Way Tenong, Lampung Barat
Way Tenong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lampung Barat, Lampung, Indonesia. Way Tenong adalah penghasil komoditi kopi, sayuran, padi dan lada. Way tenong juga didiami oleh beberapa etnis suku di Indonesia yakni Semende, Jawa, Sunda, Lampung, Bali, Padang, Batak,dan juga termasuk daerah majemuk. Pekerjaan para penduduk seagian besar adalah petani kopi. Selain petani kopi, pekerjaan masyarakat lainnya adalah sebagai pedagang, pegawai, tukang, dan sebagainya. Kecamatan Way Tenong memiliki bentang alam pegunungan yang indah dengan suhu yang sejuk. Objek wisata: pemandian air panas gemburak, curup(air terjun) mabarjaya dan curup(air terjun) air putih.. kecamatan way tenong adalah kecamatan yang paling makmur di lampung barat dan kota fajar bulan sebagai pusat keramaiannya. Sejarah Way TenongWay Tenong berasal dari bahasa Lampung (way: Air dan Tenong: Tenang) berarti Air Tenang yang diidentifikasikan sebagai sebutan untuk Way Besai yang tanang dan tidak memiliki air terjun yang tinggi sepanjang wilayah yang dinamakan Way Tenong. Way Tenong telah menjadi sebutan untuk wilayah ini sejak masa pemerintahan Kerajaan Skala Brak, Buai Belunguh, Kenali. Saat itu Way Tenong adalah sebutan untuk wilayah hamparan hutan di sebelah timur kenali yang dikelilingi oleh perbukitan. Antara tahun 1850 an , Panglima Perang Besemah Semende, Puyang Raje Mangkute yang menetap di Ulu Nasal, Kaur, Bengkulu, memerintahkan 7 orang (anak dan cucunya) untuk mencari segare tuyung di wilayah Ulu Way Besai. Perintah tersebut dilaksanakan setelah Puyang Raje Mangkute Wafat. Tujuh orang di antaranya yaitu Puyang Raje Kuase, Puyang Abidun, Puyang Puting Marge, Puyang Jenderang,Puyang Jemakir, Puyang Jekalam, dan Puyang Senikar berangkat dari Ulu Nasal menuju Rebang. Di rebang, mereka mendapat tambahan anggota sebanyak 2 orang. Rombongan membuka lahan di Gunung Aji dan menanam padi untuk bekal selama pencarian. Setelah cukup lama mencari Segare Tuyung, mereka pun menemukan Muara anak Sungai dengan Way Besai, di muara tersebut terdapat pohon jeruk hutan (limau) bercabang. Anak sungai tersebut dinamakan Campang Lamau (Cabang Pohon jeruk). Rombongan berjalan menelusuri tepi campang limau, hingga menemukan segare tuyung, yaitu mata air yang sangat besar yang keluar dari dalam tanah. Mereka pun mencari titik yang tepat untuk membuka lahan untuk pemukiman. Mereka berjalan namun selalu kembali ke tempat semula. Mereka pun menamakan tempat itu dengan nama Mutar Alam. Setelah mereka menemukan lokasi yang dicari, puyang Raje Kuase mengajak rombongan untuk mencari pemukiman terdekat untuk mengetahui wilayah tersebut masuk dalam kekuasaan siapa. Mereka pun kembali ke Rebang. Di rebang, mereka di arahkan ke Mesir Ilir, sebuah kampung yang sangat tua di utara Kota Bumi. Di Mesir Ilir mereka diberi petunjuk untuk ke Menggala, di sana terdapat Kontlier Belanda. Di Menggala rombangan bertamu di Kontlier Belanda di Menggala untuk menanyakan status wilayah yang ditemukan. Kontlier belanda mengidentifikasi wilayah tersebut dengan meminta keterangan rombongan. Penanda wilayah tersebut adalah gunung Remas. Gunung remas adalah batas wilayah kekuasaan Belanda dan Inggris. Saat itu wilayah yangs Sekarang menjadi Lampung Barat dan sebagian Tanggamus masuk dalam kekuasaan Inggris. Rombongan pun mendapat penjelasan dan sepucuk surat dan diarahkan untuk menemui Pangeran Polon, di kenali. Menemui Pangeran Polon di Kenali Puyang Raje Kuase dan rombongan kembali ke Way Tenong, dan berangkat untuk menemui Pangeran Polon. Mereka berjalan mendaki Bukit Subhanallah, lalu Raje Kuase memerintahkan salah seorang naik pohon untuk melihat bila ada pemukiman. Dari atas pohon tampak ada asap mebubung, pertanda ada manusia. Didatangilah tempat asap tersebut, dan ditemui orang yang berkebun. Mereka pun diantarkan oleh petani tersebut ke rumah Pangeran Berbaju Besi. Rombongan diterima sebagai tamu dan menginap di rumah Pangeran Berbaju Besi tersebut. Keesokan harinya, pangeran berbaju besi mengantarkan rombongan menemui pangeran Polon di Lamban Dalom atau istana kerajaan. Di sana Raje Kuase diterima oleh Pangeran Polon, dan diangkat Sebagai anak angkatnya dengan syarat mampu membuka jalan dari Way Tenong ke Kanali. Walaupun tidak mudah membuka hutan rimba menjadi jalan, Raje Kuase menyanggupi dan membuktikan kesanggupannya dengan membuka jalan dari Way Tenong ke Kenali. Mutar Alam, Dusun pertama di Way Tenong Dusun Mutar Alam pun berhasil dibuka, dan penduduk dari Nasal semakin bertambah yang bermukim di Mutar Alam. SK Dusun pun dikeluarkan sehingga Mutar Alam resmi menjadi sebuah dusun. Tahun 1889 reseden bengkulin/bengkulu dengan surat no 89 tertanggal 11jule 1889 mengesahkan mutar alam sebuah dusun resmi dengan hak dan kewenangannya sebagai perwatinnya adalah Raje Kuase Marga Way TenongBerjalan beberapa tahun setelah itu mutar alam terus berkembang oleh karna itu timbulah pemikiran bawah mutar alam sudah layak menjadi suatu marga sendiri pemikiran ini di sampaikan kepada pangeran kenali dan pangeran kenali menyambut baik dengan pertimbangan pertama telah terjalinnya kekeluargaan saudara sehidup semati, kedua secara obyektif jumlah penduduk di dareah ulu way besai sudah layak menjadi marga untuk hal itu pangeran kenali memintak tanda penebusan: 1 uang kontan sebesar 900 gulden 2 seekor kerbau besar 3 seratus kulak beras 4 seratus ikan semah kering 5 sebuah gading gajah setelah syarat perpisahan ini di terima oleh pangeran kenali maka mutar alam dan ulu way besi resmi menjadi marga dengan nama marga Way Tenong melalui surat keputusan conttler krui no 25/26 tertanggal 21 september 1900 dengan batas- batas wilayah marga Way Tenong adalah: Utara: Pematang Begelung Selatan: Bukit Subhanallah dan Gunung Remas Timur: Palbatu/cuhup Ikuk Kude Barat: Air Sanyir Perpisahan marga waytenong dengan marga kenali tidak memutuskan hubungan kekeluargaan antara ke dua marga tersebut hubungan sebagai layaknya dua saudara kandung tetap terjaga begitu pula hubungan dengan marga2 lain. Pesirah Way Tenong
Tokoh-Tokoh Way Tenong
Referensi
Pranala luar |