The Sun Also RisesThe Sun Also Rises, sebuah novel tahun 1926 karya Ernest Hemingway dari Amerika, menggambarkan ekspatriat Amerika dan Inggris yang melakukan perjalanan dari Paris ke Festival San Fermín di Pamplona untuk menyaksikan banteng dan adu banteng.[2][3] Ini merupakan novel pertama oleh Ernest Hemingway yang sukses, dengan judul Fiesta di Inggris.[4] Novel ini menangkap suasana hati, perasaan, dan sikap sekelompok ekspatriat di Prancis dan Spanyol pasca perang.[5] Diterbitkan oleh Scribner pada tahun 1926, cetakan pertama dari novel ini dengan jumlah 5.090 eksemplar yang relatif kecil. Kurang dari dua bulan kemudian novel ini sudah dalam cetakan kedua. Mengikuti kesuksesan komersial novel di Amerika Serikat, edisi Inggris diterbitkan oleh Jonathan Cape dengan judul Fiesta pada tahun 1927. Novel ini telah dicetak terus menerus sejak diterbitkan.[6][7] Novel ini telah diadaptasi menjadi film pada tahun 1957 dengan judul yang sama.[8] Hemingway mulai menulis novel ini pada hari ulang tahunnya, 21 Juli pada 1925. Dia menyelesaikan naskah draft sekitar delapan minggu kemudian pada bulan September. Kemudian merevisinya lebih lanjut selama musim dingin di 1926. Novel ini diilhami pada perjalanan yang ia lakukan dari Paris ke Pamplona, Spanyol pada tahun 1924 bersama istrinya, Hadley Richardson, dan penulis Amerika John Dos Passos. Hemingway kembali lagi pada bulan Juni 1925 dengan kelompok ekspatriat Amerika dan Inggris lainnya. Pengalaman dan keterikatan romantis yang kompleks selama perjalanannya memberikannya ide untuk The Sun Also Rises.[9] The Sun Also Rises menjadikan Hemingway sebagai salah satu penulis terbesar pada abad ke-20. The Sun Also Rises saat ini dianggap sebagai salah satu karya terbaik Hemingway dan karya sastra klasik.[5][10][11] PlotThe Sun Also Rises bercerita tentang sekelompok ekspatriat muda Amerika dan Inggris ketika mereka berada di Eropa pada pertengahan 1920-an. Dua karakter utama novel, Lady Brett Ashley dan Jake Barnes, melambangkan Lost Generation.[12] Generasi yang dimaksud mengambarkan sekelompok penulis Amerika yang muncul setelah Perang Dunia I dan membangun reputasi sastra mereka pada tahun 1920-an. Generasi itu "hilang" dalam arti bahwa nilai-nilai warisannya tidak lagi merasa relevan di dunia pascaperang. Pada saat yang bersamaan mereka merasa terasingkan secara spiritual dari Amerika Serikat.[13][14] Jake adalah seorang jurnalis dan veteran Perang Dunia I. Selama perang, Jake menderita cedera yang membuatnya impoten. Setelah perang, Jake pindah ke Paris. Ia tinggal berdekatan dengan temannya, penulis Yahudi Robert Cohn. Brett yang merupakan mantan kekasih Jake, juga tinggal di Paris. Jake dan Brett bertemu dan jatuh cinta pada saat perang. Brett adalah seorang perawat yang bekerja sukarela. Brett adalah perawat yang membantu merawat luka-luka Jake. Meskipun tidak dikatakan secara eksplisit, di novel ini tersirat bahwa mereka tidak bersama karena Jake impoten.[15][16] Ketika Cohn memberitahu Jake tentang ketertarikannya kepada Brett. Jake memperingatkannya agar tidak mengejar Brett. Brett yang pada saat itu sudah bertunangan dan akan menikah dengan Mike Campbell, seorang veteran perang Skotlandia. Brett dan Cohn akhirnya meninggalkan Paris. Brett pindah ke San Sebastian (kota pantai kecil di Spanyol) dan Cohn pindah ke pedesaan.[5] Beberapa minggu setelah keberangkatan mereka, penulis Bill Gorton (teman Jake yang lain) tiba di Paris. Jake dan Bill memutuskan untuk pergi ke Spanyol. Sebelum mereka pergi, Jake dan Bill bertemu dengan Brett. Brett dan Mike baru saja kembali dari Spanyol. Brett dan Mike akhirnya bergabung dengan Jake dan Bill ke Pamplona. Brett memberi tahu Jake bahwa ia menghabiskan beberapa minggu terakhir di Spanyol bersama Cohn. Bill dan Jake naik kereta ke Prancis selatan, di mana mereka bertemu Cohn. Bill, Jake, dan Cohn melakukan perjalanan bersama ke Pamplona, di mana mereka akhirnya bergabung dengan Brett dan Mike. Mereka menginap di hotel lokal milik seorang pria bernama Montoya. Montoya adalah penggemar adu banteng. Oleh karena itu dia sangat ingin memperkenalkan olahraga tersebut kepada tamunya. Brett dan Jake terpikat oleh adu banteng. Brett juga terpikat oleh seorang matador berusia 19 tahun bernama Pedro Romero. Sementara Mike, Cohn, dan, kebetulan, Jake memperebutkan Brett. Brett lari ke Madrid bersama Romero. Setelah festival berakhir, Jake, Mike, dan Bill meninggalkan Pamplona. Setelah semalam di selatan Prancis, Jake memutuskan untuk kembali ke Spanyol. Dia segera menerima telegram dari Brett yang meminta bantuan di Madrid. Jake segera pergi ke Madrid. Brett memutuskan hubungannya dengan Romero. Brett takut dia menjadi pengaruh buruk bagi Romero. Novel ini berakhir dengan luar biasa, dengan Jake dan Brett berbicara dengan taksi di Madrid. Di baris terakhir novel, Brett mengatakan pada Jake bahwa dia pikir mereka bisa bersenang-senang bersama. Jake menjawab, "Ya, bukankah cukup cantik untuk berpikir begitu?"[5] Analisa dan interpretasiHemingway memuji Gertrude Stein karena telah menciptakan istilah 'Lost Generation'. Stein, mengatakan kepada Hemingway dan teman-teman penulisnya, "Anda semua adalah generasi yang hilang." Sebuah istilah yang digunakan Hemingway sebagai dasar cerita untuk The Sun Also Rises.[17][18][19] The Sun Also Rises mengambarkan karakteristik dari generasi tersebut. Karakter utamanya tidak mempunyai arah baik dalam mental, emosional, dan moral. Kehidupan mereka tidak memiliki dasar yang berarti dan keterikatan romantis mereka cepat berlalu. Meskipun mereka pergi bersama dan sering berpesta mereka biasanya tidak bahagia. Dipicu oleh alkohol, para ekspatriat berkeliaran dari bar ke bar, bertengkar memperebutkan wanita dan seks tanpa alasan yang jelas. Semua karakter (terutama veteran perang) menggunakan alkohol untuk mengalihkan diri dari kehidupan batin mereka dan perasaan tidak menyenangkan yang mereka hubungkan dengan perang.[20] The Sun Also Rises, Hemingway nyaris tidak mengembangkan karakter utamanya. Dengan menahan detail utama tentang keadaan mental dan emosional mereka, Hemingway menyampaikan kekosongan kehidupan mereka.[5] PenerimaanThe Sun Also Rises menerima ulasan positif setelah publikasi. Walaupun ada beberapa yang masih tidak bisa memutuskan apakah novel ini baik atau buruk. Secara umum, ulasan dibagi antara mereka yang muak dengan apa yang mereka anggap sebagai pornografi. Dan juga mereka yang terkesan oleh Hemingway yang lantang dan tidak berbelit belit dalam menyampaikan cerita. Beberapa kritikus mengkritik isi novel tetapi memuji gaya penulisan Hemmingway. The Sun Also Rises juga menjadi buku panduan budaya bagi anak muda.[21] Referensi
|