Tamil Sri Lanka
Tamil Sri Lanka adalah anggota kelompok etnik Tamil yang tinggal di negara Sri Lanka. Meskipun orang Tamil Sri Lanka berbeda secara budaya dan bahasa dengan kelompok etnis Sinhala di pulau itu, studi genetik menunjukkan bahwa mereka berhubungan erat.[11] Orang Tamil Sri Lanka kebanyakan beragama Hindu dan sebagian menganut Kristen. Sastra Tamil Sri Lanka tentang berbagai topik termasuk agama dan sains berkembang pesat selama periode abad pertengahan di istana Kerajaan Jaffna. Dialek Tamil Sri Lanka terkenal karena arkaisme[12] dan kata-kata yang tidak digunakan sehari-hari di negara bagian Tamil Nadu di India.[13] SejarahSekelompok kecil orang dari selatan Tamil Nadu bermigrasi ke utara Sri Lanka pada abad ke-3 SM.[14] Pendatang Tamil di masa itu telah berasimilasi dengan warga sekitar. Migrasi besar-besaran baru terjadi setelah invasi kerajaan Chola pada abad ke-11.[15] Para pendatang ini selanjutnya mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Jaffna untuk mempertahankan identitas mereka.[16] Suksesnya pendirian kerajaan ini memicu terjadinya migrasi besar-besaran hingga abad ke-18, sekaligus untuk menghindari invasi kerajaan Islam di India pada masa itu.[17] Selama kedatangan Portugis ke Sri Lanka di abad ke-16, migrasi berbagai kelompok berbahasa Tamil terjadi akibat kegiatan perdagangan. Ratusan orang Bharatha, subetnik Tamil, beragama Kristen dibawa dari daratan India ke pantai barat Sri Lanka oleh Portugis untuk merebut kendali atas perdagangan mutiara.[18] Kasta Chetties bermigrasi dari India Selatan di bawah kekuasaan Portugis, dan terus berlanjut selama pemerintahan Belanda di pulau itu. Orang Chetties di Sri Lanka Barat pindah agama menjadi Katolik di bawah pemerintahan Portugis, sementara yang lain pindah ke Anglikan atau Protestan di bawah pemerintahan Belanda dan pemerintahan Inggris.[19] Orang Tamil India yang dibawa ke Sri Lanka sebagai buruh kontrak selama abad ke-19 dan ke-20 untuk bekerja di perkebunan kopi, teh dan karet yang dimiliki oleh Inggris. Mereka berperan penting dalam pendirian perkebunan teh, karet, kopi dan kelapa dan merupakan bagian besar tenaga kerja sektor perkebunan. Orang India Tamil ini terpisah dari komunitas perdagangan orang Tamil India yang sudah lama terbentuk.[20] AgamaMayoritas Tamil Sri Lanka menganut agama Hindu, sekitar delapan puluh persen beraliran Saiwa.[21] Sementara itu, 7 persen di antaranya menjadi Kristen, terutama Katolik, setelah penaklukan Portugis atas Kerajaan Jaffna.[22] Kebanyakan orang Tamil yang mendiami Provinsi Barat adalah Katolik, sementara yang dari Provinsi Utara dan Timur sebagian besar beragama Hindu. Sensus Sri Lanka 2012 mencatat masyarakat beragama Buddha mencapai 22,254, kurang 1% dari total populasi.[23] Pemuka agama Hindu, khususnya Vellalar, mengikuti ideologi agama Shaiwa Siddhanta (aliran Shaiwa) dan juga mempraktikkan Hinduisme lokal, menjunjung tinggi kepercayaan mereka pada dewa-dewa desa setempat yang tidak ditemukan dalam kitab suci Hindu resmi. Tempat ibadah tergantung pada objek ibadah dan bagaimana ia ditempatkan. Ini bisa menjadi kuil Hindu yang tepat yang dikenal sebagai Koyil, dibangun sesuai dengan kitab suci. Namun, lebih sering, kuil ini tidak dibangun sesuai dengan kitab suci melainkan tempat sederhana yang ditempati dewa setempat. Di kuil ini diadakan ritual puja harian dan diikuti oleh penduduk setempat yang dipimpin oleh seorang pendeta, Kurukkal.[24] MasyarakatPenyebaran Tamil Sri Lanka di setiap provinsi berdasarkan sensus penduduk tahun 2012. Populasi Tamil Sri Lanka sebesar 2,270,924, sekitar 11% dari total populasi penduduk di negara Sri Lanka.
Tamil TimurMasyarakat Tamil di daerah Provinsi Timur kebanyakan bekerja di bidang pertanian atau perikanan dan beberapa yang berdagang.[26] Masyarakatnya beragama Hindu dengan budaya matrilineal.[27][28] Hukum tradisonal Mukkuva dijalankan oleh sebagian besar masyarakat.[29][30] Tamil UtaraWilayah masyarakat Tamil utara adalah peninggalan dari Kerajaan Jaffna. Masyarakat ini terbagi dalam dua kelompok lagi, Jaffna dan Vanni. Kelompok pertama tingal di daerah semenanjung, dengan mata pencaharian utama pertanian dan peternakan. Kelompok Vanni tinggal di dataran Vanni, bermata pencaharian utama pekebun dengan pengelolaan irigasi yang baik.[31] Hukum tradisional masyarakat Tamil utara adalah Thesavalamai.[32] Tamil BaratMasyarakat Tamil Sri Lanka di daerah barat menggunakan dialek Negembo yang membedakannya dari kelompok Tamil lainnya.[33] Kebudayaannya banyak dipengaruhi oleh suku Sinhala.[34] Di daerah ini pula banyak terdapat Tamil Sri Lanka yang beragama Katolik.[34] AntropologiPenelitian genetik menunjukkan bahwa orang Sinhala dan Tamil Sri Lanka berhubungan lebih dekat daripada Tamil India dan Muslim India Selatan. Kesamaan ciri genetik antara Tamil Sri Lanka dengan orang Sinhala sebesar 55.20% (+/- 9.47), sementara dengan Tamil India hanya 16.63% (+/- 8.73). Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan antara kedua suku di Sri Lanka telah mengaburkan ciri genetik orang Tamil Sri Lanka dengan Tamil India.[35] Nasionalisme dan SeparatismeSejak awal pemerintahan Britania Raya pada tahun 1796, Tamil Sri Lanka tidak berasimilasi dengan masyarakat sekitar dengan mempertahankan bahasa, budaya, dan kepercayaan mereka.[36] Dengan adanya pemisahan komunitas berdasarkan suku oleh pemerintah Inggris, hal ini perlahan menjadi kesadaran nasional.[37] Kesadaran ini memuncak mulai tahun 1920-an dan akhirnya pada tahun 1944 dibentuk organisasi All Ceylon Tamil Congress (ACTC) berskala nasional.[38] Setelah kemerdekaan Sri Lanka pada tahun 1948, ACTC menjadi salah satu partai politik. Setelahnya, parta-partai baru berbasis identitas Tamil Sri Lanka bermunculan seperti Partai Federal dan Front Pembebasan Tamil.[39] Pada tahun 1970-an, gerakan separatisme Tamil Sri Lanka mulai muncul, ditandai dengan berdirinya organisasi militan.[40] Macan Pembebasan Tamil Eelam (Liberation Tigers of Tamil Eelam:LTTE) menjadi organisasi dominan dan mengaku sebagai pemimpin de facto Tamil Eelam, negara baru yang merdeka dari Sri Lanka.[41][42] Perang saudara pecah di Sri Lanka sejak 1983 dan baru berakhir pada tahun 2009 dengan korban jiwa diperkirakan sebanyak 20,000-75,000 orang.[43][41] Pemerintahan Sri Lanka kembali berjalan normal sementara pendukung separatis banyak yang pergi ke luar negeri.[44]
Referensi
Daftar PustakaBarnes, Michael (2002). Theology and the dialogue of religions. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-511-01900-9. OCLC 52611459. Wilson, A. Jeyaratnam (2000). Sri Lankan Tamil Nationalism: Its Origins and Development in the Nineteenth and Twentieth Centuries. UBC Press. ISBN 978-0-7748-0759-3. Lehmann, Thomas (1998). The Dravidian languages. London: Routledge. ISBN 0-415-10023-2. OCLC 36407883. Bass, Daniel (2012). Everyday Ethnicity in Sri Lanka : Up-country Tamil Identity Politics. Hoboken: Taylor and Francis. ISBN 978-1-136-22418-8. OCLC 823386993. Roberts, Michael (1989). People inbetween. Ratmalana: Sarvodaya Book Pub. Services. ISBN 955-599-013-1. OCLC 22352571. Vijayalakshmi, E. (2005). Cultural minorities of Sri Lanka : their growth, achievements, and relevance today. Colombo: International Centre for Ethnic Studies. ISBN 955-580-096-0. OCLC 60767182. Ruwanpura, Kanchana N. (2006). Matrilineal communities, patriarchal realities : a feminist Nirvana uncovered. Ann Arbor: University of Michigan Press. ISBN 0-472-09977-9. OCLC 71146592. Brito, C. (1876). The Mukkuva law: or, The rules of succession among the Mukkuvars of Ceylon. OCLC 4624637. Civattampi, Kārttikēcu (1995). Sri Lankan Tamil society and politics. Madras: New Century Book House. ISBN 81-234-0395-X. OCLC 33162843. |