TrisnoyuwonoTrisnojuwono (EYD: Trisnoyuwono; 12 November 1925 – 29 Oktober 1996) adalah seorang sastrawan Indonesia. Pendidikan dan KarierIa pernah aktif di militer. Ia pernah menjadi anggota Pasukan 40 Tentara Rakyat Mataram di Yogyakarta (1946), Korps Mahasiswa di Magelang dan Jombang (1947-1948), dan TNI Divisi Siliwangi (1950-1953). Tahun 1949 ia dipenjarakan di Ambarawa selama 10 bulan, tetapi berhasil melarikan diri ketika dirawat di RSU Semarang.[1] Ia mulai menulis cerpen di majalah Kisah pada 1953. Ia pernah menjadi redaktur Cinta (1955), Pikiran Rakyat, dan direktur Penerbit Granesia di Bandung.[2] Karya[2]Kumpulan cerpen
Novel
Karya lainnya
KepenulisanTrisnoyuwono pertama kali mengenal karya sastra dari Kapten Nusyirwan Adil Hamzah ketika mereka sama-sama dipenjarakan di penjara Benteng Ambarawa. Di penjara itu, Kapten Nusyirwan memperkenalkan beberapa puisi sehingga hati Trisnoyowono mulai tergerak dan menyukai karya sastra. Mulai saat itu, ia belajar tentang sastra dan mencoba mengarang karya sastra.[3] Karya-karyanya penuh ketegangan dengan latar masa revolusi dan kehidupan di lingkungan militer. Aspek kemanusiaan sangat menonjol dalam karyanya, terutama kisah mengenai korban perang dan akibat yang ditimbulkan oleh perang bagi rakyat.[2] PenghargaanCerpennya, "Tinggul", mendapatkan Hadiah Pertama majalah Kisah pada tahun 1956. Kumpulan cerpen Laki-Laki dan Mesiu (1957) mendapatkan Hadiah Sastra Nasional BMKN 1957/1958. Novel Pagar Kawat Berduri (1961) memperoleh Hadiah Sastra Yayasan Yamin pada tahun 1964.[2] Kehidupan PribadiTrisnoyuwono lahir di Yogyakarta di daerah Sosrokusuman pada tanggal 12 November 1925. Orang tuanya bernama Kadim Hardjoprawiro, seorang mandor listrik. Trisnoyuwono terlahir sebagai anak sulung dari empat bersaudara. Ia merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. Trisnoyuwono merantau ke Jakarta pada tahun 1950. Enam tahun kemudian dia menikah dengan gadis asal Tegal yang bernama Sulasmi Sumadi pada tanggal 28 Juli 1956. Tidak lama setelah pernikahan pertamanya itu, dia menikah lagi dengan seorang gadis Sunda yang bernama Nunung Malia Atmawijaya. Perkawinan Trisnoyuwono dengan Sulasmi dikaruniai 2 orang anak, laki-laki dan perempuan. Anak pertamanya bernama Tristanti Mitayani dan anak keduanya bernama Tristan Indrawan. Perkawinannya dengan Nunung dikaruniai dua anak, laki-laki dan perempuan, yaitu Tristian Wirawan dan Tristianti Sintawardani. Trisnoyuwono memberikan rumah kepada kedua istrinya. Istri pertamanya, Sulasmi, disediakan rumah di kompleks Wartawan III/35, Bandung, dan istri keduanya, Nunung disediakan rumah di daerah Baleendah, Bandung. Trisnoyuwono meninggal tanggal 29 Oktober 1996.[4] Ia mempunyai kegemaran olahraga terjun payung.[2] Referensi
|