TBS Energi Utama
PT TBS Energi Utama Tbk adalah sebuah perusahaan energi yang berkantor pusat di Jakarta. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini memiliki tiga konsesi tambang batu bara, empat unit pembangkit listrik, dan kebun kelapa sawit seluas 8.633 hektar.[3][4] SejarahPerusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 2004 saat PT Adimitra Baratama Nusantara dan PT Trisensa Mineral Utama didirikan. Pada tahun 2005, PT Indomining juga didirikan. Pada tahun 2006, PT Adimitra Baratama Nusantara dan PT Indomining mendapat izin eksplorasi batu bara, dan setahun kemudian, keduanya mendapat izin eksploitasi batu bara. PT Indomining pun mulai memproduksi batu bara pada tahun 2007, sementara PT Adimitra Baratama Nusantara mulai memproduksi batu bara pada tahun 2008. Pada tahun 2010, perusahaan ini mengakuisisi 51% saham PT Adimitra Baratama Nusantara, 52,5% saham PT Toba Bara Energi (pemilik PT Indomining), dan 51% saham PT Trisensa Mineral Utama, sehingga saat itu perusahaan ini telah dapat memproduksi batu bara sebanyak 3,9 juta ton per tahun. Pada tahun 2011, PT Trisensa Mineral Utama mulai memproduksi batu bara. Pada tahun 2012, perusahaan ini meningkatkan kepemilikan sahamnya di PT Toba Bara Energi dan PT Trisensa Mineral Utama masing-masing menjadi 99,99%. Perusahaan ini kemudian juga resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2013, PT Indomining membangun fasilitas pemrosesan batu bara baru. Perusahaan ini kemudian juga mulai mengoperasikan jalan untuk menghubungkan konsesi tambang milik PT Trisensa Mineral Utama dan PT Indomining. Perusahaan ini lalu juga mengambil alih PT Perkebunan Kaltim Utama I untuk menyelesaikan masalah tumpang tindih lahan. Pada tahun 2014, PT Perkebunan Kaltim Utama I mulai membangun pabrik kelapa sawit berkapasitas 30 ton TBS per jam. PT Indomining juga mulai mengoperasikan overland conveyor. Pada tahun 2016, perusahaan ini membentuk PT Gorontalo Listrik Perdana untuk mengembangkan PLTU Sulbagut-1 yang berkapasitas 2x50 MW. PT Perkebunan Kaltim Utama I kemudian juga mulai menjual minyak sawit yang diproduksi oleh pabriknya sendiri. Pada tahun 2017, perusahaan ini membentuk PT Minahasa Cahaya Lestari untuk mengembangkan PLTU Sulut-3 yang berkapasitas 2x50 MW. PT Gorontalo Listrik Perdana kemudian juga meneken kontrak EPC dengan Shanghai Electric Power Construction Co. Ltd. untuk membangun PLTU Sulbagut-1. Pada tahun 2018, perusahaan ini mengakuisisi 5% saham PT Paiton Energy yang mengoperasikan tiga unit PLTU berkapasitas total 2.045 MW di Probolinggo. Pada tahun 2020, perusahaan ini mengubah namanya menjadi seperti sekarang dan mengakuisisi 49% saham PT Adimitra Energi Hidro yang bergerak di bidang pengembangan PLTA. Perusahaan ini juga mengakuisisi PT Bayu Alam Sejahtera yang bergerak di bidang pengembangan PLTB. Pada tahun 2021, PT Adimitra Energi Hidro meneken perjanjian jual-beli listrik dengan PLN terkait pengembangan PLTMH berkapasitas 2x3 MW di Lampung. Perusahaan ini juga melepas 5% saham PT Paiton Energy dan mengubah nama PT Batu Hitam Perkasa menjadi PT Karya Baru TBS. Melalui PT Karya Baru TBS, perusahaan ini kemudian juga membentuk PT Energi Kreasi Bersama bersama Gojek untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik yang diberi nama "Electrum".[3][4] Pada bulan April 2022, PT Gorontalo Listrik Perdana mulai mengoperasikan PLTU Sulbagut-1 secara komersial.[5] Referensi
|