Yekaterina I dari Rusia
Yekaterina I (bahasa Rusia: Екатерина I Алексеевна; Yekaterina I Alekseyevna, lahir bahasa Polandia: Marta Helena Skowrońska, bahasa Latvia: Marta Elena Skavronska, kemudian dikenal dengan Marta Samuilovna Skavronskaya) (lahir 15 April [K.J.: 5 April] 1684 – meninggal 17 Mei [K.J.: 6 Mei] 1727) adalah Maharani (kaisar wanita) Rusia yang berkuasa dari tahun 1725 sampai 1727. Kepemimpinannya merupakan sesuatu yang sangat tidak lazim di Eropa karena Yekaterina berasal dari kalangan rakyat jelata, berbeda dengan kepala monarki Eropa lain yang selalu memiliki darah bangsawan. Latar belakangKehidupan Yekaterina merupakan sesuatu yang tidak biasa. Tidak ada berkas mengenai asal-usulnya secara pasti. Nama aslinya adalah Marta Helena Skowrońska dan dikatakan lahir tanggal 15 April 1684. Ayahnya bernama Samuel Skowroński, petani Katolik dari Persemakmuran Polandia-Lituania. Ibunya bernama Elizabeth Moritz, putri dari seorang wanita Jerman Baltik dan pejabat Swedia, meski hal ini juga masih diperdebatkan. Sedangkan beberapa biografi menyatakan bahwa ayah Marta adalah seorang penggali kubur. Orangtua Marta meninggal sekitar tahun 1689 karena pes dan meninggalkan lima orang anak. Menurut cerita populer, Marta kemudian diasuh oleh bibinya saat berusia tiga tahun dan dikirim ke Marienburg (sekarang bagian dari Latvia) yang kemudian dibesarkan oleh Johann Ernst Glück, seorang pastur Lutheran, dan menjadi pelayan rendah di rumahnya.[2] Tidak ada upaya untuk mengajarinya membaca dan menulis dan Marta merupakan seorang buta huruf sepanjang hidupnya. Saat Rusia mengambil alih kepemimpinan Marienburg, Pastur Glück menawarkan diri sebagai penerjemah dan Marsekal Lapangan Boris Sheremetev membawanya ke Moskwa. Kemungkinan Marta juga kemudian bekerja di rumah tangga Sheremetev sebagai pelayan atau bahkan bisa jadi menjadi gundiknya. Marta kemudian ikut ke Rusia bersama dengan pasukan Sheremetev.[2] Setelah itu dia menjadi bagian dari rumah tangga Pangeran Aleksandr Menshikov, sahabat karib Tsar Pyotr I. Tampak bahwa Menshikov dan Marta telah membentuk persekutuan seumur hidup di antara mereka. Saat Pyotr mengunjungi Menshikov di kediamannya, dia bertemu dengan Marta. Pada tahun 1704, dia menjadi bagian dari rumah tangga Tsar dan menjadi gundiknya, dan melahirkan seorang putra bernama Pyotr.[3] Pada tahun 1705, dia berganti agama menjadi Ortodoks dan mengambil nama baru, Yekaterina Alekseyevna. Kehidupan dengan PyotrMeski tidak ada catatan resmi terkait hal ini, dikatakan bahwa Pyor dan Yekaterina menikah secara rahasia antara 23 Oktober sampai 1 Desember 1707 di Sankt Peterburg.[4] Mereka memiliki dua belas anak, dua putri di antaranya hidup sampai usia dewasa, yakni Anna Petrovna (lahir 1708) dan Yelizaveta Petrovna (lahir 1709). Pyotr memindahkan ibu kota Rusia ke Sankt Peterburg pada tahun 1703. Saat kota berada dalam proses pembangunan, Pyotr tinggal di sebuah rumah kayu kecil bersama Yekaterina. Di sana, mereka hidup layaknya keluarga biasa. Yekaterina memasak dan mengurus anak, sementara Pyotr berkebun. Hubungannya dengan Yekaterina merupakan salah satu hal paling berhasil dalam kehidupan Pyotr dan banyak sumber menuliskan tentang betapa kuatnya hubungan di antara mereka berdua.[4] Yekaterina sendiri adalah seorang yang selalu bersemangat, penyayang, luwes, dan selalu ceria. Dia mampu menenangkan Pyotr saat marah dan mendampinginya saat suaminya terserang epilepsi. Yekaterina juga turut serta Perang Utsmani-Rusia di Sungai Prut pada tahun 1711. Dikatakan bahwa Yekaterina turut berperan dalam menyelamatkan Pyotr dan Rusia. Saat sudah terkepung pasukan Utsmani, Yekaterina menyarankan agar perhiasannya dan perhiasan para wanita dikumpulkan dan diserahkan kepada Baltacı Mehmed Pasya, Wazir Agung Utsmani, sebagai sogokan agar pasukan Rusia diperkenankan mundur. Pada akhirnya, Mehmed membiarkan pasukan Rusia mundur, meski tidak diketahui apakah karena sogokan tersebut atau pertimbangan diplomasi. Bagaimanapun, Pyotr memuji Yekaterina dan kemudian menikahinya (kali ini secara resmi) di Katedral Santo Ishak pada 9 Februari 1712. Yekaterina kemudian dianugerahi gelar tsaritsa, gelar yang biasanya disandang oleh permaisuri tsar. Saat Pyotr mengganti gelarnya menjadi imperator (император, kaisar) pada tahun 1721, Yekaterina juga dianugerahi gelar imperatritsa (императрица). Masa kekuasaanKaisar Pyotr I mangkat pada Februari 1725 tanpa menetapkan pewaris. Yekaterina yang sangat populer didukung oleh Menshikov dan orang-orang di resimen penjaga kemudian menyatakan janda Pyotr tersebut sebagai maharani (kaisar wanita). Meski begitu, kendali negara yang sebenarnya berada di tangan Menshikov dan anggota Dewan Penasihat Agung Rusia. Di masa pemerintahannya yang singkat, Yekaterina mengurangi pengeluaran militer karena negara berada dalam keadaan damai.[5] Yekaterina adalah perempuan pertama yang menjadi kepala monarki dari Kekaisaran Rusia. Meski dirinya bukanlah pemimpin yang berkuasa secara mandiri, Yekaterina telah membuka jalan resmi bagi para wanita untuk memimpin dan mendominasi atas Rusia selama hampir seabad tersebut. Tiga wanita yang menjadi Maharani Rusia sepeninggalnya: Anna Ivanovna, Yelizaveta Petrovna, dan Yekaterina yang Agung; adalah pemimpin cakap yang cenderung memiliki kekuasaan sangat besar atas negara. Keempat maharani ini semuanya berkuasa pada abad kedelapan belas. Maharani Yekaterina I mangkat dua tahun setelah suaminya, yakni pada 17 Mei 1727 pada usia 43 tahun karena tuberkulosis. Sepeninggalnya, takhta diwariskan kepada Pyotr II yang merupakan anak dari Putra Mahkota Alexei, putra Pyotr dan istri pertamanya, Yevdokiya. Rujukan
Daftar pustaka
Pranala luar
|