Toeti Heraty
Toeti Heraty (27 November 1933 – 13 Juni 2021) adalah seorang penulis, dokter, dan filsuf asal Indonesia.[1][2] Riwayat HidupKehidupan awalHeraty lahir di Bandung, 27 November 1933. Ayahnya, Prof. Dr. Ir. Raden Rooseno Soerjohadikoesoemo, merupakan seorang yang ahli dalam bidang konstruksi beton. Ia juga merupakan salah seorang pendiri Universitas Gadjah Mada dan Yayasan Perguruan Cikini.[1] Heraty merupakan Sarjana Muda Kedokteran Universitas Indonesia (1955), Sarjana Psikologi Universitas Indonesia (1962), dan pada tahun 1974 menjadi Sarjana Filsafat dari Rijk Universiteit, Leiden, Belanda. Pada tahun 1979, dia lulus sebagai Doktor Filsafat dari Universitas Indonesia.[3] Pada tahun 1957, Heraty menikah dengan Noerhadi (dikenal dengan Eddy), yang merupakan seorang ahli kultur jaringan dari Departemen Biologi, Institut Teknologi Bandung. Dari pernikahannya ini, mereka dikaruniai empat orang anak.[1] Karier profesionalIa pernah mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Bandung. Selain itu, Toeti Heraty juga pernah menjadi Ketua Jurusan Filsafat Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Ketua Program Pascasarjana Universitas Indonesia Bidang Studi Filsafat, Rektor Institut Kesenian Jakarta, dan Direktur Biro Oktroi Roosseno. Tahun 1968-1971, Toety menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta, dan tahun 1982-1985 menjadi ketua Dewan tersebut. Pada tahun 1994, dia dikukuhkan menjadi Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia. KepenulisanToety Heraty juga aktif mengikuti beberapa festival internasional, di antaranya Festival Penyair International di Rotterdam (1981) dan International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City (1984). Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing, antara lain dalam bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Rusia dan Prancis. Toeti Heraty dijuliki sebagai "satu-satunya wanita di antara penyair kontemporer terkemuka Indonesia".[5] Puisi-pusinya digambarkan sebagai sulit dimengerti, mengkombinasikan 'ambiguitas yang disengaja' dengan 'perumpamaan yang asosiatif dan tak dinyana'. [5] Namun mungkin gayanya yang menggunakan ironi dalam menggarisbawahi kedudukan rendah wanita di masyarakat patriakhal, yang membuat puisinya berbeda dengan para penyair lainnya.[5] Ia menerbitkan kumpulan puisi pertamanya, berjudul "Sajak-Sajak 33" pada tahun 1974, termasuk di dalamnya "Dua Wanita", "Siklus", "Geneva Bulan Juli". Kumpulam puisinya yang kedua, "Mimpi dan Pretensi" terbit tahun 1982. Ia juga melakukan editing sebuah terbitan puisi berbahasa Belanda dan Indonesia, dan sebuah koleksi puisi dari para penyair wanita.[6] Puisinya yang terbaru, "Calon Arang: the Story of A Woman Victimized by Patriarchy", adalah lirik setebal buku, yang memberikan pandangan kritis atas persepsi dari figur tipikal Indonesia, Calon Arang. Puisi itu menghadirkan gambaran tiga dimensi dari seorang wanita yang mencoba bertahan terhadap lingkungan patrikhal yang represif, tetapi malangya ia malah dianggap sebagai penyihir legendaris.[2] Toety Heraty dianggap sebagai salah satu wanita pemikir feminis generasi pertama dan banyak menulis banyak pemikiran penting tentang wanita. [2] Puisinya merefleksikan tidak hanya penadangan feminisnya tetapi juga kecintaannya terhadap seni. Rumahnya di Menteng merangkap sebagai galeri yang menyimpang sejumlah koleksi lukisan karya pelukis terkenal seperti Affandi, S. Sudjojono dan Srihadi Soedarsono. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Yayasan Mitra Budaya Indonesia, pada tahun 1998. Toety Heraty juga adalah pendiri Jurnal Perempuan, majalah feminis yang mengangkat isu-isu penting tentang wanita. Ia juga mengabdikan dirinya pada Suara Ibu Peduli, suatu organisasi non-pemerintah, yang memperjuangkan pemberdayaan wanita. Hasil karya
Akhir kehidupanToety wafat pada 13 Juni 2021 di Jakarta, pada usia 87 tahun, dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak di hari yang sama.[2][4] Rujukan
|