Ta'zieh
Ta'zieh[a] (bahasa Arab: تعزية; bahasa Persia: تعزیه; bahasa Urdu: تعزیہ), terutama dikenal dari tradisi Iran, adalah ritual Islam Syiah yang bertujuan untuk menghidupkan kembali kematian Husain bin Ali (cucu nabi Islam Muhammad) dan anak laki-laki serta sahabatnya dalam Pertempuran Karbala yang terjadi di dataran Karbala, Irak pada tahun 680 M.[1] Kematiannya adalah hasil dari perebutan kekuasaan dalam keputusan kontrol komunitas Muslim (disebut khalifah) setelah kematian Muhammad.[2] Kata Ta'zieh berarti kenyamanan, belasungkawa, atau ekspresi kesedihan. Itu berasal dari akar aza (عزو and عزى) yang artinya berduka. Bergantung pada wilayah, waktu, kesempatan, agama, dll., kata tersebut dapat menandakan makna dan praktik budaya yang berbeda:
Saat ini, kita mengenal 250 buah ta'zieh. Mereka dikumpulkan oleh duta besar Italia untuk Iran, Cherulli, dan ditambahkan ke koleksi yang dapat ditemukan di Perpustakaan Vatikan. Teks drama Ta'zieh diterjemahkan dari Persia ke Perancis, oleh Aleksander Chodźko, orientalis Polandia, ke Ukraina oleh Ahatanhel Krymsky, orientalis Ukraina, dan ke Jerman oleh Davud Monshizadeh, Orientalis Iran. Berbagai skrip lain dapat ditemukan tersebar di seluruh Iran.[3] Referensi
Catatan
Bacaan lanjutan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Ta'zieh.
|