Transisi epitelial-mesenkimalTransisi epitelial-mesenkimal, disebut juga transformasi epitelial-mesenkimal, EMT, adalah suatu mekanisme pada morfogenesis yang mengubah sel epitelial menjadi sel mesenkimal yang bersifat sementara maupun permanen. EMT diidentifikasi memiliki peran pada fibrosis dan pertumbuhan sel kanker.[1] Beberapa lintasan onkogenik diketahui menginduksi EMT dengan stimulasi faktor pertumbuhan, Src, Ras, Ets, integrin, Wnt/beta-katenin dan Notch. Pada saat embrionik, regulasi EMT ditentukan oleh bone morphogenetic proteins, BMP.[2] Peningkatan rasio BMP yang terjadi saat tumorigenesis belum diketahui benar dampaknya, tetapi pada kanker usus besar, prostat dan ovarian terjadi perubahan morfologi, aktivitas dan keganasan, yang menjadi ciri pengaruh EMT. SejarahGagasan bahwa sel epitelial bisa menurunkan sifat-sifat epitelial dan mendapatkan sifat-sifat mesenkimal muncul pada awal tahun 1980 dari pengamatan yang dilakukan oleh Elizabeth Hay pada embrio anak ayam. Awalnya, ide ini dinamakan transformasi epitelial-mesenkimal, tetapi saat ini lebih banyak digunakan transisi epitelial-mesenkimal (EMT) untuk menunjukkan bahwa proses dediferensiasi ini secara alami bersifat sementara, atau transisi mesenkimal-epitelial (MET) yang proses kebalikan dari EMT.[3] Faktor transkripsi pengatur EMTProses EMT melibatkan master regulator termasuk faktor transkripsi SNAIL, Twist, dan ZEB (zinc-finger E-box-binding). Faktor transkripsi ini memiliki profil ekspresi yang berbeda, sehingga kontribusinya pada EMT bergantung pada jenis sel dan jaringan yang terlibat dan jalur sinyal yang menginisiasi EMT. SNAILPada vertebrata, SNAIL1 (atau SNAIL) dan SNAIL2 (atau SLUG) mengaktifkan EMT selama perkembangan, fibrosis, dan kanker.[4] Protein-protein ini menekan gen epitelial dengan cara berikatan pada urutan DNA E-box pada domain zinc-finger terminal karboksil. Ketika SNAIL berikatan pada urutan DNA tersebut, selanjutnya terjadi perekrutan PRC2 (polycomb repressive complex 2).[5] TWISTFungsi Twist sebelum langkah intravasasi yaitu dengan menekan ekspresi E-cadherin dan menginduksi gen lain yang terlibat dalam transisi epitelial mesenkim (EMT), seperti fibronektin dan vimentin.[6] TWIST termasuk dalam faktor transkripsi bHLH (basic helix-loop-helix), yang mana faktor transkripsi pada kategori ini yang mengatur EMT selain Twist yaitu E12 dan E47, juga protein inhibitor of differentiation (ID).[7] Elf5Elf5 dikenal sebagai regulator morfogenesis alveolar. Elf5 juga menekan EMT dengan menghambat ekspresi Snail2. Tampaknya pengikatan ini adalah langsung, karena Elf5 mengikat promotor Snail2 ditunjukkan dengan immunopresipitasi kromatin.[8] Regulator EMTAda beberapa protein yang telah diidentifikasi menginduksi EMT yaitu: Penginduksi EMTProtein keluarga TGF-betaKeluarga TGF-beta terdiri dari 3 TGF-beta, 2 activin, dan banyak bone morphogenetic protein (BMP), dan ligan homodimer/heterodimer pada reseptor kinase. Reseptor tirosin kinasePengikatan ligan mendorong autofosforilasi pada reseptor dan mengaktifkan jalur PI3K-AKT, ERK MAPK, p38 MAPK, dan jalur JNK. Sinyal lainnyaSinyal lainnya meliputi pensinyalan Wnt canonical, pensinyalan Hedgehog (Hh), dan pensinyalan Notch. Penghambat EMTProtein KLF17 (Krüppel-like factor 17) telah diketahui sebagai regulator negatif proses EMT. KLF17 adalah inhibitor pada tahap awal metastasis kanker payudara, bekerja dengan cara menekan gen inhibitor of differentiation 1 (Id1) yang sebelumnya diketahui terlibat dalam proses EMT.[9] Peran EMT pada metastasis kankerEMT ditandai dengan hilangnya sifat epitel, seperti ekspresi E-cadherin dan adhesi sel, dan perolehan sifat mesenkim, seperti ekspresi N-cadherin dan migrasi seluler. EMT adalah proses penting dalam perkembangan, tetapi bila diaktifkan secara tidak tepat selama karsinogenesis, EMT menyebabkan peningkatan invasi jaringan, metastasis dan prognosis pasien yang buruk. Ada banyak laporan yang mendukung EMT berperan dalam metastasis kanker. Pada model pankreas, knock-down faktor transkripsi Zeb1 mampu menekan stemness, kapasitas kolonisasi dan khususnya plastisitas fenotipik/metabolik pada sel tumor.[10] Peran EMT pada resistensi obat kankerPeran EMT pada resistensi obat kanker (kemoresistensi) diamati menggunakan model tikus kanker paru dan kanker pankreas. Eksperimen knockdown faktor transkripsi Snail atau Twist menunjukkan peran EMT kurang terlihat pada metastasis kedua model tersebut, tapi lebih kentara dalam menginduksi kemoresistensi.[11][12] Snail juga telah ditunjukkan mendorong kekambuhan kanker payudara in vivo.[13] Referensi
|