Willie Smits
Dr. Willie Smits adalah seorang aktivis, konservasionis, Aktivis Lingkungan Hidup insinyur kehutanan, ahli mikrobiologi, dan wirausahawan sosial. Ia dikenal sebagai pendiri Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS) sekaligus ketua dari Yayasan Masarang dan Yayasan Gibbon Indonesia. Saat ini, Dr. Smits berwarganegarawan Indonesia dan tinggal di Tomohon, Sulawesi Utara. PendidikanDr. Smits mempelajari kehutanan tropis, ilmu tanah tropis dan genetika untuk gelar S2-nya di Universitas Pertanian, Wageningen di Belanda. Dia juga mendapatkan gelar doktor dalam Ilmu Lingkungan untuk penelitian disertasinya yang dilakukan di Balikpapan, Kalimantan Timur. KarierSepanjang tahun 1990-an, Dr. Smits semakin terlibat dalam kegiatan konservasi lingkungan dan hewan. Sebagai direktur dari Yayasan Gibbon, ia memulai lebih dari seratus proyek konservasi bersama dengan masyarakat lokal. Ia juga mendirikan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS), yang berpusat di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, untuk melepaskan ratusan orangutan kembali ke alam liar. BOS telah menjadi pusat rehabilitasi primata terbesar di dunia. Hal ini dikarenakan masih begitu banyaknya primata yang menjadi korban dari penggudulan hutan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa tahun kemudian Dr. Smits mendirikan Sintang Orangutan Centre Foundation di Kalimantan Barat. Sejak tahun 1992 sampai dengan 1998, Dr. Smits menjadi penasehat pribadi Mentri Kehutanan Indonesia dan giat dalam reboisasi dan konservasi hewan, khususnya orangutan. Dia juga menjadi anggota berbagai komite nasional untuk penelitian dan pengelolaan hutan berkelanjutan serta memberi nasihat kepada parlemen Indonesia tentang masalah kehutanan dan masalah energi.[1] Pada tahun 2001, Dr. Smits mendirikan Yayasan Masarang untuk mendukung penelitian yang mempertahankan dan melindungi lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat lokal. Yayasan Masarang di Belanda dan Hong Kong selanjutnya mengikuti. Ia juga mendirikan pabrik gula Arenga pertama di dunia dan mengembangkan sistem tanpa limbah untuk komunitas kecil yang tinggal di dekat hutan. Salah satunya yaitu pusat desa berbasis kelapa sawit yang sebagian didanai oleh National Geography Energy Award. Dr. Smits diangkat menjadi salah satu rekan senior Ashoka, sebuah organisasi wirausaha sosial global, atas karyanya dalam menciptakan sumber pendapatan berkelanjutan bagi masyarakat lokal dari ekosistem hutan campuran. Sejak tahun 2012, Dr. Smits telah menjadi direktur konsesi reboisasi hampir setengah juta hektar di Kalimantan Timur di mana ia telah memperluas penelitiannya dalam mengembangkan sistem untuk reboisasi campuran, penerapan biochar untuk meningkatkan kesuburan tanah, optimalisasi penggunaan air dan nutrisi serta penciptaan lapangan kerja untuk masyarakat lokal. Semua itu dilakukan sekaligus menciptakan kawasan konservasi baru untuk satwa liar. Belum lama ini, area tersebut telah diperluas menjadi hampir dua juta hektar. Dr. Smits juga merupakan pendiri dan perancang Pusat Primate Schmutzer di Jakarta. Dia turut merancang hal serupa lainnya, seperti Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki di Sulawesi Utara, dan pondok-pondok ramah lingkungan, seperti Samboja Lodge, untuk mendemostrasikan bagaimana reboisasi hutan campuran dapat bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat setempat. Berbagai universitas dan konferensi internasional bergengsi, seperti TED dan ESRI International, telah mendatangkan Dr. Smits untuk menjadi pengajar dan pembicara. Pada 2008, ia ikut menulis buku Thinkers of the Jungle. Karyanya telah masuk ke dalam lebih dari 50 film dokumenter dan dikutip oleh ratusan publikasi. Dalam beberapa tahun terakhir ini, Dr. Smits, sebagai Kepala Pejabat Ilmu Pengetahuan untuk Industri Arsari Enviro, sedang mengerjakan program reboisasi lebih dari 500.000 hektar hutan yang telah terdegradasi.[2] PenghargaanPada tahun 1994, Presiden Soeharto memberikan penghargaan bergengsi “Satya Lencana Pembangunan”. Selain itu, Dr. Smits dianugerahi gelar kebangsawanan di Belanda dan pada tahun 2010 ia terpilih menjadi anggota Ashoka Fellowship, sebuah organisasi internasional wirausahawan sosial terkemuka. Rujukan
|