Urbanisme baruUrbanisme baru (bahasa Inggris: New Urbanism) adalah sebuah gerakan untuk mendesain perkotaan guna mempromosikan kawasan ramah lingkungan dengan menciptakan lingkungan walkability (kawasan yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki) dan di dalamnya terdapat berbagai jenis perumahan dan juga berbbagaia aspek pekerjaan. Gerakan ini sudah muncul pada tahun 1980-an di Amerika Serikat, yang kemudian berdampak pada strategri baru dalam pengembangan real estat, perencanaan kota, dan penggunaan lahan kota di Amerika Serikat. Urbanisme baru berupaya untuk mengurangi perluasan kawasan perkotaan dan melakukan pembangunan di daerah pinggiran kota, pasca terjadinya perang dunia kedua.[1] Gerakan urbanisme baru ini sangat dipengaruhi oleh praktik desain perkotaan yang menonjol sampai munculnya mobil sebelum perang dunia kedua; itu mencakup sepuluh prinsip dasar seperti desain lingkungan tradisional (traditional neighborhood design (TND)) dan pembangunan berorientasi transit (transit-oriented development (TOD)).[2] Ide-ide ini dapat diartikan menjadi dua konsep, yakni membangun rasa kebersamaan dan pengembangan praktik ekologi.[3] Kongres untuk Urbanisme Baru (Congress for New Urbanism) didirikan tahun 1993 sebagai badan penyelenggara terlaksanakannya urbanisme baru. Teks dasar gerakan ini tertuang dalam Piagam Urbanisme Baru, yang berisi:
Para urbanis baru mendukung konsep perencanaan wilayah ruang terbuka; arsitektur pembangunan harus sesuai konteks dan perencanaan; tersedia infrastruktur pendukung untuk sarana olahraga, perpustakaan dan balai masyarakat;[5] dan pembangunan antara lowongan pekerjaan dan perumahan harus seimbang. Gerakan ini meyakini bahwa strategi yang dipromosikan ini akan mengurangi tingkat kemacetan berlalu lintas karena masyarakat terdorong untuk menggunakan sepeda, berjalan kaki, atau juga kereta api. Konsep ini juga diharapkan dapat meningkatkan pembanguan perumahan murah atau terjangkau dan bisa mengendalikan laju perluasan kawasan pinggiran kota. Piagam Urbanisme Baru juga mencakup isu-isu seperti pelestarian sejarah, jalan yang aman, bangunan hijau, dan pembangunan kembali lahan brownfield. Sepuluh Prinsip Urbanisme Cerdas juga merupakan pedoman frase untuk pendekatan urbanis baru. Secara arsitektural, perkembangan urbanis baru sering kali disertai dengan gaya klasik baru, postmodern, atau vernakular, meskipun itu tidak selalu terjadi. Prinsip-prinsip gerakan tersebut tercermin dalam bidang Arsitektur pelengkap. Latar belakangPembangunan kawasan atau permukiman baru hingga pada abad ke-20, khususnya di Amerika dan Eropa, mengutamakan lingkungan yang mudah dijangkau bahkan bisa dilalui atau ditempuh dengan berjalan kaki. Kota-kota dibangun dengan konsep mudah terjangkau, setidaknya ada angkutan umum yang tersedia untuk mempermudah transportasi di dalam kota, hingga ke kawasan transit di sekitar kota. Namun, pesatnya produksi mobil, bahkan dengan harga yang murah, perhatian masyarakat kemudian perpindah pada perkembangan mobil baru dengan inovasi baru, dibanding mengikuti tren kawasan permukiman yang ramah untuk pejalan kaki.[6] Pasca terjadinya perang dunia kedua, akhir tahun 1945, pembangunan permukiman baru mulai merencanakan pembangunan komersial, dimana pembangunan perumahan dan kawasan industri, pusat perbelanjaan, dibangun secara terpisah. Adanya pemisahan tempat ini menjadikan kepadatan penduduk relatif sedikit. Karena kepadatan penduduk yang sedikit, membuat masyarakat memiliki ketergantungan yang tinggi untuk memiliki kendaraan, yaitu mobil. Setelah berakhirnya perang dunia kedua, istilah perkembangan permbangunan permukiman ini disebut sebagai "pembangunan pinggiran kota konvensional" (conventional suburban development).[7] Kawasan permukiman di Amerika Serikat yang dibangun pasca perang dunia kedua, lebih banyak berada di pinggir kota, sehingga permintaan kendaraan modil sangat meningkat. Karena adanya pergeseran minat masyarakat untuk memiliki mobil, urbanisme baru semakin menguat pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Seorang arsitek, Leon Krier, dan ahli pola bahasa Christopher Alexander, melakukan rekonstruksi pembangunan kota Eropa, dengan model yang baru. Sementara itu, istilah "urbanisme baru" ini sudah mulai digunakan pada tahun 1980-an,[8][9] kemudian pada awal tahun 1990-an, kata ini mulai umum dipakai.[10] Tahun 1991, sebuah perusahaan swasta nonprofit di Sacramento, California bernama Local Government Commission, sebuah grup nonprofit swasta di Sacramento, California, mengundang beberapa arsitek seperti Peter Calthorpe, Michael Corbett, Andrés Duany , Elizabeth Moule, Elizabeth Plater-Zyberk, Stefanos Polyzoides, dan juga Daniel Solomon untuk melakukan pertemuan guna membahas strategi dalam mengembangkan sebuah prinsip komunitas dalam perencanaan penggunaan lahan baru. Prinsip komunitas ini disebut Prinsip Ahwahnee (setelah Hotel Ahwahnee Taman Nasional Yosemite).[11] Tahun 2009, pendiri Elizabeth Moule, Hank Dittmar, bersama dengan Stefanos Polyzoides menulis "Canons of Sustainable Architecture and Urbanism" (Kanon Arsitektur Berkelanjutan dan Urbanisme) guna merincikan hubungan antara Urbanisme Baru dan keberlanjutan. Kanon merupakan "kumpulan berbagai prinsip operasi untuk permukiman manusia dalam membangun kembali hubungan antara seni membangun, dengan pembentukan komunitas, dan juga melestarikan alam sekitar".[12] Prinsip-prinsip dalam urbanisme Baru semakin memengaruhi bidang perencanaan, arsitektur, dan berbagai kebijakan publik. Gerakan ini semakin meluas di berbagai negara dan sudah mencakup bebragai disiplin ilmu dan skala geografi.[13] TerminologiBerbagai istilah dipandang memiliki kesamaan makna atau arti dengan urbanisme baru. Salah satu istilah yang lebih dianggap sama ialah Pembangunan Neotradisioanl atau Pembangunan Lingkungan Tradisional. Istilah ini sering diartikan sebagai lingkungan baru atau kota baru yang lengkap dengan gaya arsitektur bangunan yang tradisional. Istilah urbanisme tradisional juga diartikan sebagai urbanisme baru, khususnya mereka yang menolak memakai istilah "baru". Sementara itu, seorang pengembang dan profesor bernama Christopher Leinberger, memberikan usulan istilah alternatif, yakni "Urbanisme Walkable".[14] Perdebatan untuk istilah Smarth Growth (Pertumbuhan Cerdas) dan urbanisme baru juga masih terjadi, karena dianggap tidak ada perbedaan yang mencolok untuk mengartikan kedua gerakan ini.[15] Sementara itu, istilah pembangunan berkelanjutan terkadang juga dikaitkan dengan istilah urbanisme baru karena gerakan urbanisme baru memfokuskan pada peningkatan dan pemanfataan lingkungan, dimana istilah "keberlanjutan" muncul pada tahun 2000-an. Istilah urbanisme baru juga digukana oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Agenda 21 untuk merujuk pada masalah pembangunan manusia terkait pembangunan lahan, seperti di negara berkembang, dengan menggerakkan adanya urbanisme baru atau urbanisme berkelanjutan. Istilah "layak huni" atau "komunitas layak huni" sangat populer pada masa pemerintahan Barack Obama,[16] walaupun istilah ini sudah ada pada tahun 1990-an ketika digunakan oleh Komisi Pemerintah Lokal Sacramento, California, Amerika Serikat.[17] Pada tahun 2011, sebuah majalah bernama "Planning" mengulas tentang perkembangan "urbanisme" dalam sebuah artikel berjudul "A Short Guide to 60 of the Latest Urbanisms" (60 Panduan Singkat dari Urbanisme Terbaru).[18] Para urbanis baru telah mempopulerkan terminologi Urbanisme Baru juga termasuk Urbanisme Berkelanjutan dan Urbanisme Taktis.[19] Istilah Urbanisme Taktis dipopulerkan pada tahun 1968 oleh seorang warga Prancis bernama Michel de Certau, dan muncul kembali pada 2011 oleh New Urbanist Mike Lydon dan rekan penulisnya dari Tactical Urbanism Guide.[20] Pada tahun 2011, seorang penulis bernama Andres Duany, dalam bukunya berjudul "Garden City: Theory & Practise of Agrarian urbanism" memakai istilah Urbanisme Agraria sebagai gambaran desain dari kota Urbanisme Baru yang fokus pada pembangunan dan pengembangan pertanian.[21] Tahun 2013 beberapa urbanis baru bersama dengan Andres Duany sebagai pemimpin, melakukan penelitian di bawah naungan desain Lean Urbanism,[22] untuk menemukan jembatan dalam mengartikan antara Urbanisme Baru dan Urbanisme Taktis. Istilah lain yang muncul sebagai istilah alternatif atau sebagai istilah untuk menyempurnakan atau bahkan berbeda dari Urbanisme Baru. Temasuk diantaranya ialah istilah Urbanisme Setiap Hari (Everyday Urbanism) yang diprakarsai oleh profesor dari Universitas Harvard, yakni Margaret Crawford, John Chase, dan John Kaliski.[23] Kemudian ada istilah Urbanisme Ekologis (Ecological Urbanism) dan Urbanisme Sejati (True Urbanism) yang dipopulerkan oleh seorang arsitek bernama Bernard Zyscovich. Ada pula istilah Urbanisme Landskip (Landscape urbanism) yang dipopulerkan oleh Charles Waldheim. Charles secara terbuka memakai istilah Urbanisme Landskip sebagai istilah yang berbeda dengan urbanisme baru, yang dia kemukakan dalam kuliahnya di Universitas Harvard.[24] Landscape Urbanism and its Discontents, diedit oleh Andres Duany dan Emily Talen, secara khusus membahas ketegangan antara dua pandangan urbanisme ini.[25] 10 Prinsip urbanismeSetidaknya ada 10 prinsip urbanisme yang dapat diterapkan dalam setiap pembangunan mulai dari skala satu bangunan saja atau mencakup satu komunitas ata keseluruhannya yang ada di kawasan atau wilayah pembangunan. 10 prinsip utama dalam pembangunan urbanisme baru tersebut yakni;[26]
FilmFestival Film Urbanisme Baru (The New Urbanism Film Festival)[27] telah diadakan pada tahun 2013 dan 2014 di Los Angeles, Amerika Serikat, untuk menyoroti berbagai film dan film pendek tentang Urbanisme Baru dan juga topik terkait. Dalam film Urbanized tahun 2011 karya Gary Hustwit menampilkan Ketua Dewan CNU Ellen Dunham-Jones[28] dan pemikir perkotaan lainnya tentang kisah urbanisasi internasionaltermasuk upaya para Urbanis baru di Amerika Serikat. Sebuah Film dokumenter berjudul The End of Suburbia: Oil Depletion and the Collapse of the American Dream yang ditayangkan tahun 2004 berpendapat bahwa berkurangnya produksi minyak akan mengakibatkan matinya pembangunan tipe sprawl (perluasan kota).[29] KritikanUrbanisme Baru telah mendapat berbagai pujian dan juga kritikan dari berbagai kepentingan politik.[30] Kritikan terhadap skema rekayasa sosial dan dikritik karena gagal dalam menangani masalah keadilan sosial dan karena membatasi perusahaan-perusahaan swasta dan sebagai kekuatan deregulasi terlibat dalam pengembang sektor swasta. Alex Marshall, seorang jurnalis asal Texas Amerika Serikat, mengkritik Urbanisme Baru sebagai sebuah skema pemasaran yang pada dasarnya mengemas ulang perluasan pinggiran kota konvensional dengan slogan-slogan kosong yang aspiratif.[31] Dalam sebuah artikel di majalah Metropolis terbitan tahun 1996, Marshall mencela Urbanisme baru sebagai "sebuah penipuan besar".[32] Serangan tersebut masih berlanjut di banyak artikel, termasuk dalam kolom opini di Washington Post pada bulan September tahun yang sama,[33] dan juga didalam buku pertama karya Marshall, How Cities Work: Suburbs, Sprawl, and the Roads Not Taken Diarsipkan 2016-10-30 di Wayback Machine..[34] Para kritikus menyatakan bahwa keefektifan dari perkembangan pendapatan campuran yang diklaim untuk solusi Urbanis Baru tidak memiliki bukti statistik.[35] Berbagai studi independen telah mendukung gagasan untuk mengatasi kemiskinan dengan adanya pengembangan pendapatan campuran melalui Urbanisme baru,[36] tetapi argumen tersebut dimana Urbanisme baru akan menghasilkan keragaman semacam itu mendapat penyangkalan, atas temuan sebuah komunitas di Kanada.[37] Referensi
|