Watang Pulu, Sidenreng Rappang
Penduduk Kecamatan Watang Pulu bekerja sebagai petani, pengusaha enting-enting, ataupun pekerja proyek pembangkit listrik tenaga bayu. Suku yang mendominasi wilayah Kecamatan Watang Pulu adalah suku Bugis dan suku Makassar. Di Kecamatan Watang Pulu terdapat satu infrastruktur publik yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Sidrap. GeografiWilayah administratifWatang Pulu berstatus sebagai kecamatan di Kabupaten Sidenreng Rappang. Bagian barat wilayahnya berbatasan dengan Kota Parepare dan Kabupaten Pinrang. Wilayah di bagian timur Kecamatan Watang Pulu berbatasan dengan Kecamatan Baranti dan Kecamatan Maritengngae. Pada bagian selatan, Kecamatan Watang Pulu berbatasan dengan Kecamatan Tellu Limpoe. Sedangkan di bagian utara, Kecamatan Watang Pulu berbatasan dengan Kecamatan Baranti.[butuh rujukan] Jumlah desa di Kecamatan Watang Pulu pada tahun 2011 sebanyak 6 desa. Desa-desa ini meliputi Desa Mattirotasi, Desa Arawa, Desa Lainungan, Desa Lawawoi, Desa Uluale dan Desa Buae. Luas keenam desa ini sekitar 85 km2.[1] Desa BuaePenduduk di Desa Buae utamanya bekerja sebagai petani. Jenis tanaman yang ditanam ialah padi. Lahan pertanian yang digunakan merupakan kepemilikan pribadi dan terletak di luar kawasan hutan. Pada tahun 2017, Badan Pusat Statistik Kecamatan Watang Pulu menyatakan luas lahan pertanian di Desa Buae adalah 308.98 ha. Jumlah penduduk Desa Buae yang bekerja sebagai petani pada tahun 2017 sebanyak 1.566 orang. Sementara bagian kawasan hutan dimanfaatkan penduduk Desa Buae untuk menanam jagung dan kacang mete.[2] Bentang alamSungaiDi Kecamatan Watang Pulu terdapat sebanyak delapan sungai. Nama-namanya ialah Sungai Bangkae, Sungai Cakkaloloe, Sungai Alekarajae, Sungai Lompengan, Sungai Datae, Sungai Pabbaresseng, Sungai Polojiwa, dan Sungai Batu Pute. Sungai Bangkae memiliki aliran sungai sepanjang 5 km dengan lebar 10 meter dan kedalaman 8 meter. Sungai Cakkaloloe memiliki aliran sungai sepanjang 5 km dengan lebar 10 meter dan kedalaman 5 meter. Sungai Alekarajae memiliki aliran sungai sepanjang 11 km dengan lebar 8 meter dan kedalaman 3 meter. Sungai Lompengan memiliki aliran sungai sepanjang 5 km dengan lebar 8 meter dan kedalaman 2,5 meter. Sungai Datae memiliki aliran sungai sepanjang 3 km dengan lebar 6 meter dan kedalaman 2,5 meter. Sungai Pabbaresseng memiliki aliran sungai sepanjang 4 km dengan lebar 5 meter dan kedalaman 2,5 meter. Sungai Polojiwa memiliki aliran sungai sepanjang 3 km dengan lebar 4 meter dan kedalaman 2,5 meter. Sungai Batu Pute memiliki aliran sungai sepanjang 3 km dengan lebar 3 meter dan kedalaman 3 meter.[3] Tutupan lahanPada tahun 2011, tutupan lahan di desa-desa pada Kecamatan Watang Pulu meliputi tegalan, semak belukar atau alang-alang, sawah irigasi, pemukiman dan hutan. Luas tutupan lahan total di desa-desa ini sekitar 85 km2. Tutupan lahan berupa tegalan meliputi Desa Arawa, Desa Lainungan, Desa Lawawoi, Desa Uluale dan Desa Buae. Luasnya adalah 54 km2 dan mencakup 62,98 dari luas tutupan lahan di seluruh desa pada tahun tersebut. Semak belukar atau alang-alang menjadi tutupan lahan di Desa Arawa, Desa Lainungan, Desa Lawawoi, Desa Uluale dan Desa Buae. Luasnya adalah 12 km2 atau 14,60% dari total tutupan lahan. Sawah irigasi dan permukiman terdapat di Desa Arawa, Desa Lainungan, Desa Lawawoi, Desa Mattirotasi dan Desa Uluale. Luas sawah irigasi adalah 16 km2 atau 18,34% dari luas tutupan lahan. Permukiman sendiri seluas 1 km2 atau 1,72 dari luas tutupan lahan. Sementara hutan hanya terdapat di Desa Mattirotasi seluas 2 km2 atau 2,37 dari luas tutupan lahan.[1] DemografiKepadatan pendudukPada tahun 2012, Kelurahan Lawawoi memiliki populasi penduduk terbanyak di Kecamatan Watang Pulu. Jumlah penduduknya sebanyak 5,243 jiwa dengan 2.617 laki-laki dan 2.626 perempuan. Rata-rata pertumbuhan penduduk di Desa Lainungan, Desa Lawawoi, Desa Mattirotasi dan Desa Uluale sebesar 8,59% terhadap populasi pada tahun 2011. Populasi terpadat berada di Kelurahan Lawawoi sebesar 574 orang/km2. Sementara populasi terjarang berada di Desa Mattirotasi dengan kepadatan penduduk hanay 59 orang/km2.[4] Pekerjaan pendudukPetaniDi Kecamatan Watang Pulu terdapat beberapa komoditas tanaman pangan. Komoditas ini yaitu padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kacang hijau.[5] Pengusaha enting-entingPenduduk Kecamatan Watang Pulu menjadikan usaha pembuatan enting-enting sebagai pekerjaan sampingan. Enting-enting dibuat setelah pekerjaan utama sebagai petani selesai dikerjakan. Pembuatan enting-enting dilakukan di kolom rumah. Pekerjaan ini ditekuni untuk menambah modal pertanian.[6] Pekerja proyek pembangkit listrikSelama proyek pembangunan PLTB Sidrap di Kecamatan Watang Pulu, banyak warga lokal yang dipekerjakan. Para pekerja ini direkrut oleh PT UPC Sidrap Bayu Energi yang bertanggung jawan terhadap pembangunan PLTB Sidrap. Warga yang dijadikan sebagai pekerja berasal dari Desa Mattirotasi dan Desa Lainungan. Selain sebagai pekerja, warga lokal juga memperoleh pekerjaan tambahan sebagai pemasok kebutuhan dasar pekerja selama pembangunan berlangsung.[7] Sejak proyek pembangunan PLTB Sidrap dimulai pada tahun 2015 hingga November 2017, sekitar 900 pekerja telah direkrut oleh PT UPC Sidrap Bayu Energi. Sebesar 34% dari jumlah tersebut adalah pekerja yang berasal dari Desa Mattirotasi dan Desa Lainungan. Pemilihan pekerja dari kedua desa ini karena lokasinya yang paling dekat dengan proyek pembangunan PLTB Sidrap.[8] KemasyarakatanDi Kecamatan Watang Pulu terdapat tiga kelompok masyarakat yang utama, yaitu masyarakat suku Bugis, masyarakat suku Makassar dan masyarakat transmigran. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Watang Pulu merupakan masyarakat Bugis, sedangkan jumlah penduduk dari masyarakat Makassar dan transmigran hanya sedikit. Di Kecamatan Watang Pulu tidak ada informasi mengenai jumlah tokoh adat ataupun tokoh masyaraka. Pengambilan keputusan dalam penyelesaian permasalahan kehidupan sehari-hari lebih mengutamakan kepada pendapat para pemimpin agama lalu kemudian ke kepala desa.[9] Masyarakat di Kecamatan Watang Pulu masih memiliki ritual tahunan yang disebut Mappadendang. Ritual ini merupakan upacara tradisional yang biasanya diadakan setelah musim panen. Wujud ritual dalam bentuk pertunjukan kesenian tradisional yang ditampilkan oleh enam perempuan dan tiga laki-laki. Perlengkapan pertunjukannya yaitu baruga bilik, lesung, alu dan baju bodo.[10] Infrastruktur publikPembangkit Listrik Tenaga Bayu SidrapPLTB Sidrap dibangun di kawasan perbukitan Kecamatan Watang Pulu.[11] Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Sidrap (PLTB Sidrap) terletak di Desa Mattirotasi.[12] PLTB Sidrap adalah pembangkit listrik tenaga angin pertama di Indonesia.[13][14] Jumlah kincir angin yang terpasang di PLTB Sidrap sebanyak 30 unit dengan ketinggian pemasangan 60 meter. PLTB Sidrap memiliki kapasitas pembangkitan listrik sebesar 75 MegaWatt dan mampu memenuhi kebutuhan beban listrik sebesar 1.300 VA bagi 67 ribu rumah.[15] ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
Pranala luar
|