Yanusa Nugroho
Yanusa Nugroho (lahir 2 Januari 1960) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya di kenal di kancah kesusastraan Indonesia melalui karya-karyanya antara lain cerita pendek, cerita bersambung, dan novel. Dia adalah penggagas konsep pertunjukan wayang kulit televisi Kalasena bersama Ki Manteb Soedharsono yang diangkat ke layar lebar dan diputar di Glassgos University, Skotlandia.[1] Kehidupan pribadiYanusa Nugroho lahir dan besar di Kota Surabaya, Jawa Timur. Sejak kecil sudah gemar membaca, terutama cerita wayang. Masa kecilnya dihabiskan di Surabaya, Jawa Timur, sampai tahun 1969, ketika kesenian tradisional, seperti ludruk, ketoprak, wayang wong, dan wayang kulit, tumbuh subur disana. Tahun 1970, ia mengikuti orang tuanya pindah ke Palembang, Sumatera Selatan.[2] Pendidikan dasarnya diawali di SD YMCA Surabaya, tetapi ia menamatkannya di SD Methodist II Palembang (1974). Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri I Sidoarjo, Jawa Timur (1977) dan SMA-nya ditempuh di SMAN 43, Jakarta (1981). Ketika duduk di bangku sekolah menengah inilah ia mulai menulis dan mengirimkan karyanya ke beberapa media massa. Setelah lulus, ia kemudian melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) namun tidak sampai selesai. Kemudian ia pindah ke ke Jakarta dan berkuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, jurusan Sastra Indonesia, yang ia tamatkan tahun 1989.[3] Selepas kuliah, aktivitasnya di dunia sastra semakin berkembang. Karya cerpennya banyak di muat di berbagai media massa, seperti Kompas, Matra, Horison, Suara Pembaruan, Media Indonesia, Koran Tempo, Suara Merdeka, Republika, Femina, Amanah, Syir’ah, Noor, dan Ayahbunda. Proses kreatifKecintaannya pada dunia wayang, terlebih wayang kulit sejak kecil juga masih terus digelutinya hingga kini. Karena kecintaannya pada wayang ini jugalah, yang membuatnya menulis beberapa karya sastra yang didasari pada cerita wayang, terutama tokoh dan ceritanya. Dua novelnya yang berjudul Di Batas Angin dan Menyura adalah karyanya yang ditulis berdasarkan kisah pewayangan Jawa. Dari kisah pewayangan itu pulalah, ia kemudian melahirkan konsep pertunjukan wayang kulit televisi Kalasinema, yang digarapnya bersama Ki Manteb Sudharsono dan para seniman pengajar STSI, Surakarta. Konsep pertunjukan wayang purwa itu sempat difilmkan. Mathew Cohen, pengamat seni pertunjukan Asia dan pengajar di Glassgow University, Skotlandia, pernah memutar Kalasinema sebagai materi pembelajaran di fakultas yang dipimpinnya. Selain itu, ia juga sudah memfilmkan pembacaan cerpen berdurasi 40 menit, yang berjudul Anjing, yang diambil dari kumpulan cerpennya, Kuda Kayu Bersayap. Sedangkan salah satu cerpennya, Orang-orang yang Tertawa, pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, dalam kumpulan cerpen berjudul Diverse Lives yang dieditori oleh Jeanette Lingard (1995). Yanusa juga menulis naskah skenario yang dikemas dalam bentuk serial animasi, berjudul Dongeng Untuk Anak dan Kau, yang diproduksi oleh Red Rocket Bandung. Skenario lainnya adalah seri tokoh bangsa, Bung Hatta dan Gallery of Kisses yang dimainkan oleh Eki Dance company. Karier
KaryaCerpen
Cerpen yang dibukukan bersama sastrawan lain:
Novel
Penghargaan
Lihat pulaReferensi
|