Tuntas Subagyo
Tuntas Subagyo, SM., MM. (lahir 2 Desember 1977) merupakan seorang pengusaha, politikus, dan seniman asal Baki, Sukoharjo. Ketua organisasi masyarakat (ormas) Tikus Pithi Hananta Baris. Namanya muncul ketika menjadi pendukung utama dari pasangan calon independen Bagyo Wahyono dan FX Supardjo, melawan pasangan, Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa yang didukung oleh PDI-P di Pemilihan umum Wali Kota Surakarta 2020[1][2][3] Pada tahun yang sama, Tuntas Subagyo mendukung bakal calon pasangan jalur independen, Sumari-Edi Widodo untuk maju sebagai salah satu peserta Pemilihan umum Wali Kota Blitar 2020. Namun, Sumari gagal dalam tahap verifikasi faktual.[4] Selain Bagyo Wahyono dan Sumari, Tuntas mengatakan bahwa ia bersama Tikus Pithi Hananta Baris telah mendukung banyak calon independen di beberapa daerah, seperti Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Demak, Sragen, dan Wonogiri.[5] Selain dikenal sebagai pengusung calon independen, Tuntas merupakan pendiri Partai Kedaulatan Rakyat dan pendiri Yayasan Surya Nuswantara Wilwatikta. Kehidupan awal dan pendidikanTuntas lahir di Kabupaten Sukoharjo pada 2 Desember 1977. Tuntas merupakan putra bungsu dari 10 bersaudara dari Sarmanto Dwijo Atmojo, seorang guru yang bekerja di Kartasura dan Sumaharsih, seorang ibu rumah tangga. Setelah ibu Tuntas meninggal dunia pada 1982, bapaknya melakoni sejumlah pekerjaan diantaranya, petani, pedagang, dan tukang kayu untuk menghidupi 10 anak-anaknya.[6] Pendidikan Tuntas Subagyo secara runtut dimulai dari SD Negeri Purbayan, SMP Negeri 2 Kartasura, SMA Muhamadiyah 4 Surakarta, STIE IBMT Surabaya (S1), hingga STIE IBMT Surabaya (S2).[7] Tikus Pithi Hananta BarisTuntas mendirikan sebuah organisasi masyarakat yang dinamakan Tikus Pithi Hananta Baris atau sering disebut Tikus Pithi atau TPHB pada Mei 2014 dan kemudian disahkan pada Desember 2014[8]. Ormas ini bertujuan membawa perubahan dengan membangun persaudaraan di antara masyarakat kelas bawah[9]. Gerakan yang diusung ormas ini yakni memberikan kesempatan bagi masyarakat non-elite sebagai calon independen. Meski Tikus Pithi Hananta Baris selalu dikaitkan dengan Ramalan Jayabaya di masa eksistensi Kerajaan Majapahit, Tuntas Subagyo selaku pendiri tidak mengonfirmasi anggapan tersebut.[10] Tuntas Subagyo mengawali ormas ini dari sebuah komunitas kecil yang terdiri dari 9 orang anggota. Sebutan pertama dari organisasi ini adalah Pasukan Panji-Panji Hati. Mereka menempati sebuah posko kecil di pinggiran jalur rel kereta api dan perkebunan tebu di daerah Baki. Ormas Tikus Pithi kemudian berkembang pesat hanya dalam hitungan 3-4 bulan sejak didirikan. Kini, anggota ormas Tikus Pithi sudah tersebar di beberapa provinsi di Indonesia. Salah satu agenda yang menunjukkan jumlah anggota dari ormas ini adalah ketika Karnaval budaya di Kota Surakarta yang diikuti oleh 30.000 anggota. Rute karnaval tersebut berawal dari Taman Sriwedari menuju Benteng Vastenburg.[11] Mendukung pasangan Bagyo Wahyono-FX SupardjoPada Pemilihan umum Wali Kota Surakarta 2020, muncul anggapan bahwa pasangan calon Independen Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) yang diusung oleh Ormas Tikus Pithi dianggap sebagai paslon boneka.[12] Anggapan tersebut menguat karena pasangan Gibran–Teguh dinilai akan kalah melawan kotak kosong, sehingga muncul anggapan skema mengajukan pasangan Bajo sebagai pengganti kotak kosong.[13] Namun, Tikus Pithi menanggapi hal tersebut secara serius.[14] Pengamat politik Refly Harun mengaku dilayangkan somasi atas analisisnya sebagaimana anggapan umum tersebut. Ia kemudian meluruskannya melalui wawancara dengan Tuntas dalam kanal Youtubenya.[15] Dukungan kepada politik independenSebelumnya, Tikus Pithi juga mengajukan calon independen di beberapa daerah. Berikut nama-nama yang telah diajukan dalam kontestasi pemilu :
Tidak hanya melakukan kegiatan pengusungan calon independen di daerah-daerah, Tikus Pithi juga melakukan serangkaian aksi untuk menekan peraturan pemerintah dan mencoba mengusung calon presiden independen pada Pilpres 2019[20]. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) nomor 56/PUU-VI/2008 terkait konstitusionalitas ketentuan yang hanya mengatur pencalonan pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik bukan dari perseorangan, menyebabkan ormas ini gagal mengusung ketua ormas, Tuntas Subagyo untuk masuk sebagai calon presiden dari jalur independen. MK juga memutuskan perkara yang sama melalui putusan nomor 17/PUU-XI/2013 dengan menolak seluruhnya permohonan agar calon presiden dapat diusung melalui jalur independen. Penolakan tersebut menyebabkan ribuan anggota Tikus Pithi ke Gedung DPR/MPR untuk mendesak digelarnya sidang istimewa agar mengubah aturan konstitusi pada 12 Februari 2019 dan 18 Maret 2019.[21] Aksi tersebut sempat diterima oleh Setjen DPR/MPRI RI, petisi tentang usulan calon presiden perseorangan itu diminta diperjuangkan oleh parlemen. Namun, hingga hari ini permohonan itu belum dibahas dalam RUU Pemilu yang masih dibahas oleh Komisi II DPR RI karena terganjal putusan MK RI. Tidak hanya di Jakarta, Sejumlah aksi juga dilakukan oleh ormas Tikus Pithi untuk mengajukan perubahan Putusan Mahkamah Konstitusi RI nomor 56/PUU-VI/2008 di daerah-daerah seperti Jepara[22], Boyolali[23], Ngawi[24], Madura[25], Pasuruan[26], Lamongan[27] dan lainnya. Partai Kedaulatan Rakyat dan Yayasan Surya Nuswantara WilwatiktaDalam perkembangannya Tuntas menjadikan Tikus Pithi Hananta Baris sebagai Partai Kedaulatan Rakyat (PKR). Deklarasi partai dilaksanakan di Hotel Adiwangsa Solo bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 2021 di Hotel Adiwangsa Surakarta. Saat agenda berlangsung, PKR telah mendirikan dewan pimpinan daerah (DPD) di sebanyak 310 kabupaten/kota dan 19 dewan pimpinan wilayah (DPW) atau tingkat provinsi.[28] Tuntas juga mengarahkan ormas Tikus Pithi untuk menjadi yayasan. Pada 2 Desember 2022, bertepatan dengan 14 hari kematian ayahnya, Tuntas secara resmi mengenalkan Yayasan Surya Nuswantara Wilwatikta di Taman Ratu Maulidya yang bersebelahan dengan rumahnya.[29] Dihadapan sekitar 6.000 tamu undangan, Tuntas Subagyo menyerukan untuk mendukung seluruh program pemerintah.[30] Kehidupan pribadiTuntas menikah dengan Widi Prihati pada 2010 dan dikaruniai 3 anak. Saat ini ia masih menempati rumah masa kecilnya di Dukuh Tempel, Desa Purbayan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.[7] Karya tulis
Referensi
Pranala luar
|