Wilhelm Wundt
Wilhelm Maximilian Wundt (16 Agustus 1832 – 31 Agustus 1920) adalah seorang dokter, psikolog, fisiolog, dan profesor, yang sekarang dikenal sebagai penemu psikologi modern. Ia dianggap sebagai "bapak psikologi eksperimental".[2][3][4] Pada tahun 1879, ia mendirikan laboratorium formal pertama untuk riset psikologis di Universitas Leipzig, dan membuat jurnal riset psikologis pertama pada tahun 1881. Wundt membuat karya tulis yang menjadi salah satu yang paling penting dalam sejarah psikologi, "Principles of Physiological Psychology" pada tahun 1874. Karya tersebut menggunakan sistem dalam psikologi yang berupaya menyelidiki pengalaman langsung dari kesadaran, termasuk perasaan, emosi, gagasan, terutama dijelajahi melalui introspeksi.[5] Wundt berupaya memahami pikiran manusia dengan mengidentifikasi elemen pembentuk kesadaran manusia, seperti halnya zat kimia yang bisa dibagi menjadi berbagai elemen. Dalam hal ini, Wundt menganggap psikologi sebagai ilmu, seperti halnya fisika dan kimia, dengan melihat bahwa kesadaran adalah kumpulan dari berbagai bagian yang bisa diidentifikasi. Walau secara luas dianggap sebagai seorang yang penting dalam kelahiran dan perkembangan psikologi, sumbangannya terhadap psikologi kontemporer banyak diperdebatkan oleh para ahli sekarang. KelahiranWilhelm Maximilian Wundt lahir pada tanggal 16 Agustus 1832 di Neckarau, Baden, Jerman.[6] Sumbangsih keilmuanLaboratorium psikologiWilhelm Wundt merupakan tokoh pendiri dari laboratorium psikologi yang pertama. Ia mendirikannya di Universitas Leipzig pada tahun 1879.[7] Tujuan pendirian laboratorium ini adalah untuk mempelajari perbedaan-perbedaan dari pengalaman tentang kesadaran.[8] Pendirian laboratorium psikologi ini ditetapkan sebagai tahun kelahiran bagi psikologi modern. Wilhelm Wundt ditetapkan sebagai tokoh psikolog pertama yang mempeloporinya.[9] Pendirian laboratorium psikologi menjadi awal penetapan psikologi sebagai disiplin ilmiah yang berpisah dari filsafat.[10] Sebelum tahun 1879, ahli filsafat dan ahli fisiologi mempelajari masalah kejiwaan. Karenanya saat itu, psikologi masih menjadi bagian dari ilmu filsafat dan ilmu fisiologi.[11] Pengakuan psikologi sebagai disiplin ilmiah baru ditetapkan pada tahun 1886.[12] Laboratorium psikologi yang didirikan oleh Wundt awalnya merupakan laboratorium fisiologi untuk penelitian mengenai gejala-gejala persepsi dan emosi. Pada saat itu, penelitian ini termasuk dalam penelitian empirik di bidang filsafat dan fisiologi. Dari percobaan ini, Wundt berkesimpulan bahwa fisiologi tidak dapat memberikan penjelasan mengenai jenis persepsi seperti ilusi. Ia berpendapat bahwa pikiran menjadi penyebab adanya perbedaan antara persepsi dan data objektif. Sebaliknya, persepsi tidak menjadi penyebab adanya perbedaan pemikiran dengan data objektif. Karena hal ini, Wundt menetapkan bahwa laboratorium fisiologi tersebut telah berubah menjadi laboratorium psikologi. Laboratorium ini kemudian digunakan untuk penelitian mengenai tingkat pikiran yang lebih tinggi seperti ingatan dan perilaku kelompok.[13] StrukturalismeWilhelm Wundt merupakan pelopor dalam penulisan buku teks mengenai psikologi. Ia juga mendirikan laboratorium psikologi untuk menerapkan pemikiran-pemikirannya. Wundt meyakini bahwa tinjauan atas dapat diperoleh dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang ini antara lain sudut pandang biologi, psikodinamika, behavioral, humanistik, kognitif, lintas kultural atau kultur sosial.[14] Wilhelm Wundt menjadikan strukturalisme sebagai dasar bagi kajian psikologi. Dalam pemikiran Wundt, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kesadaran manusia.[15] Pengkajian proses kejiwaan dalam psikologi Wundt menggunakan metode introspeksi yang berlandaskan kepada filsafat.[16] Dalam strukturalisme Wundt, kesadaran merupakan faktor yang menentukan kondisi kehidupan manusia. Keberadaan kesadaraan membuat manusia mampu mengetahui tentang fakta-fakta yang nyata dan memberikan hubungan antarfakta melalui pemikiran rasional.[17] Strukturalisme yang dipelopori oleh Wundt dan para strukturalis Jerman menghasilkan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui kesadaran dan perilaku manusia. Pendekatan ini yaitu fenomenologi dan mekanisme. Fenomenologi mengutamakan pengalaman, sedangkan mekanisme mengutamakan percobaan.[18] Referensi
Pranala luar
|