adalah inovator yang sukses berkat ide kreatif mereka.[butuh rujukan] Walt Disney berhasil mempioniri pembuatan wahana hiburan Disneyland dan Walt Disney World Theme Park.[4] Steve Jobs sendiri adalah inovator, pendiri, dan penemu Apple Computer. Sementara, Donald Trump adalah Bos Properti di AS dan Madonna adalah penyanyi terkanal juga berasal dari Negeri Paman Sam itu.[4] Mee-too-ismeYoris merasa optimis bahwa dunia inovasi di Indonesia tidak akan kalah dengan luar negeri.[butuh rujukan] Menurutnya penghargaan kreativitas seharusnya menjadi prioritas.[butuh rujukan] Selain itu, ia menentang sekali paham “me-too-ism”.[12] Paham ini merupakan rekaan Yoris untuk megibaratkan kebiasaan mencontek.[butuh rujukan] Maksudnya, kebiasaan membuat tiruan ide dari orang atau tempat lain harus diubah.[4] Ide-ide yang ada harus dikembangkan, bukan hanya dicontoh mentah-mentah.[butuh rujukan] Ia menyontohkan keberhasilan facebook dan twitter yang ternyata ditanggapi dengan tidak kreatif.[4] Beberapa individu membuat facebook versi Indonesia.[4] Yoris sayangkan hal itu karena seharusnya yang diambil adalah pelajaran serta semangat untuk membuat ide baru ang orisinil.[butuh rujukan] Yoris selalu menegaskan bahwa kunci sukses dalam menerjuni dunia inovasi adalah mengerjakan sesuatu sesuai passion.[butuh rujukan] Artinya, perlu adalanya pengenalan diri atas apa yang disukai dan itulah yang ditekuni.[12] Yoris menyebut hal itu sebagai "happynomic".[butuh rujukan] Ia menambahkan, mengerjakan sesuatu yang disukai saja tidak cukup.[butuh rujukan] Apa yang dikerjakan harus memberikan nilai ekonomi.[butuh rujukan] Baginya, uang memang bukan tujuan utama, tetapi jangan sampai apa yang dikerjaan rugi.[12] Bagi Yoris, yang peting adalah do it if you like it.[butuh rujukan] Jadi, apa yang disukai, itu yang dieksekusi dan dikembangkan.[12] Meski putus kuliah, ia tidak pernah mengajak orang lain untuk mengikuti dirinya.[13] Ia sampaikan bahwa bisa saja berhenti kuliah, kalau memang sudah ada yang bisa menjamin masa depannya.[butuh rujukan] Tetapi baginya, sebagai prioritas hidup adalah belajar dan belajar.[butuh rujukan] Karena dari sanalah ide-ide kreatif muncul.[13] Referensi
Pranala luar |