TandavaTandava (dalam bahasa Sanskerta: Tāṇḍavam), yang dikenal juga sebagai Tāṇḍava Natyam, adalah tarian ilahi yang diperagakan oleh Dewa Siwa dalam agama Hindu. Siwa sering digambarkan menari Tandava dalam wujudnya sebagai Nataraja. Risalah Sanskerta tentang seni pertunjukan, Natya Shastra, mendalami berbagai aspek tarian ini[1]. SejarahTandava adalah tarian yang penuh energi dan gerakan cepat, seperti yang diperagakan dalam seni tari-drama sakral India. Jika dilakukan dengan penuh sukacita, tarian ini disebut Ananda Tandava; sedangkan dalam suasana penuh kemarahan, disebut Raudra atau Rudra Tandava[2]. Teks-teks Hindu menyebutkan beberapa jenis Tandava, di antaranya: Ananda Tandava, Tripura Tandava, Sandhya Tandava, Samhara Tandava, Kali Tandava, Uma Tandava, Shiva Tandava, Krishna Tandava, dan Gauri Tandava[3]. Mudra dan postur dalam Tandava muncul secara alami ketika Kundalini seseorang, energi spiritual internal, terbangkitkan. Representasi mudra pada patung-patung kuil kuno melambangkan pengalaman spiritual yang dialami individu sebagai hasil dari praktik-praktiknya[4]. Shiva Tandava dikenal sebagai tarian energik yang menjadi sumber siklus penciptaan, pemeliharaan, dan penghancuran. Rudra Tandava melambangkan sisi destruktif Siwa, baik sebagai pencipta maupun penghancur, termasuk penghancur kematian[5]. Sebaliknya, Ananda Tandava mencerminkan kegembiraan ilahi. Dalam tradisi Shaiva Siddhanta, Siwa sebagai Nataraja (yang berarti “Raja Tarian”) dipandang sebagai dewa seni tari tertinggi[6]. Nama Tandava berasal dari Tandu, pengikut Siwa yang mengajari Bharata, penulis Natya Shastra, tentang penggunaan Angahara dan Karana dalam Tandava atas perintah Siwa. Beberapa ahli menduga Tandu adalah penulis awal karya seni drama yang kemudian dimasukkan ke dalam Natya Shastra. Risalah ini juga menggambarkan Siwa menjelaskan tarian kepada Dewa Brahma.[7] Karana adalah perpaduan antara gerakan tangan dan kaki yang membentuk postur tari, sementara Angahara terdiri atas tujuh atau lebih Karana. Natya Shastra mencatat 32 Angahara dan 108 Karana dalam bab keempatnya, Tandava Lakshanam[8]. Menurut sejarawan seni Ananda Coomaraswamy, tarian Siwa adalah representasi paling kuat dari energi ritmis yang menjadi dasar seni dan agama[9]. Makna SimbolisTarian ini mencerminkan lima manifestasi energi abadi: 1.Srishti - penciptaan dan evolusi 2.Sthiti - pemeliharaan dan dukungan 3.Samhara - penghancuran dan transformasi 4.Tirodhana - ilusi 5.Anugraha - pembebasan dan anugerah Istri Siwa, Parvati, menarikan Lasya sebagai respons terhadap Tandava. Lasya memiliki gerakan yang lembut, anggun, dan terkadang erotis[10]. Para sarjana sering menyebut Lasya sebagai versi feminin dari Tandava. Lasya sendiri terbagi menjadi dua jenis: Jarita Lasya dan Yauvaka Lasya[11]. Tandava dalam Teks SuciTeks-teks Hindu menggambarkan berbagai peristiwa di mana Siwa melakukan Tandava. Ketika Sati, istri pertama Siwa, mengorbankan dirinya di upacara Daksha, Siwa menarikan Rudra Tandava untuk meluapkan kesedihan dan kemarahannya. Shivapradosha Stotra menyebutkan bahwa ketika Siwa menarikan Sandhya Tandava, dewa-dewa seperti Brahma, Wisnu, Saraswati, Lakshmi, dan Indra turut memainkan alat musik serta memuji Siwa[12]. Selain itu, Shiva Tandava Stotra, sebuah himne Hindu yang memuji kekuatan dan keindahan Siwa, diyakini ditulis oleh Ravana, salah satu penyembah terbesar Siwa.[13] Lihat JugaReferensi
|