Teori interaksi simbolik

Teori interaksi simbolik merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia membentuk makna melalui proses komunikasi.[1] Teori interaksi simbolik berfokus pada pentingnya konsep diri dan persepsi yang dimiliki individu berdasarkan interaksi dengan individu lain. Teori interaksi simbolik diperkenalkan pertama kali oleh Herbert Blumer yang merupakan turunan dari pemikiran George Herbert Mead dalam ruang lingkup sosiologi.[2] Pembahasan interaksi simbolik secara spesifikasinya membahas seorang individu dalam berperilaku dan menentukan keputusan diri dalam ruang lingkup sosial yang dilakukan secara sadar.[2]

Menurut Herbert Blumer, terdapat tiga asumsi dari teori ini:

  1. Manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka.
  2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia.
  3. Makna dimodifikasi melalui interpretasi.

Sedangkan menurut La Rossan, asumsi dalam teori ini adalah:

  1. Interaksi antar individu dapat mengembangkan konsep diri seseorang.
  2. Konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku seseoang.

Manfaat Mempelajari Teori Interaksi Simbolik

Mempelajari teori interaksi simbolik dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :

  1. Memahami premis dasar teori interaksi simbolik.
  2. Memahami asumsi dasar teori interaksi simbolik.
  3. Memahami berbagai prinsip utama dalam teori interaksi simbolik.
  4. Memahami bagaimana persepsi interpersonal mempengaruhi komunikasi interpersonal.
  5. Memahami konsep diri dan proses identitas.
  6. Memahami konstruksi gender dan seksualitas.
  7. Memahami proses pembentukan kesan.
  8. Memahami implementasinya dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli.[3]

Referensi

  1. ^ Pengantar Teori Komunikasi 1. Penerbit Salemba. ISBN 9789791749220. 
  2. ^ a b "Interaksi Simbolik | Satuan Pengawasan Internal". spi.uin-alauddin.ac.id. Diakses tanggal 2022-12-18. 
  3. ^ "PakarKomunikasi.com". PakarKomunikasi.com. Diakses tanggal 2024-10-11. 
Kembali kehalaman sebelumnya