Topeng Dalang Malang

Topeng Dalang Malang merupakan tarian tradisional yang bersifat Sendratari yang berasal dari Malang, Jawa Timur.

Sejarah

Topeng dalang Malang

Pada Masa Kolonial Hindia Belanda sekitar tahun 1884 adanya berbagai keluhan yang dirasakan Resident Madiun dan Resident Kediri terkait berbagai keonaran di kota-kota kedua resident ini yang dilakukan oleh para pembangkang pemerintah, para pembangkang ini dilakukan oleh warok-warok yang terkordirir dari Ponorogo. sehingga membuat resident Madiun dan Kediri melaporkan kepada Governeur Jawa Timur untuk menghentikan keonaran.

Maka dilakukanlah penelitian terkait kasus yang sering terjadi di kedua resident ini, yang menghasilkan bahwa para pembangkang ini mayoritas adalah komplotan warok yang gemar bahkan memiliki perkumpulan seni Reog. Pada seni Reog terdapat tokoh tari seorang raja bernama Klana Sewandana yang berdasarkan historinya berasal dari bantarangin, Ponorogo yang mampu mengalahkan barongan dengan topeng besar.

Setelah dari penelitian terkait kasus yang beredar berdasarkan sosial budaya, maka Governeur Jawa Timur menyarankan resident Madiun dan Kediri untuk membuat sebuah kesenian tandingan, yang dimana tokoh idola para komplotan ini untuk direndahkan. Tetapi kedua Resident tidak berani akan saran tersebut karena terlalu beresiko, sehingga Governeur memberi mandat kepada Assisten Resident Malang karena dirasa jauh dan aman dari kedua resident yang bermasalah.

Tahun 1885 Assisten Resident M.Stolk dan adipati Malang Raden Aryo Adiningrat Soeriohadiningrat IV membuat kesenian tandingan yang dimaksud dengan berlatarkan cerita panji yang dibuat dengan lakon raja Ponorogo Klana sewandana sebagai tokoh antagonis yang disamarkan sebagai raja dari Nusa Barong, yang kemudian raja Klana Sewandana kalah oleh raden panji Asmarabangun dalam memperebutkan Putri Sekartaji yang kemudian disebut wayang topeng hingga berganti nama menjadi Topeng Dalang Malang.[1]

Adipati Malang memberi tugas kepada bawahannya Tjondro Suwono untuk membuat topeng-topeng yang dimaksud, Tjondro Suwono membuat topeng antara tahun 1885 sampai tahun 1935 untuk disebarkan ke berbagai daerah di Malang. Keberadaan topeng dalang ini membuat gerah para warok yang mendiami Malang, sehingga banyak intimidasi kepada para pelaku topeng dalang meski dalam program pemerintah. Maka dari itu Topeng Dalang kurang bisa berkembang meskipun selalu didukung oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Lelang Topeng Dalang

Pada tahun 2008 salah satu maestro, sesepuh sekaligus tokoh topeng dalang Malang mbah Karimun melelang sepasang topeng dalang dengah harga tertinggi 5 juta rupiah, lelang ini dilakukan untuk pengobatan mbah Karimun yang merupakan generasi ke 3 dari topeng dalang malang sejak ada di Malang.[2]

Tari Topeng Masal

Pada tahun 2016 dilakukan tari topeng dalang masal dalam tajuk festival 1000 topeng di stadion Gejayan dalam rangka HUT Malang, tarian topeng masal ini dilakukan oleh 1375 Orang.[3]

  1. ^ demang, ki (18-06-2019). "KBP Sojo Deso Telusuri Jejak Topeng Malang Gagrak Semeru". wartaindo. Diakses tanggal 02-11-2022. 
  2. ^ DIA, DIA (01-11-2008). "Lelang Topeng untuk Biaya Hidup". Kompas. Diakses tanggal 02-11-2022. 
  3. ^ Megawati, Yolanda Ayu (01-04-2016). "1375 Penari Topeng Rayakan HUT Kota Malang". times indonesia. Diakses tanggal 02-11-2022. 
Kembali kehalaman sebelumnya