Terentang
Terentang adalah nama segolongan pohon dari genus Campnosperma, anggota famili Anacardiaceae. Marga ini terdiri dari sekitar 14 spesies,[2] 5 di antaranya didapati di Asia Tenggara.[3] Nama-nama daerahnya, antara lain, antumbus, ambacang rawang (Smt.); hamtangen (Klm.); dalipo (Slw.); hotong otan (Maluku); dan kaauwe (Papua). Terentang tidak didapati di Jawa, Nusa Tenggara, dan Filipina.[3] SpesiesBerikut merupakan daftar spesies Terentang menurut The Plant List:[2]
Spesies tipe untuk marga ini adalah Campnosperma zeylanicum.[4] EkologiTerentang acap didapati di hutan dataran rendah yang berawa; membentuk tegakan murni atau dominan bercampur dengan jenis kayu-kayu lain. Di dataran rendah Papua, terentang hidup di rawa-rawa yang menggenang bercampur dengan sagu (Metroxylon sagu), pandan (Pandanus spp.) dan lain-lain. Namun pohon-pohon ini juga dapat tumbuh baik di hutan-hutan pada tanah berdrainase baik, khususnya di lembah-lembah atau di tepi sungai, hingga ketinggian 1.600 m dpl.[3] KegunaanTerentang menghasilkan kayu lunak yang berbobot ringan; dengan kerapatan yang berkisar antara (310-)350-500(-600) kg/m³ (rata-rata 435 kg/m³) pada kadar air 15%. Kayu terasnya merah muda, berangsur menjadi kelabu-merah muda jika kena cahaya; tidak jelas terbedakan dari gubalnya. Tekstur kayunya sangat halus dan rata. Meskipun tahan terhadap serangan kumbang bubuk, kayu terentang tergolong tidak awet, dengan ketahanan hanya sekitar 5-6 bulan apabila digunakan bersinggungan dengan tanah di daerah tropis.[3] Karena sifat-sifatnya itu, kayu terentang biasanya hanya digunakan untuk membuat peti mati, papan tulis, papan gambar, laci, papan untuk rak, kotak cerutu, kotak korek api, dan lain-lain penggunaan ringan. Juga dipakai sebagai bahan peti-peti pengepak, tungkai dan lengan palsu, dan bahan sandal wanita. Kayu terentang dapat dikupas dengan baik menjadi venir, atau dikeping untuk dijadikan bubur kayu (pulp) bahan kertas.[3] Catatan kaki
Pranala luar
|