Tenjomaya, Ciledug, Cirebon

Tenjomaya
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenCirebon
KecamatanCiledug
Kode pos
45188
Kode Kemendagri32.09.02.2009 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 6°53′44.88″S 108°44′15.72″E / 6.8958000°S 108.7377000°E / -6.8958000; 108.7377000


Tenjomaya adalah desa di kecamatan Ciledug, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Kode pos untuk desa Tenjomaya adalah 45188.[1][2] Desa ini berbatasan dengan desa Damarguna (sebelah timur), Desa Leuweung Gajah (sebelah selatan), Desa Pabuaran Wetan (sebelah barat) dan Pesawahan (sebelah utara). Mata Pencaharian penduduknya adalah bertani dan berladang.

Sejarah

Desa Tenjomaya berasal dari dua kata, yaitu Katenjo (bahasa Sunda) yang berarti terlihat dan maya yang berarti samar. Penamaan desa ini tidak terlepas dari peran para sesepuh desa yang secara turun-temurun menceritakan legenda penamaan desa Tenjomaya.[3] Alkisah di Cirebon bagian timur (sekarang Leuweng Gajah), Nyi Rambut Kasih yang sekian lama berguru pada Sunan Kalijaga akhirnya luluh dan tertarik untuk memeluk agama Islam.[4] Nyi Rambut Kasih adalah seorang ratu dari Kerajaan Sindang Kasih di Majalengka.[4] Dilain pihak Nyi Dewi Angin-Angin yang telah sepakat menikah secara batin dengan Sunan Kalijaga merasa cemburu dan bermaksud untuk membuat perhitungan dengan Nyi Rambut Kasih.[3]

Dari Kasunanan Cirebon Nyi Dewi Angin-Angin pergi menuju Cirebon timur dengan menunggang kereta kencana yang terbuat dari emas diiringi satu pasukan perempuan cantik.[3] Di kediaman Nyi Rambut Kasih tampak hadir bawahannya seperti Ki Gedeng Centongbolong, Ki Gedeng Krapyak, Ki Gedeng Picung Pugur dan Ki Gedeng Singa Upas yang sedang membahas tentang ajaran baru yang mereka peluk yaitu agama Islam yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga.[3] Mereka berkeinginan untuk terus memelihara dan meyebarluaskan Islam keseluruh pelosok negeri.[3]

Saat mereka sedang berdiskusi, tiba-tiba Nyi Dewi Angin-Angin datang dan menantang Nyi Rambut Kasih untuk berperang dan pertarungan sengit di antara keduanya tak terlelakkan.[3] Pasukan Nyi Dewi Angin-Angin yang seluruh prajuritnya adalah wanita dengan gigih mengobrak-abrik pertahanan prajurit Nyi Rambut Kasih.[3] Meskipun pasukan Nyi Dewi Angin-Angin adalah wanita, tetapi kesaktiannya mampu mengungguli kesaktian prajurit Nyi Rambut Kasih dan mengalahkan Ki Gedeng Centongbolong sebagai pemimpin pasukan.[3] Melihat pasukannya berguguran, Nyi Dewi Rambut Kasih kemudian menantang langsung Nyi Dewi Angin-Angin.[3] Sesaat kemudian pertempuran dahsyat pun terjadi dan secara tiba-tiba Nyi Dewi Angin-Angin berubah wujud menjadi seorang raksasa yang mampu menguasai padukuhan Leuweung Gajah.[3] Karena meresa terdesak, Nyi Dewi Rambut Kasih pergi menuju Cirebon untuk meminta pertolongan kepada H. Abdullah Iman yang saat itu menjabat sebagai Kuwu Cirebon.[3][5] H. Abdullah Iman adalah nama Islam dari Pangerang Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana.[5]

Melihat kedatangan Nyi Rambut Kasih dengan kondisi tak menentu, H. Abdullah Iman yang saat itu bersama Sunan Kalijaga merasa iba.[3] Kemudian setelah menceritakan duduk persoalannya, diutuslah Sunan Kalijaga untuk menaklukan raksasa jelmaan Nyi Dewi Angin-Angin.[3] Kedatangan Sunan kalijaga bersama Nyi Rambut Kasih ke Leuweung Gajah disambut geram oleh raksasa jelmaan Nyi Dewi Angin-Angin.[3] Mengetahui yang dihadapi adalah raksasa yang secara pandangan masih samar-samar (maya) tetapi dalam batinnya terlihat (katenjo) bahwa raksasa itu adalah istrinya sendiri.[3] Secepat kilat Sunan Kalijaga mengeluarkan keris pusakanya dan berubah menjadi seekor kelabang.[3] Keris itu masuk dalam raga sang raksasa dan tiba-tiba raksasa itu menjerit dan roboh, kemudian wujudnya berubah kembali menjadi Nyi Dewi Angin-Angin.[3]

Setelah merasa kalah, Nyi Dewi Angin-Angin kemudian meninta maaf kepada Sunan Kalijaga dan berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi.[3] Kemudian dijelaskan oleh Sunan Kalijaga bahwa di antara dirinya dan Nyi Rambut Kasih tidak ada hubungan apa-apa.[3] Kedekatan mereka hanyalah untuk menyebarkan agama Islam.[3] Selanjutnya Nyi Dewi Angin-Angin diberi nama Nyi Dewi Cindemaya.[3] Pernikahan antara Sunan Kalijaga dan Nyi Dewi Angin-Angin yang juga penguasa Laut Kidul bergelar Nyi Roro Kidul adalah pernikahan secara batin dan tidak melakukan hubungan secara lahir, maka keduannya berpisah.[3] Nyi Dewi Angin-Angin kembali ke laut kidul sebagai penguasa samudra, sedangkan sunan kalijaga pulang ke Kadilangu.[3]

Dari cerita pertempuran antara Sunan Kalijaga dengan Nyi Dewi Angin-Angin yang meskipun terlihat (katenjo) berwujud raksasa tetapi sebenarnya samar-samar (maya), maka sesepuh desa Leuweung Gajah saat itu, Bapak Solehin, menamai dearah itu sebagai desa Tenjomaya saat terjadi pemekaran desa Leuweung Gajah tahun 1982.[3]

Kepala Desa Tenjomaya

Nama-nama kepala desa Tenjomaya yang diketahui:

  • Mas’ud (Pj) 1982-1996
  • Slamet 1995-1996
  • Taufik A.R 1997-1998
  • Topik 1998-2002
  • Tohir 2002-2003
  • Hadori 2003- 2011
  • Nana Supena 2011-2013
  • Thohir 2013-2014
  • Muhamad Hasanudin 2016-2021

Referensi

  1. ^ (Indonesia) "Nama Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Cirebon". 
  2. ^ (Indonesia) Pemerintah Kabupaten Cirebon. "Daftar Kecamatan Kabupaten Cirebon". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-02. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x (Indonesia) Pemerintah Kabupaten Cirebon Kantor Pariwisata Seni dan Budaya (2003). "Ceritera Rakyat Asal usul Desa di Kabupaten Cirebon" (Buku). Cetakan Pertama: 11. 
  4. ^ a b (Indonesia) Sumartha. "Nyi Rambut Kasih". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-24. 
  5. ^ a b (Indonesia)Ade Soekirno SSP. "Cerita Rakyat Jawa Barat : Cai-Rebon (Berdirinya Kesultanan Cirebon)". Grasindo. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya