UkiyoUkiyo (Jepang: 浮世, 'mengambang/melayang/dunia sementara') adalah istilah Jepang yang digunakan untuk menggambarkan gaya hidup dan budaya perkotaan, terutama aspek pencarian kesenangan, dari periode Edo Jepang (1600-1867).[2] Budaya ukiyo berkembang di Yoshiwara, distrik lampu merah berlisensi di Edo (Tokyo saat ini), tempat di mana terdapat banyak rumah bordil yang sering dikunjungi oleh kelas menengah Jepang yang saat itu sedang tumbuh. Penulis terkemuka dari genre ukiyo adalah Ihara Saikaku, yang menulis The Life of an Amorous Woman. Budaya ukiyo juga muncul di kota-kota lain, seperti Osaka dan Kyoto. Cetakan balok kayu Jepang yang terkenal yang dikenal sebagai ukiyo-e, atau “gambar dunia mengambang”, berasal dari distrik-distrik ini, dan sering kali menggambarkan pemandangan dunia mengambang seperti geisha, aktor kabuki, pegulat sumo, samurai, pedagang, dan pelacur. Istilah “ukiyo” pada abad pertengahan di Jepang dikaitkan dengan Buddhisme dan berarti “dunia yang fana dan tidak dapat diandalkan.”[2] Ketika dituliskan sebagai “dunia mengambang”, ini juga merupakan ironi dan kiasan homofon terhadap istilah dalam Buddhisme yang tersebut sebelumnya, yaitu “ukiyo” (憂き世, “dunia yang penuh kesedihan”), yang merujuk kepada alam kematian dan kelahiran kembali di dunia ini, di mana para penganut Buddhisme berusaha untuk mencari pembebasan.[3] Dalam penggunaan modern, istilah ukiyo digunakan untuk merujuk pada kondisi pikiran yang menekankan hidup pada saat ini, terlepas dari kesulitan hidup. Referensi
|