Venomous adalah album studio ke-empat oleh Band Metal Burgerkill dan yang paling ditunggu oleh para Begundal (sebutan untuk fans) setelah beberapa waktu, sejak bulan Juli 2006 sepeninggal vokalisnya Ivan Firmansyah biasa dikenal dengan "Ivan Scumbag". Album ini juga menjadi era kekuatan dan semangat baru bagi Burgerkill setelah Vicky bergabung untuk melanjutkan peran Ivan sebagai vokalis secara resmi bulan Mei 2007 dan menjadi salah satu pencapaian Vicky dan Burgerkill atas eksistensinya dengan format dan tema baru di album ini yang memaparkan sikap Burgerkill terhadap kritik sosial, korupsi dan ketamakan manusia.[3] Album ini dinobatkan sebagai album Indonesia terbaik tahun 2011 versi Rolling Stone Indonesia.[4]
"Boleh dibilang Venomous adalah album yang paling berbahaya yang pernah dibuat oleh Burgerkill. Secara kata-kata gue nggak bisa menjelaskan. Tetapi ada keyakinan tersendiri tentang energi positif dari banyak proses jatuh bangun. Ivan meninggal, audisi, bertualang ke Australia hingga mendapat pelajaran berharga disana. Akhirnya semua itu membuat kami semakin berkembang dengan adanya Ramdan dan Vicky".[5]
Resep baru yang ditanamkan dalam album ini juga menjadi sebuah keyakinan tersendiri bagi para personil Burgerkill jika Venomous adalah album paling berbahaya yang pernah dibuat dengan semangat positif yang membawa Burgerkill menuju perjalanan bermusik yang lebih jauh lagi serta warna baru dengan bergabungnya Vicky.[5] Semangat inilah yang membawa Burgerkill eksis untuk tetap melanjutkan cita-cita mendiang Ivan Scumbag agar terus bergulir hingga hari ini[6] dan menjadi Band paling berbahaya yang pernah ada di Indonesia, berbahaya dalam karya, pencapaian dan ide.[7] Melalui Venomous, Burgerkill ingin membuktikan perwujudan sebuah Band yang terlahir kembali dengan kekuatan baru, semangat baru dan siap untuk menjadi duta yang akan membawa musik metal mendaki kasta yang lebih tinggi di blantika musik tanah air.[8]
Rilis dan Konsep
Proses kreatif penggarapan album ini dirampungkan hampir selama 1 tahun pada 2010 dan proses rekaman hingga selesainya album ini rampung dalam 3 bulan di rilis oleh Revolt Records (Indonesia) dan Xenophobic Records (Australia).[9] Dalam rangka peluncuran album ini, Burgerkill menggelar konser di Bulungan, Jakarta bulan Juli 2011 [10] dan Bandung yang bertajuk "Venomous Alive" bulan September 2011.[11] Album ini dirilis di Malaysia (Juli 2011) dan Australia (Agustus 2011).[12] Materi yang disajikan dalam album ini adalah materi yang berbeda dari album sebelumnya, ditambah dengan bergabungnya Vicky dan Ramdan akan memberi sesuatu yang berbeda dari formasi yang lama yakni perbedaan musikalitas, lirik dan aransemen. Oleh karenanya, penggarapan album ini memakan waktu yang relatif cukup lama diantaranya adalah karena penyesuaian-penyesuaian atmosfer bermusik Vicky dan Ramdan, tingkat kesulitan yang berbeda selain ingin menghasilkan sesuatu yang matang, tidak terburu-buru dan berkualitas. Tema dalam materi musik di album ini memaparkan hal tentang sosial, tentang apa yang dilihat dan dirasakan.[13]
Ulasan mengenai album ini diantaranya yakni Brian Giffin dari Majalah Loud Australia mengatakan bahwa "Album Venomous bukan tentang menemukan kembali roda yang hilang, bukan album yang paling orisinal yang pernah di dengar, mereka menggunakan pengaruh yang menonjol tetapi pada saat yang bersamaan juga merupakan sesuatu yang tidak biasa. Biasanya saya akan menyarankan bahwa Band yang mencoba campuran Thrash gaya Sepultura awal-awal, Morbid Angel, Metalcore komersil dan 'Strip Elektonika' pasti akan gagal, tetapi tidak untuk Burgerkill, mereka berhasil melakukannya dan melakukannya dengan sangat baik", selain itu Burgerkill telah menghantarkan paket kejutan nyata di Australia melalui jalur distribusi 'Firestarter Music' di Perth, Venomous adalah pengantar yang sempurna dan rilis yang luar biasa[16]. Rod Whitfield dari The Metal Forge mengatakan bahwa kesan awal mendengarkan album ini seperti Thrash Metal yang cukup primitif, tetapi bila menggali lebih dalam dan serius, menjadi jelas ada detak melodi, dinamis bahkan agak progresif. Burgerkill memadukan elemen-elemen musikalitasnya yang membuat orang terduduk dan memperhatikan bagaimana harmonisasi suara gitarnya yang dinamis dengan ritme yang tak terduga.[17]