Wisma Nusantara
Wisma Nusantara adalah sebuah gedung perkantoran yang terletak di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Indonesia. Dibangun pada tahun 1963, Wisma Nusantara merupakan gedung pencakar langit pertama di Indonesia dan Asia Tenggara[4] yang mencapai ketinggian 100 meter. Bangunan tersebut berada di satu kompleks dengan Hotel Pullman. SejarahPembangunan Wisma Nusantara diawali dari gagasan Presiden Soekarno untuk membangun gedung pencakar langit pertama di Jakarta. Kontrak pertama lalu diteken pada tahun 1963 dengan nilai sebesar $5,7 juta[5] menggunakan pampasan perang dari Jepang dan gedung ini pun mulai dibangun pada tahun yang sama. Namun, penurunan nilai rupiah serta upaya kudeta kemudian menunda pembangunan Wisma Nusantara. Akibat kehabisan dana, gedung ini tidak dapat diselesaikan dan hanya berupa kerangka baja selama sekitar lima tahun.[5][6] Pembangunan lalu dilanjutkan oleh Mitsui Construction Co. pada tahun 1972 setelah kontrak diperbarui. Wiratman Wangsadinata, pendiri dari PT. Wiratman & Associates, kemudian dipilih sebagai pengawas proyek ini pada tahun 1970. Gedung ini akhirnya selesai dibangun pada tahun 1972 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 2 Desember pada tahun yang sama, bersama dengan peresmian President Hotel (kini Pullman Hotel).[4] Sebagai bagian dari kesepakatan, sebanyak 55% saham pengelola gedung ini dipegang oleh Mitsui, sementara pemerintah Indonesia memegang sisanya.[4] Karena biaya sewa yang tinggi, gedung ini pun hanya disewa oleh perusahaan-perusahaan asal Jepang selama beberapa tahun. Akibatnya, gedung ini memicu antipati dari masyarakat Indonesia.[5] Pada suatu waktu, papan nama Suzuki berukuran besar juga pernah terpasang di puncak gedung ini. Sebuah film Indonesia yang disutradarai oleh Sjumandjaja, Budak Nafsu (1984), menampilkan adegan wanita muda yang diperkosa dan dijadikan selir bagi Jepang pada masa perang serta kehilangan gairah hidup, berjalan di Jakarta serta dikelilingi oleh papan-papan neon perusahaan-perusahaan Jepang di Jalan M.H. Thamrin, yang dengan jelas menunjukkan sikap sentimen terhadap Jepang di Indonesia pada saat itu.[5] Renovasi besar pertama dilakukan pada tahun 1990 oleh JICA. Jembatan penghubung antara gedung perkantoran Wisma Nusantara dengan hotel (saat itu bernama Nikko Hotel) dibangun pada tahun 2002. Pada tahun 2003, Nikko Hotel diperluas dengan penambahan berupa menara berlantai sebelas yang menyediakan kamar-kamar mewah di sebelah utara kompleks Wisma Nusantara. Menara hotel ini dibangun oleh Kenzo Tange International. Pada tahun 2005, Gedung Annex selesai dibangun untuk mengakomodasi parkir. RancanganWisma Nusantara dianggap sebagai gedung pencakar langit pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang mencapai ketinggian di atas 100 meter. Gedung ini juga merupakan purwarupa gedung tahan gempa generasi kedua bagi pencakar langit di Jepang. Baja berkualitas tinggi yang diimpor dari Jepang digunakan sebagai penyangga utama dari gedung ini. Wisma Nusantara menggunakan pondasi sumuran untuk menjaga gedung tetap stabil saat terjadinya gempa bumi.[4] Referensi
Daftar pustaka
Pranala luar
|