Tamparan

Pria ditampar

Tamparan adalah suatu hempasan kasar yg dilakukan dengan telapak tangan terbuka atau punggung telapak tangan, sehingga merupakan kebalikan dari tinjuan, gerakan yang dilakukan dengan menggunakan genggaman tangan. Tamparan sering kali dilakukan di atas wajah, tetapi juga dilakukan pada tangan atau bagian tubuh lainnya.[butuh rujukan]

Dalam Bahasa Inggris

Dalam Bahasa Inggris, kata "tamparan" (slap) pertama kali tercatat pada tahun 1632, kemungkinan berasal dari onomatope. Kata "slap" dijumpai dalam Bahasa Inggris tak baku seperti "slap fight", "slap-happy", "slapshot", "slapstick", "slap on the wrist" (sebagai hukuman ringan), "slap in the face" (sebagai cemoohan. Alternatif lain sebagai balasan menghadapi komentar yang menyinggung), dan "slap on the back" (ekspresi persahabatan atau ucapan selamat). Dalam musik, istilah ini digunakan dalam jazz, merujuk kepada gerakan menarik senar dan membiarkannya referring to the menghentakkan alat musik tersebut.[1][2]

"Bitch slap" adalah slang Afrika-Amerika yang muncul pada tahun 1990-an yang berarti "membunuh seorang wanita". Lainnya merujuk kepada wanita yang memukul seorang pria, seorang gay yang sedang menggoda seseorang, atau seorang pria yang memukul orang lain dengan gaya yang kewanitaan.

Penggunaan dan makna

Tujuan dari menampar atau memberi tamparan sering kali adalah lebih untuk mempermalukan daripada menyakiti. "Slap in the face" (tamparan di wajah) adalah idiom umum yang berasal dari akhir 1800-an yang berarti memberi peringatan atau menghina.[3]

Dalam teks yang ditulisnya pada tahun 2004, The Naked Woman: A Study of the Female Body, anthropolog Desmond Morris mendefinisikan apa yang ia sebut "cheek slap" (tamparan pipi). Menurutnya tamparan pipi adalah "perbuatan klasik seorang wanita yang merespon perhatian yang tak diundang seorang pria". Morris mengkategorikan tamparan pipi sebagai display blow, yang artinya seseorang yang tidak mungkin diacuhkan namun tidak menyebabkan kesakitan yang besar.

Kata "tamparan" sering kali digunakan untuk meringankan aksi kekerasan, bahkan jika perbuatan itu sangat menyakitkan. Perbuatan menampar sering disamakan dengan kekerasan minor.[4][5]

Menampar dinilai secara berbeda oleh berbagai kebudayaan. Di Islandia, menampar anak dipandang sebagai bentuk penyiksaan fisik yang ekstrem. Sementara itu, di Britania Raya dianggap oleh beberapa orang tua sebagai perbuatan yang menyiksa.[6] Di India, sebuah studi menjumpai bahwa terdapat penerimaan yang tinggi mengenai suami yang menampar istri, terutama di kalangan suami dan kelas menengah.[7]

Saat gadis Yahudi mengalami menstruasi untuk pertama kalinya, ibu mereka sering menampar pipi putri mereka. Ini adalah tradisi yang dipandang oleh beberapa orang merupakan lambang kesulitan dalam kehidupan sebagai wanita.

Studi menunjukkan bahwa walaupun orang Amerika menghindari kekerasan domestik tanpa memandang apakah pelaku pria atau wanita, biasanya mereka lebih menerima kekerasan skala minor seperti menampar, terutama lebih digunakan oleh wanita dalam melawan pria daripada sebaliknya. Ini kemungkinan karena wanita dianggap paling mungkin daripada pria untuk melakukan kekerasan fisik. Namun, wanita yang melakukan perbuatan kekerasan minor terhadap pasangan pria mereka, memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk disakiti oleh pasangannya, dan ahli kekerasan domestik kemudian menasihati wanita yang berada dalam risiko untuk menghentikan perbuatan minor dalam bentuk serangan fisik terhadap pasangan mereka. Lalu, baik pria dan wanita yang keras terhadap pasangan kemungkinan besar cenderung menampar atau memukul pantat ("spanking") anak-anak mereka juga.[8]

Badan intel Amerika Serikat pada masa pemerintahan George W. Bush menggunakan tamparan sebagai salah satu dari "teknik interogasi yang disempurnakan".

Di India, tamparan juga adalah sikap politis yang digunakan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan terhadap ide seorang tokoh politik.

Referensi

  1. ^ slap, Online Etymology Dictionary
  2. ^ Oxford English Dictionary
  3. ^ Ammer, Christine (1997). The American heritage dictionary of idioms (edisi ke-1st pbk. ed.). Boston, Mass. [u.a.]: Houghton Mifflin. hlm. 589. ISBN 039572774X. 
  4. ^ Cotterill, Janet. Language in the Legal Process. Basingstoke: Palgrave Macmillan, 2004. pp. 81-82, ISBN 0-333-96902-2
  5. ^ Renzetti, Claire and Raquel Bergen. Violence against Women. Lanham: Rowman & Littlefield, 2005. p. 45, ISBN 0-7425-3055-8
  6. ^ Malley-Morrison, edited by Kathleen (2004). International perspectives on family violence and abuse: a cognitive ecological approach. Mahwah, N.J.: Lawrence Erlbaum. hlm. 20, 36. ISBN 0805842454. 
  7. ^ Umar, Mohd. (1998). Bride burning in India: a socio-legal study. New Delhi: A.P.H. Publ. Corp. hlm. 46. ISBN 8170249228. 
  8. ^ Lamb, Michael. Parenting and Child Development in "Nontraditional" Families. Hillsdale: Lawrence Erlbaum Associates, 1999. p. 311 ISBN 0-8058-2748-X
Kembali kehalaman sebelumnya