Tuba
Tuba adalah nama jenis-jenis tumbuhan dari Asia Tenggara dan kepulauan di Pasifik barat-daya yang biasa digunakan untuk meracun ikan. Meski ada beberapa jenis tuba (lihat: Tuba (disambiguasi)), yang umumnya diacu sebagai tuba adalah dari jenis Derris elliptica Bth.[1], anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Nama-nama lainnya adalah tuba akar, tuwa laleur, areuy kidang (Sd.), jenu, jelun, tungkul (Jw.), tobha, jheno, mombul (Md.), dan lain-lain.[1][2] Seperti disebutkan oleh namanya, akar tumbuhan ini memiliki kandungan rotenon (rotenone), sejenis racun kuat untuk ikan dan serangga (insektisida). PengenalanLiana (tumbuhan memanjat) berkayu, yang merambat dan membelit hingga setinggi 10 m. Ranting-ranting yang tua berwarna kecokelatan, dengan lentisel serupa jerawat.[2] Daun-daun tersebar, majemuk menyirip ganjil beranak daun 7–15 helai, bertangkai 13–23 cm; anak daun bertangkai pendek, memanjang sampai bentuk lanset atau bundar telur terbalik, 4–24 × 2–8 cm, dengan sisi bawah keabu-abuan atau kebiruan, sering berambut rapat; daun yang muda cokelat-ungu.[2] Bunga terkumpul dalam tandan, dengan sumbu yang berambut rapat, tangkainya 12–26 cm. Kelopak bunga berbentuk cawan, berambut cokelat rapat, tinggi 6–8 mm, hanya bagian bawah yang tumbuh sempurna. Bendera (mahkota) hijau dengan warna ros pucat, berambut rapat di bagian luar, bundar telur sampai oval lebar, lk. 2 cm garis tengahnya, pada pangkalnya dengan 2 telinga yang memutar membalik.[2] Buah polong bentuk oval sampai memanjang, 3,5–7 × 2 cm, bersayap di sepanjang tepi bawahnya, tidak membuka. Biji 1–2, jarang 3.[2] Tumbuh liar dalam semak-semak dekat tepi hutan, tepi sungai, dan kadang-kadang ditanam di kebun atau pekarangan. Di Jawa didapati mulai dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1500 mdpl.[1] KegunaanRacun pada tuba pada masa lalu dikenal sebagai derrids dan sekarang diketahui sebagai rotenon. Bahan aktif ini ditemukan pada akar tuba dengan kadar antara 2½–3%, paling banyak terkandung dalam kulit akar. Derrids hampir tidak terlarut dalam air.[1] Tuba digunakan secara tradisional sebagai racun ikan. Untuk keperluan ini, akarnya biasanya digali dan dipotong, lalu dikeringkan selama beberapa hari (sekitar 3–4 hari). Akar ini kemudian ditumbuk dan dicampur dengan air menghasilkan cairan seperti susu. Campuran air dengan kepingan akar ini kemudian ditaburkan di lubuk sungai yang hendak dituba; atau kadang-kadang, bila sungainya kecil, akar tuba ditumbuk langsung di tengah-tengah sungai yang dituba. Pengambilan ikan semacam ini sering kali merupakan pesta rakyat.[1] Ikan-ikan yang mabuk tuba akan mengambang dan dengan mudah ditangkapi oleh orang-orang yang turut serta. Setelah beberapa jam sampai beberapa hari, bergantung pada derasnya aliran sungai, keadaan sungai sudah akan pulih kembali. Pada perkembangan selanjutnya, racun tuba dimanfaatkan pula sebagai insektisida untuk mengatasi kutu-kutu dan ulat yang menjadi hama di perkebunan. Racun tuba diekstrak dengan menumbuk akar yang segar atau yang telah dikeringkan, dan merendamnya dengan sejumlah air hingga satu malam (atau, ada pula yang merebusnya selama beberapa jam). Ekstrak ini kemudian diencerkan, dicampurkan dengan larutan sabun untuk menstabilkannya, serta disemprotkan untuk menanggulangi serangan hama. Selain untuk mengatasi hama pada kebun-kebun tembakau dan kol, racun ini dapat digunakan pula untuk membasmi caplak dan kutu pada anjing, tungau pada ayam, gangguan lalat, dan lain-lain.[1] Daftar SpesiesDerris trifoliata Lour., dikenal sebagai tuba laut, tuwa awewe (Sd.), ketower (Jw.) dan lain-lain, juga merupakan racun ikan, meski dayanya lebih lemah daripada tuba D. elliptica. D. trifoliata, dahulu dikenal sebagai D. heterophylla Back., biasa didapati di hutan-hutan bakau dan hutan pantai lainnya, terutama yang berawa-rawa.[1][3] Jenis-jenis lain[4] berupa:
Catatan kaki
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Derris elliptica.
|