Jumlah hulu ledak nuklir di arsenal Tiongkok merupakan rahasia negara. Ada berbagai perkiraan ukuran arsenal Tiongkok. Tiongkok diperkirakan oleh Federasi Ilmuwan Amerika memiliki gudang senjata sekitar 260 hulu ledak total hingga tahun 2015, yang akan menjadikannya sebagai arsenal nuklir terkecil kedua di antara lima negara senjata nuklir yang diakui oleh Perjanjian Nonproliferasi Senjata Nuklir. Menurut beberapa perkiraan, negara ini mungkin "lebih dari dua kali lipat" jumlah hulu ledak pada rudal yang dapat mengancam Amerika Serikat pada pertengahan 2020-an."[8]
Pada awal tahun 2011, Tiongkok mengeluarkan sebuah buku putih pertahanan, yang mengulangi kebijakan nuklirnya tentang mempertahankan penangkisan minimum dengan ikrar tidak menjadi negara pertama yang menggunakan senjata nuklir. Namun Tiongkok belum mendefinisikan apa yang dimaksud dengan suatu "postur penangkisan minimum". Ini, bersama dengan fakta bahwa "pihaknya mengerahkan empat rudal balistik berkemampuan nuklir baru, mengundang keprihatinan mengenai skala dan niat peningkatan nuklir Tiongkok".[8]
Senjata kimia
Tiongkok menandatangani Konvensi Senjata Kimia (CWC) pada 13 Januari 1993. Tiongkok meratifikasi CWC pada 25 April 1997.[9]
Tiongkok diketahui memasok Albania dengan persediaan senjata kimia kecil pada 1970-an selama Perang Dingin.[10]
Senjata biologi
Tiongkok saat ini merupakan salah satu negara penanda tangan Konvensi Senjata Biologi dan para pejabat Tiongkok telah menyatakan bahwa Tiongkok tidak pernah terlibat dalam kegiatan biologis dengan aplikasi militer yang ofensif. Namun, Tiongkok dilaporkan memiliki program senjata biologi aktif pada 1980-an.[11]
Kanatjan Alibekov, mantan direktur salah satu program perang kuman Soviet, mengatakan bahwa Tiongkok mengalami suatu kecelakaan serius di salah satu pabrik senjata biologinya pada akhir 1980-an. Alibekov menegaskan bahwa satelit pengintai Soviet mengidentifikasi sebuah laboratorium dan pabrik senjata biologi di dekat sebuah situs untuk menguji coba hulu ledak nuklir. Soviet mencurigai bahwa dua epidemi terpisah dari demam berdarah yang melanda wilayah tersebut pada akhir 1980-an disebabkan oleh kecelakaan di sebuah laboratorium tempat para ilmuwan Tiongkok sedang mengembangkan senjata dari penyakit virus.[12]