United Airlines Penerbangan 93
United Airlines Penerbangan 93 dijadwalkan terbang dari Bandara Internasional Newark (sekarang Bandara Internasional Liberty Newark) di Newark, New Jersey, ke Bandara Internasional San Francisco, lalu menuju Bandara Internasional Narita dekat Tokyo, Jepang, dengan menggunakan pesawat lain. Pada 11 September 2001, United Airlines Boeing 757-222, terdaftar N591UA,[1] adalah satu dari 4 pesawat yang dibajak pembajakan yang merupakan bagian dari Serangan 11 September 2001. Kecuali pesawat ini tidak sampai ke tujuan seperti 3 pesawat lainnya, melainkan jatuh di Shanksville, Pennsylvania, sekitar 150 mil (240 km) barat daya Washington, D.C. 9/11 Commission (melalui penyelidikan, rekaman telepon penumpang, dan rekaman pesawat) mengatakan bahwa kru dan penumpang, menghubungi semua orang yang mereka cintai, bahwa mereka akan mencoba melawan para pembajak. Komisi menyimpulkan bahwa teroris menabrakkan pesawat agar para kru dan penumpang tidak mengambil alih pesawat. PenumpangPembajakPara pembajak adalah sebagai berikut:[2]
Dari semuanya, Ahmed al-Haznawi adalah satu-satunya pembajak yang terlihat di United Airlines Flight 93 CAPPS. Tasnya dicek, tetapi tanpa pemeriksaan ekstra dari CAPPS.[3] 3 pesawat lainnya yang dibajak pada 11 September 2001 masing-masing dibajak oleh 5 orang. Tetapi United 93 hanya 4. Hal ini membuat spekulasi tentang Pembajak ke 20 yang kemungkinan tidak ikut dalam peristiwa 11 September. PenerbanganPesawat 757-222 sedang dalam rute pagi dari Bandara Internasional Newark International (sekarang Newark Liberty International Airport) di Newark, New Jersey, dekat New York City, menuju Bandara Internasional San Francisco di San Francisco, California (EWR-SFO). Mempunyai 182 tetapi hanya mengangkut 37 penumpang (termasuk 4 pembajak) dan 7 awak pesawat: 2 pilot, Kapten Jason M. Dahl dan Co-pilot, LeRoy Homer Jr.; dan 5 pramugari. Karena ada penumpang yang menggunakan 2 tempat duduk, perhitungan pertama menyebutkan ada 38 penumpang. Ke 4 pembajak duduk di First Class. Pesawat dijadwalkan berangkat pada pukul 8 pagi (waktu setempat). Tetapi baru terbang jam 8:42, karena cuaca yang buruk.[4] Bila pesawat berangkat tepat waktu, akan membuat pesawat itu dibajak pada waktu yang bersamaan seperti 4 pesawat lainnya dan dapat membuat penumpang tidak dapat merencanakan penyerangan terhadap para pembajak.[1] Jam 9:24, mendapat pesan dari flight dispatch "Terhadap semua awak pesawat. Ada 2 pesawat menabrak World Trade Center". Jam 9:24 pilot menanyakan kebenaran pengumuman yang baru saja diterimanya. Dan itu menjadi percakapan terakhir dari United 93. Jam 9:28. Setelah kedua menara World Trade Center telah ditabrak, pusat air traffic controller Cleveland mendengar teriakan pilot Jason Dahl "KELUAR DARI SINI!", serta bunyi rusuh dan teriakan dari dalam kokpit.[1] 40 detik kemudian, lebih banyak teriakan terdengar. Pada waktu itu pesawat turun 700 kaki (200 m). Petugas Air traffic mencoba mengontak pilot. Tapi tak mendapat balasan. Dari rekaman suara kokpit, yang berdurasi 30 menit, yang dimulai pada 9:32.[1] seorang laki-laki dengan aksen arab, mengirimkan pesan ke air traffic control: "Para Penumpang, Kapten disini, tetaplah duduk ditempat masing-masing. Kita memiliki bom di pesawat. Duduklah.." (Tampaknya pembajak berusaha menyiarkannya di pesawat, tetapi tidak sadar bahwa pesannya dikirim ke air traffic control). Pesawat memutar arah dan mulai terbang pada ketinggian yang rendah ke arah timur. Jam 9:39, petugas air traffic kembali mendengar pesan, "Hi. Kapten disini. Saya mengharapkan kalian semua tetap duduk dengan tenang. Ada bom di pesawat dan kita akan kembali ke Bandara, dan untuk mencapai tujuan kami... [REKAMAN TIDAK DAPAT TERDENGAR/TERPOTONG]. Jadi, tetaplah tenang." Panggilan TeleponHampir seluruh rangkaian kejadian disusun berdasarkan rekaman telepon para penumpang dan awak pesawat. Dimulai pada jam 9:32, 50 menit setelah pesawat lepas landas, para penumpang dan awak pesawat mulai menelpon.[5] Hal ini dimulai ketika pembajak membuat pengumuman diatas [5] Para pembajak tidak menyadari bahwa para penumpang mulai menelpon.[5] 10 penumpang dan 2 awak pesawat berhasil melakukan panggilan telepon, mereka bertukar informasi kepada keluarga mereka, teman, dan orang-orang didarat.[5] Hal ini yang membuat perbedaan dengan 3 pesawat lainnya, di mana hanya sedikit panggilan telepon yang terjadi. Semua penelpon mengabarkan bahwa ada 3 pembajak di pesawat. Di kabin penumpang, para pembajak yang mengenakan bandana merah melihat para penumpang dan awak berkumpul di belakang pesawat. Referensi
|