Teori jendela pecahTeori jendela pecah adalah teori dalam kriminologi tentang ketidakteraturan dan vandalisme di kota dan kaitannya dalam hal kejahatan dan perilaku anti-sosial. Dipublikasikan dalam sebuah artikel tahun 1982, teori ini digagas oleh ilmuwan sosial James Q. Wilson dan George L. Kelling. Teori ini berargumen bahwa apabila kejahatan ataupun ketidakteraturan kecil dibiarkan tanpa ditindaklanjuti maka akan lebih banyak orang melakukan hal yang sama dan bahkan menyebabkan terjadinya kejahatan dalam skala yang lebih besar.[1] Nama teori ini didapat dari hasil observasi bahwa beberapa jendela pecah di permukiman memicu orang-orang untuk memecahkan jendela-jendela lainnya, melakukan aksi vandalisme dan bahkan membobol masuk.[2] "Jendela pecah" dalam masyarakat dapat berupa coretan-coretan yang merusak di area publik, keberadaan pengemis yang agresif, ataupun tidak tertatanya ruang publik dengan baik.[3] Kelling dan Wilson merumuskan teori ini setelah mencermati percobaan yang dilakukan oleh Philip Zimbardo pada tahun 1969.[4] Zimbardo melakukan percobaan untuk menguji sifat alami manusia dengan menempatkan dua mobil yang sama di dua tempat yang berbeda.[4] Kedua mobil tersebut tidak memiliki plat dan sengaja dibuka bagian kapnya.[4] Satu mobil ditaruh di daerah kumuh di Bronx, New York dan satu mobil lainnya ditaruh di daerah Palo Alto, California.[4] Dalam waktu 3 hari, mobil yang berada di daerah Bronx sudah dicuri bagian-bagian berharganya sedangkan mobil lainnya di Palo Alto sama sekali tidak disentuh oleh siapapun hingga lebih dari satu minggu.[4] Melihat hal itu Zimbardo lalu mengambil palu dan memukulkannya ke mobil tersebut.[4] Orang-orang yang melintas dan melihat apa yang dilakukan Zimbardo pun satu per satu mulai menghancurkan mobil itu hanya dalam waktu beberapa jam saja.[4] Teori ini diterapkan di New York pada pertengahan 1980an ketika George Kelling menjadi konsultan untuk Otoritas Transit New York.[3] Pada masa itu angka kejahatan di New York mencapai 650,000 per tahun.[3] Kelling bersama dengan direktur subway David Gunn memberlakukan kebijakan baru dalam pengelolaan subway.[3] Sebelumnya, kereta-kereta yang digunakan sering menjadi sasaran coretan grafiti oleh anak-anak muda di daerah tersebut dan kejadian ini tidak segera ditangani oleh pihak otoritas.[3] Menurut Gunn, grafiti merupakan simbol dari sistem yang tidak berjalan dengan baik sehingga di bawah manajemen yang baru, kereta yang baru selesai dicoret-coret segera dibersihkan pada malam yang sama sehingga semua kereta yang digunakan untuk publik bersih tanpa coretan.[3] Penerapan sistem ini kembali dilanjutkan oleh William Bratton yang menjadi kepala polisi transit pada 1990.[3] Ia memperketat peraturan yang sebelumnya lunak terhadap orang-orang yang menggunakan jasa subway tanpa membayar.[3] Sekitar 170,000 orang dalam satu hari menaiki subway tanpa membayar dan sebagian merupakan anak-anak muda yang menghindari tiket dengan melompati pembatas.[3] Para polisi yang melihat kejadian tersebut enggan mengambil tindakan karena merasa membuang-buang waktu apabila mereka mengurusi hal tersebut yang dianggap sepele, karena banyaknya kejahatan yang lebih serius yang terjadi.[3] Empat tahun kemudian Bratton diangkat menjadi Kepada Departemen Kepolisian New York dan menerapkan sistem yang sama.[3] Pada tahun 1992 angka kejahatan di New York mulai turun drastis dan menurut Malcolm Gladwell, hal ini disebabkan oleh penerapan teori jendela pecah yang dimulai oleh Kelling.[3] Catatan kaki
Bacaan lanjutan
Pranala luar |