Weragati, Palasah, Majalengka
SejarahSejarah desa ini disusun berdasarkan cerita rakyat yang beredar secara turun – temurun dan dihubungkan dengan bukti-bukti sejarah yang ada sebagai pendukung. Desa Weragati diperkirakan berdiri sekitar akhir abad ke-16, sejak dibukanya hutan belantara di pinggir Sungai Ciherang untuk dijadikan pemukiman, yang kemudian diberi nama “ Wanagati “ ( hutan lebat yang indah ). Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, tokoh pembuka hutan tersebut dijuluki “ Buyut Wanagati “. Setelah pemukiman tersebut semakin luas dan penghuninya semakin banyak, maka berkembang menjadi sebuah desa yang diberi nama “ Weragati “ ( indah nan lestari ). Pada masa itu, wilayah Desa Weragati cukup luas hingga mencakup Desa Nanggewer, dan dipimpin oleh para Demang yang memiliki kesaktian tinggi seperti Demang Sisipi, Demang Jaya Maindra, Demang Ranggajaya, Demang Ranggapati dan Demang Kalang Banteng. Selanjutnya, sejalan dengan terjadinya penyerahan daerah kekuasaan Kerajaan Sumedang Larang bagian timur mulai Cilutung sampai Brebes kepada Kesultanan Cirebon, maka pengaruh-pengaruh Cirebon pun semakin kuat masuk ke Weragati. Julukan Demang bagi seorang Kepala Desa, berubah menjadi Kuwu. Dan karena seorang Kuwu merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dan dituakan oleh masyarakatnya, maka selain sebagai pemimpin pemerintahan juga harus mampu menjadi petugas pernikahan warganya yang merupakan tugas seorang “ Lebe “. Itulah sebabnya, kepala desa pada saat itu disebut “ Bewu “ yang berarti Kuwu merangkap Lebe. Masa Pemerintahan Bewu berjalan sekitar 45 tahun. Pada masa itu terjadi sebuah peristiwa penting saat Bewu menikahkan anak perempuannya dimeriahkan dengan pagelaran wayang. Pesta perkawinan berakhir dengan kekacauan karena pengantin perempuan tergoda oleh sang Dalang wayang yang kemudian membawa lari pengantin perempuan dan ditemukan tergantung di pohon beringin. Bewu pun murka dan mengeluarkan “ supata “ ( kutukan ) bahwa sejak saat itu di wilayah Weragati dengan semua keturunannya tidak boleh ada wayang dan pohon beringin. Setelah era Pemerintahan Bewu, kepala desa Weragati dijabat oleh JASRI yang memerintah selama 20 tahun. Pada masa itu, Nanggewer resmi terpisah dari Weragati dan berdiri sendiri sebagai sebuah desa. Pengganti JASRI adalah SIAH. Walaupun hanya memerintah selama satu tahun, SIAH berhasil memindahkan pusat Pemerintahan Desa Weragati dari Dukuh Maja ke tempat yang sekarang. Pemerintahan Desa Weragati kemudian dipimpin oleh AJEM yang berhasil mendirikan sebuah pesantren di dukuh katuk ( RW.01 Blok Dalem ). Pengganti AJEM adalah WANGSA DINATA. Pada masa ini Weragati mencapai zaman keemasan dengan dibangunnya Mesjid Jami Nurul Huda dan Balai Desa pada tahun 1893, sekolah ( sekarang Bangunan TK Binangkit ) tahun 1914, dan jembatan Cibuni tahun 1926, serta menciptakan tata ruang Desa Weragati dengan membuat jalan lingkar desa. Atas berbagai keberhasilan itu, pada tahun 1935 Desa Weragati mendapatkan penghargaan Bintang Jasa dari pemerintah Hindia Belanda. Masa Pemerintahan WANGSA DINATA berakhir pada tahun 1936 dan digantikan KASAH hingga tahun 1941. Pada masa pemerintahan KASAH, dilakukan penataan lingkungan alun-alun, termasuk penanaman pohon kelapa di sekelilingnya. Tahun 1942 JENI menggatikan KASAH selama satu tahun karena meninggal dunia, dan digantikan oleh MURHAWI NATA SASMITA yang memerintah sampai tahun 1947. Jabatan MURHAWI NATA SASMITA berakhir karena ditahan Belanda, dan digantikan oleh NASPAN hingga tahun 1950. NASPAN digantikan oleh MADRAWI. Pada masa ini, pembangunan Desa Weragati kembali berkembang. Pada tahun 1952 dibangun Sekolah Dasar Gotong Royong ( sekarang SDN I ) dan lapangan sepak bola. Pada tahun 1958 Weragati untuk pertama kali mendapat kunjungan seorang Gubernur Jawa Barat ( Bapak Mashudi ), karena berhasil menjadi juara kebersihan sekolah tingkat Provinsi. Tahun 1963 MADRAWI berhenti karena lanjut usia, dan digantikan RUSGI AL SAENAH hingga tahun 1968. Pada masa itu, pembangunan desa kembali terhambat sehubungan dengan terjadinya gejolak politik nasional, terutama meletusnya G 30 S/PKI. Pembangunan mulai berjalan kembali pada masa pemerintahan BASAR yang menggantikan RUSGI AL SAENAH tahun 1968. BASAR mulai menerapkan system pemerintahan modern di samping meneruskan arah pembangunan para pendahulunya. Berbagai prestasi dicapai seperti Juara II lomba Desa tingkat Provinsi, dan Weragati untuk kedua kalinya mendapat kunjungan Gubernur ( Aang Kunaefi ). Dalam bidang infrastruktur BASAR berhasil membangun jalan-jalan gang yang menghubungkan jalan lingkar desa dengan jalan raya dan membangun bendungan Batununggul. Awal tahun 1980 BASAR habis masa jabatannya dan digantikan M. YUNUS BADASENA, yang menjabat selama satu setengah tahun karena meninggal dunia. Dan untuk mengisi kekosongan KABA AWATI diangkat menjadi penjabat Kepala Desa hingga tahun 1984 saat BASAR kembali terpilih untuk kedua kalinya menjadi Kepala Desa depinitif. Masa pemerintahan BASAR periode kedua dilalui dengan pencapaian berbagai prestasi kembali. Dia berhasil merehab Mesjid Nurul Huda, membangun SD Inpres ( sekarang SDN III ) dan SDN 2, serta membangun jembatan Ciherang menjadi permanen. Weragati juga dinobatkan sebagai Desa Binaan Pemuda tingkat Provinsi Jawa Barat dan dikunjungi Menpora saat itu, Bapak Akbar Tanjung. Tanggal 18 Oktober 1993 ALI HASAN menggantikan Basar yang sudah habis masa jabatannya. Dengan visi yang cukup tajam serta pengalamannya ikut merancang konsep-konsep pembangunan Weragati pada saat kepemimpinan Basar dan sebagai Kepala Desa yang cukup berhasil di Sulawesi Tenggara, ALI HASAN berhasil meletakan pondasi-pondasi kemajuan desa yang belum tergarap pada masa pemerintahan Basar. Dia berhasil melakukan pengaspalan jalan gang di seluruh wilayah Weragati, dan membangun pasar desa, walaupun belum sampai tuntas karena habis masa jabatan. Dalam bidang pendidikan berhasil menempatkan MTsN Palasah di Desa Weragati, dan dalam bidang kesehatan dia berhasil membangun Puskesmas Pembantu ( Pustu ), serta mengganti pohon kelapa yang sudah terlalu tua di lingkungan alun-alun dengan pohon mangga. Tahun 2001, Ali Hasan digantikan JONO HARJONO S.S walaupun tidak sampai tuntas memangku jabatan karena mengundurkan diri, JONO HARJONO S.S berhasil merehab kembali Balai Desa dan memasang paving blok di alun-alun, serta merehab SDN. III. Tahun 2004 Jono Harjono S.S mengundurkan diri, dan untuk mengisi jabatan Kepala Desa diangkat JAYUS yang saat itu menjabat Sekretaris Desa menjadi Penjabat Sementara Kepala Desa. Walaupun hanya selama 8 bulan jabatannya, JAYUS telah berhasil membangun pagar lingkungan Mesjid Nurul Huda dan berhasil menyelenggarakan pemilihan kepala desa depinitif. Tanggal 22 Juli 2005, Drs. ASKARI dilantik menjadi Kepala Desa depinitif hingga sekarang. Dengan visi “ Tercapainya Weragati Sugih Mukti dan Mewujudkan Panca Sembada Berbasis Masyarakat Religius dan Partisipatif, Askari berusaha menciptakan lima kemandirian desa dalam bidang pangan, pendidikan, kesehatan, perekonomian ( daya beli ), dan pemerintahan dengan berpedoman kepada kaidah-kaidah religius dan partisifasi masyarakat. Dalam bidang pangan, Askari berhasil menumbuhkan lumbung pangan di setiap RW. Bidang pendidikan berhasil merehab TK “ Binangkit “, rehab SDN I dan II, membangun Madrasah “ Miptahurrahmat “ dan “ Al Kautsar “, membangun PAUD/Kober “ Puputon “ dan membangun perpustakaan “ Binekas “ yang sempat menjadi perpustakaan desa terbaik di Jawa Barat. Bidang kesehatan dia berhasil meningkatkan stara posyandu dari purnama menjadi mandiri dan membangun tempat pembuangan akhir sampah, hingga Weragati menjadi juara lomba desa siaga tingkat Kabupaten Majalengka tahun 2008 dan juara II lomba 10 program PKK tingkat Jawa Barat tahun 2007. bidang perekonomian, dia berhasil mengembangkan koprasi “ Bina Mandiri “, menciptakan produk-produk unggulan desa, dan lembaga ekonomi mikro, dll hingga Weragati dinobatkan menjadi desa pertumbuhan terbaik di Jawa Barat tahun 2007. Bidang pemerintahan, berhasil diterapkan otonomi sampai ke tingkat RW. dan berhasil menjadi juara II lomba desa tingkat Provinsi dan dijadikan tempat penyelenggaraan bulan bakti gotong royong tingkat provinsi tahun 2007 yang dihadiri Gubernur Dani Setiawan.
|