Yael
Yael (bahasa Ibrani: יָעֵל, Ya'el, artinya: rusa Ibex; bahasa Inggris: Jael) adalah seorang tokoh perempuan dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Ia adalah istri Heber, orang Keni (Hakim-hakim 4:17).[1][2] Ia mengundang Sisera, sang panglima pasukan Raja Yabin, orang Kanaan di Hazor untuk mampir ke dalam kemahnya, ketika Sisera sedang dalam perjalanan untuk melarikan diri dari pertempuran.[1] Perang antara Israel dan Kanaan itu dipimpin oleh Barak dari pihak Israel yang adalah anak laki-laki Abinoam yang berasal dari suku Naftali,[2] dan seluruh pasukan yang dipimpin Sisera sudah tewas dan tidak ada satu orang pun yang masih hidup.[2] Yael membunuh Sisera ketika dia sedang tertidur dengan cara mengambil patok kemah beserta palu, mendekati Sisera perlahan-lahan dan menghujamkan patok itu ke pelipis Sisera hingga tembus ke tanah.[2] Perbuatan Yael tersebut dianggap sebagai tindakan berani dan telah melindungi bangsa Israel dari serangan bangsa Kanaan.[1] Ini kemudian menjadi kenangan yang dipujikan dalam Nyanyian Debora, seorang nabiah yang memberikan dukungan penuh terhadap kemenangan bangsa Israel.[2] KeluargaYael adalah istri Heber orang Keni.[3] Orang Keni adalah suatu suku nomadik, beberapa di antara anggotanya hidup dekat orang-orang Israel. Alkitab mencatat sejumlah perkawinan silang; ipar Musa yang bernama Hobab disebut sebagai seorang Keni, tetapi ayah Hobab yang bernama Rehuel (atau Yitro) disebut "orang Midian".[4] Jadi, orang Keni mungkin merupakan bagian suku Midian. Dari 1 Samuel 15:6 diketahui bahwa orang Keni berangkat bersama-sama orang Israel dari gunung Sinai ke tanah Kanaan. Hakim-hakim 1:16 mencatat bahwa keturunan, Hobab, orang Keni itu, "maju bersama-sama dengan bani Yehuda dari kota pohon kurma ke padang gurun Yehuda di Tanah Negeb dekat Arad" dan tempat perkemahan mereka, selain dari yang terakhir, dilihat oleh Bileam (Bilangan 24:21–22). Heber, orang Keni itu, kemudian memisahkan diri dari suku Keni, dari anak-anak Hobab ipar Musa, dan telah berpindah-pindah memasang kemahnya sampai ke pohon tarbantin di Zaanaim yang dekat Kedesh.[5] dan ada perhubungan baik antara Yabin, raja Hazor, dengan keluarga Heber.[6] Catatan AlkitabLatar belakangHakim-hakim 4 mencatat bahwa setelah Ehud mati, orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN, lalu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan, yang memerintah di Hazor. Panglima tentaranya ialah Sisera yang diam di Haroset-Hagoyim. Lalu orang Israel berseru kepada TUHAN, sebab Sisera mempunyai sembilan ratus kereta besi dan dua puluh tahun lamanya ia menindas orang Israel dengan keras. Pada waktu itu Debora, seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel. Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinoam dari Kedesh di daerah Naftali, lalu berkata bahwa TUHAN, Allah Israel, memerintahkan Barak untuk bergerak menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon bersamanya, maka Allah akan menggerakkan Sisera, panglima tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju kepadanya ke sungai Kison dan Allah akan menyerahkan dia ke dalam tangan Barak. Namun Barak berkata kepada Debora: "Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju." Debora menjawab: "Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan." Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kedesh. Barak mengerahkan suku Zebulon dan suku Naftali sejumlah sepuluh ribu orang maju mengikuti dia; juga Debora maju bersama-sama dengan dia. Setelah dikabarkan kepada Sisera, bahwa Barak bin Abinoam telah maju ke gunung Tabor, dikerahkannyalah segala keretanya, sembilan ratus kereta besi, dan seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia, dari Haroset-Hagoyim ke sungai Kison. Debora berkata kepada Barak: "Bersiaplah, sebab inilah harinya TUHAN menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu. Bukankah TUHAN telah maju di depan engkau?" Lalu turunlah Barak dari gunung Tabor dan sepuluh ribu orang mengikuti dia, dan TUHAN mengacaukan Sisera serta segala keretanya dan seluruh tentaranya oleh mata pedang di depan Barak, sehingga Sisera turun dari keretanya dan melarikan diri dengan berjalan kaki. Lalu Barak mengejar kereta-kereta dan tentara itu sampai ke Haroset-Hagoyim, dan seluruh tentara Sisera tewas oleh mata pedang; tidak ada seorangpun yang tinggal hidup.[7] Pertemuan Yael dengan Sisera
Heber, orang Keni itu, telah memisahkan diri dari suku Keni, dari anak-anak Hobab ipar Musa, dan telah berpindah-pindah memasang kemahnya sampai ke pohon tarbantin di Zaanaim yang dekat Kedesh.[5] Sisera dengan berjalan kaki melarikan diri ke kemah Yael, sebab ada perhubungan baik antara Yabin, raja Hazor, dengan keluarga Heber, orang Keni itu. Yael keluar mendapatkan Sisera, dan berkata kepadanya:
Lalu singgahlah Sisera ke dalam kemah perempuan itu dan perempuan itu menutupi dia dengan selimut. Kemudian berkatalah ia kepada perempuan itu: "Berilah kiranya aku minum air sedikit, aku haus." Lalu perempuan itu membuka kirbat susu, diberinyalah dia minum dan diselimutinya pula. Lagi katanya kepada perempuan itu: "Berdirilah di depan pintu kemah dan apabila ada orang datang dan bertanya kepadamu: Ada orang di sini?, maka jawablah: Tidak ada." Tetapi Yael mengambil patok kemah, diambilnya pula palu, mendekatinya diam-diam, lalu dilantaknyalah patok itu masuk ke dalam pelipisnya sampai tembus ke tanah—sebab ia telah tidur nyenyak karena lelahnya—maka matilah Sisera. Pada waktu itu muncullah Barak yang mengejar Sisera. Keluarlah Yael mendapatkan dia dan berkata kepadanya: "Mari, aku akan menunjukkan kepadamu orang yang kaucari itu." Lalu masuklah Barak ke dalam dan tampaklah Sisera matij tergeletak dengan patok dalam pelipisnya.[8] SetelahnyaDengan kekalahan dan kematian Sisera, Allah pada hari itu menundukkan Yabin, raja Kanaan, di depan orang Israel. Dan kekuasaan orang Israel kian keras menekan Yabin, raja Kanaan, sampai mereka melenyapkanya.[9] Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya.[10] Nyanyian DeboraPerbuatan Yael dikenang di dalam bagian "Nyanyian Debora" yang tercatat dalam Hakim-hakim 5:
KomentariHakim-hakim 4:17 menyatakan bahwa ada perdamaian antara orang Kanaan dan kaum Heber. Mereka dikenal oleh orang Israel terkait Hobab ipar Musa (Hakim-hakim 4:11), dan keahlian mereka sebagai pengerja logam yang dihargai di manapun mereka tinggal. Kedua pihak yang bertikai tentunya menganggap orang Keni sebagai pihak netral. C.E. Schenk mencatat bahwa Sisera adalah tamu Yael, "di dalam perlindungan rumahnya, dan dilindungi oleh hukum keramahtamahan."[12][13] Menurut Herbert Lockyer, Yael mungkin terpaksa bertindak, karena Sisera dengan dalam pelarian dan dikejar oleh Barak, sehingga tidak bijaksana untuk membiarkan Barak menemukan Sisera di dalam kemahnya. Yael juga tahu bahwa Sisera akan dibunuh jika tertangkap, maka kalau Yael membunuhnya, akan memperkuat persahabatan dengan pihak pemenang.[14] Newsom dan Ringe menganggapnya seorang yang berjuang untuk selamat dari perangkap politik yang melibatkan suaminya.[15] Para sarjana telah lama mengenali Nyanyian Debora[16] berdasarkan bukti linguistik (bahasa Ibrani alkitabiah kuno), sebagai salah satu bagian tertua Alkitab, bertarikh abad ke-12 SM.[17] Sumber di luar AlkitabPseudo-Philo merujuk Yael dalam buku Liber Antiquitatum Biblicarum:
Ada pula rujukan kepada kisah Yael dalam karya Geoffrey Chaucer, The Canterbury Tales. Dalam Wife of Bath's Prologue, dan ketika membahas "kitab istri-istri yang jahat" ("book of wikked wives") dari suami kelimanya, Chaucer menyebutkan ada istri-istri yang "menancapkan paku pada otak suami-suaminya, / Ketika mereka sedang tidur, sehingga mereka terbunuh."[19] Dalam seniLukisan Yael pada Abad Pertengahan kebanyakan dalam naskah beriluminasi, menggambarkannya sebagai pembela Israel bahkan suatu prefigurasi (penampakan sebelumnya) Perawan Maria.[20] Ini dapat dilihat pada Stavelot Bible, Speculus Darmstadt, serta beberapa teks lain. Umumnya digambarkan pada saat hendak membunuh Sisera, Yael membawa palu dan kadang juga patok, sehingga mudah diidentifikasi. Pada zaman Renaissance, tokoh ini umumnya ditampilkan dalam rangka topos Kekuatan kaum perempuan, dengan perempuan lain yang mengalahkan laki-laki seperti Yudit atau Delila.[21] Di sini ia digunakan untuk menunjukkan risiko bagi pria yang mengikuti wanita, dalam kelompok yang mencakup Yudit memenggal Holofernes, tetapi kebanyakan dengan para perempuan yang sangat berkuasa, seperti Phyllis menunggangi Aristoteles, Simson dan Delila, Salome dan ibunya, Herodias serta Penyembahan Berhala oleh Salomo. Secara lebih positif, Yael dimasukkan ke dalam sekelompok "Sembilan Perempuan Berharga", misalnya cetakan Hans Burgkmair.[22] Para wanita kadang kala memilih potretnya dilukis sebagai Yael, suatu transformasi yang dihasilkan dengan memegang palu dan patok.[23] Pada periode Baroque, Yael terus menjadi tokoh perempuan dalam seni. Karya-karya Gregorio Lazzarini dan Artemisia Gentileschi adalah contoh-contoh penggambaran Yael yang menarik, dilukiskan dalam tindakan membunuh musuhnya. Yael menjadi tokoh dalam film bisu Prancis Jael and Sisera (1911), yang disutradarai oleh Henri Andréani.[24] Dalam budaya populer
Penggunaan nama"Yael" (יעל) sekarang adalah salah satu nama depan perempuan paling umum di Israel.[25] Referensi
Pustaka
Pranala luar
|