Tapi Omas IhromiTapi Omas Simatupang (dikenal sebagai Tapi Omas Ihromi; 2 April 1930 – 5 Agustus 2018) adalah seorang antropolog Indonesia. Ia lahir dari pasangan Simon Simatupang dengan Mina Sibuea, sebagai anak keenam dari delapan bersaudara. Ayahnya seorang pegawai kantor pos. Kehidupannya sekeluarga sederhana. Gaji yang diterima ayahnya setiap bulan selalu habis dikirim kepada Omas dan saudara-saudaranya yang belajar di Jawa. Omas masuk ke sekolah guru dan pernah mengajar di Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Namun kemudian ia melanjutkan studinya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan selesai pada 1958. KarierPada awal tahun 1960-an, Omas mendapat kesempatan melanjutkan studinya di Universitas Cornell dan lulus dengan gelar M.A.. Pada saat yang bersamaan, suaminya, Ihromi, mengambil gelar M.A. di Universitas Harvard dalam bidang studi bahasa-bahasa Semit. Omas kemudian mengajar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan kemudian berhasil mendapatkan gelar doktor dalam bidang antropologi hukum pada 1978, dengan menulis disertasi dengan judul "Adat perkawinan Toraja Sa'dan dan tempatnya dalam hukum positip masa kini". Sebagai seorang pakar hukum adat, Omas aktif membela kepelbagaian adat-istiadat di Indonesia. Ia berpendapat, penyeragaman hukum di Indonesia seperti yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru hanya akan menimbulkan masalah di masyarakat. Selain itu, Omas juga dikenal sebagai seorang pembela kedudukan perempuan dalam masyarakat Indonesia. Dikenal sebagai pelopor studi dan gerakan feminis di Indonesia, Omas ikut mendirikan Pusat Kajian Perempuan di Universitas Indonesia pada 1979. KeluargaOmas menikah dengan Ihromi, pemuda Sunda yang dikenalnya sebagai sesama anggota GMKI. Mereka dikaruniai dua orang anak perempuan, yaitu Nia Kurniati dan Ade Satiawati. Dari kedua anak ini, pasangan ini mendapatkan empat orang cucu, yakni Astrid Saraswati, Kristi Helena Ratnaningsih, Manendra Muhtar, dan Saut Benyamin. BibliografiSebagian dari karya tulis Tapi Omas Ihromi:
ReferensiPranala luar |