The Interpreter
The Interpreter (Bahasa Indonesia: juru bahasa) adalah judul film yang dirilis pada tahun 2005. Film yang disutradarai oleh Sydney Pollack, ini dibintangi oleh Nicole Kidman, Sean Penn, dan Chaterine Keener. The Interpreter bercerita tentang seorang penerjemah yang sangat menikmati dan mencintai pekerjaannya, yang tidak sengaja mendengar percakapan rencana pembunuhan seorang presiden.[1][2][3][4][5] Latar belakangSilvia Broome (Nicole Kidman) sangat menikmati pekerjaannya sebagai penerjemah untuk institusi internasional di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat. Keluar dari tanah kelahirannya seorang diri, Silvia menaruh harapan dapat mengubah nasib negerinya lewat jalan diplomasi, lewat bahasa. Silvia bekerja sebagai penerjemah bahasa suku Ku, bahasa kebangsaan Matobo. Menjadi penerjemah tidak sekadar mengalihbahasakan kata per kata dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Berbeda dengan translator, intrepreter memiliki kesulitan lebih tinggi karena dituntut memahami sebuah bahasa dan harus disampaikan ke dalam bahasa lain secara lisan dalam waktu singkat. Perlu adanya penyesuaian konteks terhadap dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Beruntung, Silvia adalah keturanan suku Ku yang secara konteks akan jauh memudahkannya dalam menginterpretasikan pesan lisan. Silvia Broome dengan tidak sengaja mendengarkan rencana pembunuhan terhadap presiden Matobo, Edmund Zumanie, yang akan bertandang ke kantor PBB di New York. Atas insiden ketidaksengajaan Broome mendengarkan rencana konspirasi di ruang penerjemah –yang sialnya tindakannya ketahuan, telah menjadikannya target incaran pembunuhan karena dianggap akan menggagalkan rencana. Merasa terancam, Broome mengirim surel kepada temannya, Felippe, untuk memastikan keadaan saudaranya di Matobo. Silvia juga mengadukannya kepada PBB. Atas informasi Silvia, PBB mengirim agen rahasia untuk menyelamatkan nyawanya. Sayangnya, Tobin Keller (Sean Penn) yang ditugasi justru curiga bahwa semua laporan itu adalah rekayasa, mengingat latar belakang Silvia yang berkaitan erat dengan segala sesuatu hal yang terjadi di negara konflik tersebut. Keller menganggap Silvia bermaksud mencari sensasi dan ingin menggagalkan kedatangan Zuwanie. Silvia semakin tersudut ketika ditemukannya sebuah foto keterlibatannya dalam sebuah orasi perlawanan. Keller memastikan bahwa Silvia berdiri berseberangan dengan Zuwanie sehingga berusaha menghalangi kedatangan presiden ke New York. Terdapat dua latar cerita yang bertolak belakang antara Matobo dan Amerika Serikat. Matobo adalah negara miskin dengan berbagai konflik yang masyarakatnya sulit mendapat kepastian hukum. Selain itu, Matobo juga memiliki kebiasaan tidak menyebut nama orang orang yang telah meninggal. Hal inilah yang menyulitkan Tobin Keller dalam memecahkan masalah. Bahkan kerap Silvia dianggap merekayasa semua keterangan yang ia tutup-tutupi. Sedangkan Amerika Serikat adalah negara adidaya dan terbuka yang di luar segala kontroversinya kerap dijadikan sebagai indikator dan berhak menentukan kelayakan sebuah hukum di suatu negara. Dibantu Woods (Chaterine Keener), Tobin Keller memusatkan pikirannya untuk menyelesaikan konflik yang melibatkan dua negara itu. Bagaimanapun juga, nama baik negara akan menjadi taruhannya ketika rencana pembunuhan itu benar-benar terjadi. Belum lagi Amerika Serikat merupakan Negara yang memiliki peran istimewa dalam PBB. Xola dan Kuman-Kuman adalah lawan politik Zuwanie yang dituduh sebagai dalang serangan terorisme di Matobo. Namun, setelah kematian Xola dan kemudian Kuman-Kuman dalam waktu dekat membuat PBB berpikir keras untuk mengurai benang kusut. Dalang rencana pembunuhan ini berdiri pada sisi yang dipertanyakan. Hal yang menarik adalah bagaimana bahasa dapat menyinggung hal-hal kecil terkadang banyak yang tidak sadar ada di sekitar. Dan saat Silvia berada dalam bus di Brooklyn, ia menarik perhatian Kuman-Kuman saat ia tiba-tiba mengumpat dalam bahasa Ku. Di daerah yang mana Kuman-Kuman sebagai minoritas, ia tercengang ketika ada orang lain selain dirinya menggunakan bahasa ibu suku Ku. Hingga akhirnya ia antusias ingin menyapa dan mencari tahu siapa Silvia. Lewat alur cerita film ini membawa The Interpreter berujung pencekalan penayangan film di negara Zimbabwe karena dianggap memprovokasi pemerintahannya. Beberapa poin yang merujuk pada negara tersebut, seperti lamanya berkuasa presiden, sebagai salah satu negara yang miskin di Afrika, sampai penggunaan simbol negara dengan corak bendera yang hampir mirip. Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|