Upawita

Torso atau batang tubuh arca dari Jawa abad ke-9, kemungkinan arca Awalokiteswara, menampilkan ukiran upawita melintang di tubuhnya.

Upawita atau kadang disebut Talikasta adalah sejenis perhiasan berupa jalinan rantai melingkar yang dikenakan melintang pada batang tubuh. Cara mengenakan upawita adalah melingkari bahu kiri, melintang di depan dada hingga ke pinggang dan punggung. Kini upawita masih dikenakan sebagai salah satu atribut busana penari tradisional tarian Jawa dan Bali.

Bahan

Kebanyakan upawita dibuat dari logam mulia; seperti emas atau perak yang diukir halus. Bentuk upawita berupa jalinan rantai emas atau logam lainnya yang kadang memiliki bandul bertatahkan intan atau batu permata seperti batu mirah delima. Namun upawita kadang terbuat terbuat dari kuningan, mutiara atau bahkan bahan bukan logam seperti tali dari kain, jalinan serat bambu atau rotan.

Sejarah

Perhiasan upawita sebenarnya merupakan warisan kesenian Hindu-Buddha masa klasik Indonesia, terutama pada masa Kerajaan Medang Mataram. Ukiran orang yang mengenakan perhiasan lengkap termasuk upawita atau talikasta menandakan bahwa orang yang mengenakannya adalah berasal dari kasta yang tinggi, yaitu ksatriya, brahma, orang kaya, bangsawan, atau keluarga kerajaan. Ukiran relief dan arca di candi Borobudur dan Prambanan menampilkan kaum bangsawan yang mengenakan upawita.

Dalam simbolisme Hindu dan Buddha, Dewa Siwa, Dwarapala dan kadang Ganesha digambarkan mengenakan upawita berbentuk naga (berbentuk seperti ular kobra).

Lihat juga

Referensi

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya