William Tyndale
William Tyndale (terkadang dieja Tynsdale, Tindall, Tindill, Tyndall; ca 1494–1536) adalah seorang akademisi Inggris yang menjadi seorang tokoh ternama dalam reformasi Protestan pada tahun-tahun menjelang eksekusinya. Ia terkenal karena terjemahan Alkitab yang dilakukannya ke dalam bahasa Inggris. Ia dipengaruhi oleh karya Desiderius Erasmus, yang membuat Perjanjian Baru Yunani tersedia di Eropa, dan oleh Martin Luther.[1] Sejumlah terjemahan parsial telah dibuat dari abad ketujuh dan seterusnya, namun penyebaran Alkitab Wycliffe mengakibatkan hukuman mati atas setiap kepemilikan Alkitab dalam bahasa Inggris—meskipun terjemahan-terjemahan telah terselesaikan dan tersedia dalam semua bahasa utama Eropa yang lain.[2][3] Terjemahan karya Tyndale merupakan Alkitab berbahasa Inggris pertama yang berasal dari teks-teks berbahasa Ibrani dan Yunani, Alkitab berbahasa Inggris pertama yang memanfaatkan mesin cetak, dan yang pertama dari Alkitab-Alkitab baru Reformasi dalam bahasa Inggris. Karyanya dianggap sebagai suatu tantangan langsung terhadap hegemoni Gereja Katolik Roma maupun hukum-hukum Inggris yang mempertahankan posisi gereja. Pada tahun 1530, Tyndale juga menulis The Practyse of Prelates, yang menentang perceraian Henry VIII dari Catarina d'Aragón dengan alasan bahwa yang dilakukannya bertentangan dengan Kitab Suci. Gramatika Ibrani karya Reuchlin dipublikasikan pada tahun 1506. Tyndale berkarya pada masa teks Yunani tersedia bagi seluruh masyarakat keilmuan Eropa untuk pertama kalinya dalam berabad-abad. Erasmus menyusun dan menyunting Kitab Suci Yunani ke dalam Textus Receptus—ironisnya, untuk memperbaiki Vulgata Latin—menyusul Kejatuhan Konstantinopel pada tahun 1453. Jatuhnya Konstantinopel mendorong perkembangan Renaisans serta penyebaran teks dan kaum intelektual berbahasa Yunani ke bagian Eropa yang sebelum itu tidak dapat mengaksesnya. Sebuah salinan The Obedience of a Christian Man jatuh ke tangan Henry VIII, sehingga memberikan dasar pemikiran kepada sang raja untuk memisahkan Gereja di Inggris dari Gereja Katolik Roma pada tahun 1534.[4][5][halaman dibutuhkan] Pada tahun 1535, Tyndale ditangkap dan dipenjarakan di kastel Vilvoorde (Filford) di luar Brussel selama lebih dari setahun. Pada tahun 1536, ia dihukum dengan dakwaan bidah dan dieksekusi dengan pencekikan, setelah itu tubuhnya dibakar di tiang. Doa sebelum kematiannya adalah agar mata Raja Inggris dicelikkan; tampaknya hal ini terpenuhi dua tahun kemudian dengan pengesahan Great Bible bagi Gereja Inggris oleh Henry, yang sebagian besarnya merupakan karya Tyndale. Oleh karena itu, Alkitab Tyndale terus memainkan suatu peranan kunci dalam menyebarkan ide-ide Reformasi Protestan di seluruh belahan dunia yang menggunakan bahasa Inggris dan, pada akhirnya, dalam Imperium Britania. Pada tahun 1611, 54 akademisi yang menghasilkan Alkitab Raja James secara signifikan menggunakan karya Tyndale, dan terjemahan-terjemahan yang berasal dari karyanya, sebagai sumber. Suatu perkiraan mengemukakan bahwa Perjanjian Baru dalam Versi Raja James tersebut mengandung 83% karya Tyndale dan Perjanjian Lama 76%.[6] Terjemahan Alkitab karyanya merupakan yang pertama dicetak dalam bahasa Inggris, dan menjadi suatu model bagi terjemahan-terjemahan berikutnya dalam bahasa Inggris; pada tahun 2002, Tyndale ditempatkan di urutan 26 dalam jajak pendapat 100 Greatest Britons yang disiarkan oleh BBC.[7][8] RiwayatTyndale dilahirkan sekitar tahun 1494, diduga di salah satu desa dekat Dursley, Gloucestershire. Di kalangan kerabat dekatnya, keluarga Tyndale saat itu dikenal sebagai Hychyns (Hitchins), dan William Tyndale menggunakan nama William Hychyns sewaktu bersekolah di Magdalen Hall, Oxford (sekarang bagian dari Hertford College, Oxford). Keluarga Tyndale pindah ke Gloucestershire di sekitar masa kelahirannya, kemungkinan akibat Wars of the Roses (Perang Antar Agama), dan diketahui bahwa keluarganya berasal dari Northumberland tetapi baru pindah ke East Anglia. Pamannya, Edward, adalah penerima tanah dari Lord Berkeley dan inilah fakta yang membuktikan asal usul keluarga ini. Edward Tyndale dicatat dalam dua silsilah[9] sebagai saudara laki-laki dari Sir William Tyndale, KB (Order of the Bath), dari Deane, Northumberland, dan Hockwald, Norfolk, yang diangkat menjadi bangsawan (knighted) pada pernikahan Arthur, Prince of Wales dengan Katherine of Aragon. Jadi keluarga Tyndale adalah keturunan Baron Adam de Tyndale, seorang penyewa tanah utama (tenant-in-chief) dari Raja Henry I of England (dan yang sejarah keluarganya berhubungan dengan Tyndall). Keponakan perempuan William Tyndale, Margaret Tyndale, menikah dengan Rowland Taylor yang dikenal sebagai "The Martyr". Tyndale meraih gelar Bachelor of Arts dari Oxford University pada tahun 1512 dan tahun itu juga ia menjadi subdeacon. Ia menjadi Master of Arts (Oxbridge and Dublin) pada bulan Juli 1515, 3 bulan setelah diangkat menjadi pendeta. Gelar M.A. memungkinkannya mulai belajar teologi, tetapi pelajaran resminya tidak termasuk studi Alkitab. Hal ini mengejutkan Tyndale, sehingga ia mengorganisir kelompok privat untuk mengajar dan mendiskusikan Alkitab. Ia berbakat dalam bidang bahasa (fasih dalam bahasa Prancis, bahasa Yunani, bahasa Ibrani, bahasa Jerman, bahasa Italia, bahasa Latin, bahasa Spanyol ditambah bahasa ibunya, bahasa Inggris). Ia kemudian kuliah di University of Cambridge (kemungkinan belajar kepada Desiderius Erasmus, yang karyanya Enchiridion Militis Christiani — "Panduang untuk Pejuang Kristen" (tahun 1503) diterjemahkan oleh Tyndale ke dalam bahasa Inggris). Diyakini bahwa Tyndale berjumpa Thomas Bilney dan John Frith di Cambridge. Tyndale menjadi pendeta di rumah Sir John Walsh di Little Sodbury sekitar tahun 1521, dan menjadi tutor untuk anak-anak tuan rumah. Sejumlah pendapatnya membuatnya terlibat dalam kontroversi dengan pendeta-pendeta sejawatnya, dan sekitar tahun 1522 ia dipanggil di hadapan Kanselir (Chancellor) Anglican Diocese of Worcester dengan tuduhan "sesat" (heresy). Penterjemahan AlkitabSegera sesudah itu, ia memutuskan untuk menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Ia yakin bahwa jalan kepada Allah adalah melalui Firman-Nya dan Alkitab seharusnya tersedia juga untuk orang-orang biasa. John Foxe melukiskan sebuah argumen dengan seorang pendeta yang "terpelajar" tetapi "penghujat", yang mengatakan kepada Tyndale bahwa, "Lebih baik kita tanpa hukum Allah daripada tanpa hukum Paus." Dengan emosi yang meluap, Tyndale menyampaikan jawabannya: "Aku menantang Paus, dan semua hukum-hukumnya; dan jika Allah memberikan usia kepadaku, sebelum banyak tahun aku akan menyebabkan seorang anak yang membajak ladang untuk tahu lebih banyak tentang Alkitab daripada Paus sendiri!" [10][11] Tyndale meninggalkan London pada tahun 1523 untuk meminta izin menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris dan untuk meminta bantuan lain dari Gereja. Khususnya, ia mengharapkan dukungan dari Uskup Cuthbert Tunstall, ahli klasik (classicist) terkenal, yang dipuji oleh Erasmus setelah bekerja sama dengannya dalam hal Perjanjian Baru bahasa Yunani. Namun uskup ini memandang rendah kredensial ilmiah Tyndale, curiga akan teologinya dan sebagaimana pejabat gereja berkedudukan tinggi, merasa kurang suka dengan gagasan adanya Alkitab dalam bahasa daerah. Saat itu Gereja tidak menganggap Alkitab terjemahan bahasa Inggris akan membantu. Tunstall mengatakan kepada Tyndale bahwa ia tidak mempunyai tempat untuknya di rumahnya.[12] Tyndale berkhotbah dan mempelajari "bukunya" di London selama beberapa waktu, menggantungkan bantuan pedagang kain, Humphrey Monmouth. Kemudian ia meninggalkan Inggris dengan nama samaran dan mendarat di Hamburg pada tahun 1524 dengan karya Perjanjian Barunya sejauh itu. Ia melengkapi terjemahannya pada tahun 1525, dengan bantuan biarawan Franciscan, William Roy. Pada tahun 1525, penerbitan karyanya oleh Peter Quentell di Cologne diinterupsi oleh pengaruh anti-Lutheran, dan baru pada tahun 1526 edisi lengkap Perjanjian Baru diproduksi oleh percetakan milik Peter Schoeffer di Worms, Jerman, kota imperial merdeka yang sedang dalam proses menganut Lutheranisme.[13] Kemudian, lebih banyak lagi dicetak di Antwerpen. Buku itu diselundupkan ke Inggris dan Skotlandia, dan dicela pada bulan Oktober 1526 oleh Tunstall, yang mengeluarkan peringatan kepada para penjual buku serta membakar buku-buku itu di depan umum. Dengan terbitnya Perjanjian Baru karya Tyndale, Kardinal Thomas Wolsey mengutuk Tyndale sebagai "heretik" (kaum sesat) dan meminta agar Tyndale ditangkap.. PenangkapanTyndale bersembunyi di Hamburg dan terus bekerja. Ia merevisi terjemahan Perjanjian Barunya dan mulai menterjemahkan Perjanjian Lama serta menulis sejumlah artikel lain. Pada tahun 1530, ia menulis The Practyse of Prelates, menentang perceraian Henry VIII of England dengan alasan tidak alkitabiah dan suatu taktik dari Kardinal Wolsey untuk mengikat Raja Henry di pengadilan paus. Hal ini menyebabkan kemarahan raja kepadanya dan meminta kaisar Charles V, Holy Roman Emperor untuk menyerahkan Tyndale dan mengembalikannya ke Inggris. Akhirnya, Tyndale dikhianati dan dilaporkan kepada penguasa. Ia ditangkap di Antwerpen pada tahun 1535, dikhianati oleh Henry Phillips, dan ditahan di kastil Vilvoorde dekat Brussels.[14] KematianIa diadili dengan tuduhan "sesat" pada tahun 1536 dan dijatuhi hukuman mati, meskipun Thomas Cromwell berupaya campur tangan untuk menghalangi. Dia "dicekik sampai mati sementara diikat pada tiang kayu, dan kemudian mayatnya dibakar".[15] Foxe mencatat 6 Oktober sebagai tanggal peringatan kematian (kolom tanggal sebelah kiri), tetapi tidak menulis tanggal kematiannya (di kolom tanggal sebelah kanan).[14] Tradisi peringatannya jatuh pada tanggal 6 Oktober, tetapi catatan penjaranya memberi kesan bahwa kematiannya mungkin beberapa minggu sebelum tanggal itu.[16] Kata-kata terakhir Tyndale yang diucapkannya "pada tiang dengan semangat sungguh-sungguh dan suara yang keras", dilaporkan adalah "Tuhan! Bukalah mata Raja Inggris!"[17] Karya cetakTyndale adalah penulis dan penterjemah yang aktif, meskipun yang paling terkenal dari karyanya adalah Alkitab terjemahannya. Karya-karya Tyndale tidak hanya berfokus pada kehidupan beragama, melainkan juga diarahkan ke arena politik.
Menjawab kritik dari John Bell, uskup Worcester, Tyndale menyuarakan lagi sentimen ini
WarisanDalam terjemahan Alkitabnya, Tyndale memperkenalkan kosakata baru ke dalam bahasa Inggris, dan banyak yang kemudian dipakai dalam Alkitab Versi Raja James:
Ia juga memperkenalkan banyak frasa bahasa Inggris terkenal yaitu:
Sejumlah kata-kata dan frasa baru yang diperkenalkan Tyndale kurang menyenangkan kepemimpinan Gereja Katolik Roma, karena menggunakan, misalnya 'Overseer' (penilik jemaat) bukan 'Bishop' (uskup), dan 'Elder' (penatua) bukan 'Priest' (pendeta), juga yang paling kontroversial, 'congregation' (jemaat) bukan 'Church' (Gereja), serta 'love' (kasih) bukan 'charity'. Tyndale berpendapat (dengan mengutip Erasmus) bahwa Perjanjian Baru bahasa Yunani tidak mendukung pembacaan tradisional Gereja Katolik Roma. Pernyataan dari Katolik Roma mendasarkan pada kesalahan yang nyata maupun yang diduga dari terjemahan. Thomas More berkomentar bahwa mencari kesalahan dalam Alkitab terjemahan Tyndale adalah seperti mencari air di dalam laut, dan menuduh terjemahan Tyndale Obedience of a Christian Man (Kepatuhan orang Kristen) mengandung lebih dari 1000 kesalahan terjemahan.[20] Uskup Cuthbert Tunstall dari London menyatakan ada lebih dari 2000 kesalahan dalam Alkitab Tyndale. Tunstall pada tahun 1523 menolak memberi izin yang diperlukan menurut Constitutions of (Perundangan) Oxford tahun 1409 kepada Tyndale untuk menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris dan larangan itu masih berlaku. Menjawab tuduhan ketidak akuratan terjemahannya, Tyndale menulis bahwa ia tidak pernah sengaja mengubah atau menyalahartikan bagian Alkitab manapun dalam penerjemahannya dan tidak akan pernah melakukan hal itu. Dalam menterjemahkan, Tyndale secara kontroversial mengikuti Perjanjian Baru edisi bahasa Yunani karya Erasmus (1522). Di kata pengantar edisi Perjanjian Barunya tahun 1534 ("WT unto the Reader" = WT, yaitu William Tyndale, untuk para Pembaca) ia tidak hanya menguraikan dengan teliti sejumlah aturan tatabahasa Yunani, tetapi juga menunjukkan bahwa sering terkandung pepatah Ibrani di dalam bahasa Yunani itu. Yayasan Tyndale (The Tyndale Society) mengumpulkan lebih banyak bukti bahwa terjemahan yang dibuat itu didasarkan langsung dari bahan-bahan bahasa asli Ibrani dan Yunani yang dimiliki Tyndale saat itu. Misalnya, Prolegomena dalam William Tyndale's Five Books of Moses karya Mombert menunjukkan bahwa Pentateukh terjemahan Tyndale adalah langsung diterjemahkan dari bahasa asli Ibrani. Hanya ada 3 buku edisi pertama (1526) yang selamat sampai sekarang. Yang paling lengkap adalah bagian dari koleksi Alkitab Württembergische Landesbibliothek, Stuttgart, Jerman. Buku yang dimiliki British Library hampir lengkap, hanya kurang halaman sampul dan daftar isi. Di samping itu hanya ada 9 buku Pentateukh karya Tyndale yang tersisa. Dampak kepada Alkitab bahasa InggrisTemplat:Sejarah Alkitab Para penterjemah Revised Standard Version pada tahun 1940-an mencatat bahwa terjemahan Tyndale memberi ilham kepada berbagai terjemahan penting selanjutnya, termasuk "Alkitab Besar" (Great Bible) tahun 1539, Geneva Bible tahun 1560, Bishops' Bible tahun 1568, Douay-Rheims Bible tahun 1582–1609, dan Alkitab Versi Raja James tahun 1611, yang mana para penterjemah RSV menulis: "[Alkitab versi Raja James/KJV] mempertahankan kept frasa yang baik dan ekspresi yang tepat, dari sumber manapun, yang mampu tahan uji dalam penggunaan umum. Hutang budi terbanyak, khususnya Perjanjian Baru, adalah kepada Tyndale." Faktanya banyak pakar sekarang percaya demikian, sebagaimana Joan Bridgman yang menulis komentar dalam Contemporary Review "Ia [Tyndale] adalah penterjemah utama yang tidak dikenal dari buku yang paling berpengaruh di dunia. Sekalipun Versi Raja James yang diakui merupakan hasil karya sekelompok orang-orang gereja yang terpelajar, sebenarnya sebagian besar diambil dari karya Tyndale dengan sejumlah perbaikan terjemahannya." Banyak versi bahasa Inggris yang terkenal sejak itu mengambil inspirasi dari Tyndale, seperti the Revised Standard Version, the New American Standard Bible, dan the English Standard Version. Sekalipun parafrase seperti the Living Bible dan the New Living Translation diilhami oleh keinginan yang sama untuk membuat Alkitab dapat dimengerti oleh "pemuda pembajak ladang" yang diumpamakan oleh Tyndale.[21][22] George Steiner dalam bukunya tentang terjemahan After Babel mengacu kepada "pengaruh jenius Tyndale, penterjemah terbesar Alkitab bahasa Inggris..." [After Babel halaman 366] MemorialAda tempat peringatan untuk Tyndale di Vilvoorde, di mana ia dihukum mati. Didirikan pada tahun 1913 oleh Friends of the Trinitarian Bible Society of London dan the Belgian Bible Society.[23] Juga terdapat William Tyndale Museum kecil di kota itu, bersebelahan dengan gereja Protestan.[24] Patung tembaga karya Sir Joseph Boehm untuk memperingati hidup dan karya Tyndale didirikan di Victoria Embankment Gardens di tepi sungai Thames (Thames Embankment), London pada tahun 1884. Digambarkan tangan kanannya pada Alkitab yang terbuka, yang terletak di atas mesin percetakan kuno. Tyndale Monument (monumen Tyndale) dibangun tahun 1866 di sebuah bukit di dekat tempat kelahirannya, North Nibley. Sejumlah college, sekolah dan pusat studi menggunakan namanya sebagai penghormatan, termasuk Tyndale House di Cambridge, Tyndale University College and Seminary di Toronto, the Tyndale-Carey Graduate School yang berhubungan dengan the Bible College of New Zealand, Selandia Baru; William Tyndale College (Farmington Hills, Michigan), dan Tyndale Theological Seminary (Shreveport, Louisiana, dan Fort Worth, Texas), juga Tyndale Theological Seminary independen di Badhoevedorp, dekat Amsterdam, Belanda.[25] Penerbitan Kristen di Amerika Serikat, juga bernama Tyndale House, untuk menghormati Tyndale. Peringatan LiturgisSesuai tradisi, kematian Tyndale diperingati setiap tanggal 6 Oktober.[26] Ada sejumlah acara peringatan pada hari itu di kalender gereja anggota Anglican Communion, mulanya sebagai satu dari "hari-hari ibadah tambahan" dalam American Book of Common Prayer (1979),[27] dan "black-letter day" (hari surat hitam) dalam Alternative Service Book terbitan Church of England.[28] The Common Worship yang dipakai oleh Church of England pada tahun 2000 menyediakan collect proper untuk tanggal 6 Oktober, dimulai dengan kata-kata:
Tyndale juga dihormati dalam Calendar of Saints di gereja Lutheran dari Evangelical Lutheran Church in America sebagai penterjemah dan martir pada hari yang sama. Lihat pulaReferensi
Pustaka tambahan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai William Tyndale. Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: William Tyndale.
|