Wonokerto, Turi, Sleman
Wonokerto adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pada mulanya Desa Wonokerto merupakan wilayah yang terdiri dari 4 (empat) Kelurahan yakni: Kelurahan Garongan, Ledok Lempong, Tunggul, dan Dadapan. Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan Kelurahan, maka Kelurahan-Kelurahan tersebut kemudian digabung menjadi satu Desa otonom dengan nama Desa Wonokerto. Wonokerto kemudian secara resmi ditetapkan berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-Daerah Kelurahan. Desa Wonokerto yang terletak di kaki Gunung Merapi terkenal dengan tanaman salaknya. Sebagian warga desa tersebut menggantungkan hidup dari salak pondoh. Desa ini juga merupakan desa yang selalu terancam oleh aktivitas erupsi gunung Merapi. Desa Wonokerto memiliki otensi wisata yakni Panorama Merapi, hutan konservasi dengan aneka floranya dan ratusan jenis burung serta satwa lainya. Terdapat pula wobyek wisata ritual yaitu Gua Semar, Kedung Cuwo, Sendang Pancuran, Pring Wali, dan Batu Tunggang. Desa Wonokerto yang terletak di kaki Gunung Merapi dengan jarak sekitar dari puncak 4–6 km dari puncak. Luas wilayah desa mencapai 1558 ha, dengan batas wilayah sebelah utara desa Girikerto, sebelah Selatan desa Donokerto, sebelah barat Kabupaten Magelang dan sebelah timur desa Girikerto. Dengan jumlah dukuh: 13 dukuh, Jumlah RT 63 RT dan 29 RW. Kondisi geografis desa Wonokerto dengan ketinggian 398-976 mdpl, curah hujan 3908 mm, suhu rata-rata 24-28 derajat celcius dan sebagian besar wilayahnya termasuk dataran tinggi. Jumlah penduduk desa sejumlah 8.904 jiwa dengan jumlah laki-laki 4.380 orang dan perempuan 4.380 orang dengan jumlah Kepala Keluarga 2.586 KK. Tingkat pendidikan Lulusan SD: 2297 orang, lulusan SLTP: 1216 orang, lulusan SMA: 869 orang dan lulusan D3 dan sarjana: 219 orang. Sebagian warga desa tersebut menggantungkan hidup dari salak pondoh. Desa Wisata Tunggul Arum merupakan desa yang berada di kawasan lereng Merapi paling barat yang berada di wilayah Kabupaten Sleman, tepatnya di Padukuhan Tunggul Arum, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi. Tunggul Arum banyak menyimpan potensi pariwisata yang layak jual terutama bagi wisatawan minat khusus, tetapi juga tidak menutup kemungkinan untuk wisatawan pada umumnya baik domestik maupun asing. Pada setiap bulan Sapar (Jawa) diselanggarakan upacara adat Merti Bumi. Upacara ini merupakan ucapan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah yang telah diberikan. Menurut kisah, Pada 1961 Gunung Merapi meletus, laharnya mengalir dengan jarak luncur lahar sampai 8-9 kilometer menuju dua sungai Bebeng dan Sungai Putih yang melintasi sebuah wilayah yang disebut Tunggul Wulung. Untuk Keselamatan warga, pemerintah mengajak transmigrasi, namun hanya sekitar enam puluh kepala keluarga yang menerima tawaran itu. Warga lainnya beserta sesepuh dan perangkat desa, tidak ingin pindah dari tanah kelahiran mereka. Wakil Gubernur DIY, Sri Paduka Paku Alam pun akhirnya memberikan tanah kepada warga sebagai tempat tinggal yang baru dan aman, hingga terbentuklah dusun Tunggul Arum. Desa ini juga merupakan desa yang selalu terancam oleh aktivitas erupsi gunung Merapi. Pasca erupsi merapi bulan Nopember 2010 hampir semua penduduk Wonokerto mengungsi di SD Caturharjo, SD jetisharjo, SD Pendowo dan di tempat lain. Tingkat kerusakan umumnya terjadi di lahan pertanian salak dan pagi. Untuk kondisi rumah hanya berpasir sebagian dan berdebu. Fasilitas umum yang berdampak adalah pemenuhan air bersih karena masyarakat dukuh Imorejo mengandal air dari Mata air Manggungsari, Gimbal, Babadan, Mangir yang umumnya rusak karena pasir erupsi merapi. Lurah Desa Wonokerto
Pamong Desa Wonokerto
Alamat Kalurahan Wonokerto
Batas - Batas Kalurahan
Kewilayahan Padukuhan di Desa Wonokerto
|