Tambangan, X Koto, Tanah Datar
Tambangan merupakan salah satu nagari yang termasuk ke dalam wilayah kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Nagari ini terletak di dekat Batusangkar, ibu kota dari kabupaten Tanah Datar. Tambangan ini memiliki objek wisata didalamnnya yaitu lubuk soda yang terletak tidak jauh dari Kantor nagari tambangan. SejarahAsal usul / Legenda NagariBerbicara tentang sejarah nagari Tambangan, hal ini tak bisa terlepas dari Nagari jaho karena orang lebih luas tahunya Nagari Jaho Tambangan, hal ini tentu begitu kentalnya persaudaraan kedua masyarakat nagari sehingga Syekh Muhammad Jamil Jaho (Alm ) memeberikan ijazah kepada murid-muridnya yang menamatkan sekolah di Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho tetap menanda tangani ijazah tersebut atas nama ulama Nagari Jaho Tambangan, hal ini dapat kita buktikan pada ijazah alumni semasa beliau hidup Dan pada zaman tersebut adanya salah seorang yang beralamat di nagari Tambangan yang bernama Tuangku Ali Amran dan beliau ini berkecimpung dibidang politik dan cukup dikenal sebagai tokoh Sumatera Tengah, yang juga beliau cukup untuk menggoyahkan pemerintahan belanda yang berkedudukan di Bukittinggi. Berhubung karena beliau tetap dicari pemerintahan belanda sehingga keamanan dirinya terasa terancam dan beliau melarikan diri kedaerah lampung tepatnya di Tanjung Karang. Beliau melanjutkan karirnya sebagai pemborong dan di waktu beliau membangun jalan di daerah tersebut berkemungkinan jejak beliau dapat diketahui oleh pemerintahan Belanda sehingga di tabrak mobil dan meninggal seketika itu juga, sehingga jarang lah dari generasi muda yang mengetahuinya yang menyebabkan beliau tidak terdaftar sebagai pejuang Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, sejarah nagari Jaho dan Tambangan menurut warih nan bajawek adalah sebut urang nan sabaleh, 5 (Lima ) di Jaho dan 6 (enam) di Tambangan yang sekarang menjadi suku di tiap tiap Nagari. Suku5 Suku di nagari Jaho yaitu :
Karena pada zaman dahulu kala sebagai mana yang disepakati di minang kabau bahwa Nagari yang terua adalah Pariaman Padang Panjang dan sudah ada di angkat 2 (Dua) orang penghulu yaitu Dt.Bandaro Kayo dan Dt Marajo Basa Berhubung karena manusia berkembang maka atas prakarsa dari dua orang ninik mamak tersebut maka disuruhlah sebanyak 12 (Dua Belas ) orang yang berangkat mencari pemukiman baru dari rombongan yang dua belas tersebut melalui batipuh atas rombongan tersebut terus ke Tambangan tingga sekarang dan lubang tabu yaituny lembah antara bukit pintu rakuangan dengan bukit Gantiang dan bermukimlah rombongan tersebut sebanyak 11 (sebelas ) orang disana dan yang satu orang kehilangan subang anak nya dan kembalilah beliau kesubarang anak sekarang atau kebali gadang dan bermukimlah disana Dan bagi orang nan sabaleh tersebut ingin lagi untuk mencari pemukiman yang ingin untuk mencari tanah yang basah untuk dapat di jadikan sawah atau ruko dan sebelum berangkat beliau membuat alat untuk manaruko yang dinamakan Jahe (semacam biduak ) untuk membawa tanah dan tabek ( semacam Tembilang ) atas kesepakatan urang nan sabaleh maka rombongan dibagi dua. 5 (lima) berangkat ke Jaho sekarang dengan membawa alat jahe dan 6 (enam ) berangkat ke Tambangan sekarang dengan membawa alat tabak dan sebelum berangkat beliau membuat kesepakatan Barek samo dipikua Ringan Samo di Jinjiang JAHE SAMO DIIRIK-TABAK SAMO DITABAKAN, itulah sebagai sumpah satie urang nansabaleh sehingga nama nagari sekarang Nagari Jaho berasal dari kata-kata Jahe dan nagari Tambangan berasl dari kata kata Tabak Nagari Tambangan bukanlah Nagari baru tetapi telah tercatat dalam sejarah bahwa Nagari Tambangan adalah sebagai jalan pelintasan perdagangan dari daerah pedalaman minang Kabau ke Pantai Barat yaitunya Pelabuhan di Pariaman melalui Bukit Ambacang Dan Tambangan tetap menjadi basis perjuangan melawan belanda dan sangat menjadi fatal yaitu semasa PRRI sekitar tahun 1959 sehingga masyarakat di ungsikan ke Jaho dan Padang Panjang akibat dari PRRI tersebut banyak anak-anak yang putus sekolah dan nagari Tambangan dibumi hanguskan sehingga satubuah rumahpun tidak ada lagi Jadi pembangun Nagari Tambangan bolehlah dikatakan semenjak tahun 1961 di bangun dengan semangat kegotong royongan walaupun pada waktu itu makanan di tambah dengan kayu |