Syarif Harun dari Pelalawan
Sultan Syarif Harun bin Sultan Syarif Hasyim II, Gelar: Sultan Assyaidis Syarif Harun Tengku Sulung Negara Abdul Jalil Fakhruddin (1940 - 1946), Merupakan salah seorang Tokoh dan Pahlawan dalam mempertahankan Republik Indonesia. Dia adalah seorang Putra Mahkota Kerajaan Pelalawan yang jabatannya dipegang sementara oleh sepupunya Tengku Said Osman, menjelang dia dewasa.
BiografiDilahirkan dengan nama Tengku Said Harun, di Pelalawan (sekarang bernama Kecamatan Pelalawan) yang terletak di Kabupaten Pelalawan, Riau. Dalam Buku Silsilah Kerajaan Pelalawan mencatatat bahwa ia adalah Sultan Pelalawan ke- 9 yang dihitung sejak masa Kekuasaan leluhurnya Sultan Syarif Abdurrahman, dan merupakan Sultan Terakhir pada Masa kekuasaan Kerajaan Pelalawan. Masa PemerintahanPada masa pemerintahannya, Pelalawan banyak mendapat kesulitan. Indonesia sengsara di bawah penjajahan Jepang, rakyat menderita lahir batin dan penderitaan itu dirasakan pula oleh rakyat Pelalawan. Padi rakyat dicabut untuk kepentingan Jepang, orang-orang diburu untuk dijadikan romusha, dimana-mana terjadi kesewenang-wenangan. Dengan adanya masalah tersebut, Sultan bersama Orang Besar Kerajaan berupaya mencari jalan keluarnya, agar bisa menyelamatkan rakyatnya dari bencana itu. Akhirnya beberapa upaya telah mereka sepakati untuk menempuh jalan yaitu:
Beberapa upaya tersebut tampak berhasil, karena selama penjajahan Jepang, hampir tak ada rakyat Pelalawan yang menjadi romusa, gadis-gadisnya tak ada yang menjadi korban. Namun bahaya kelaparan tetap mengancam, karena rakyat sangat terbatas ruang geraknya untuk berusaha. Padi penduduk, terutama yang tinggal di pinggir Sungai Kampar, terus dicabut dan diambil Jepang. Selain itu, banyak pula penduduk daerah lain yang mengungsi ke daerah ini untuk menumpang hidup. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, dia bersama Orang-orang Besar Kerajaan menyambut berita itu dengan gembira. Maka pada tanggal 25 November 1945, sehari setelah berita pasti sampai ke Pelalawan, Sultan bersama Orang Besar Kerajaan menyatakan dirinya dan seluruh rakyat Pelalawan ikut ke dalam pemenintahan Republik Indonesia, dan siap sedia membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan itu. Sejak saat itu, dia terus menerus mengabdikan dirinya bagi nusa dan bangsanya, orang-orang Besar Kerajaan, pemuda-pemuda dan seluruh lapisan masyarakat Pelalawan turut serta dalam mempertahankan kemerdekaan. Karier Politik di Indonesia
Akhir HayatPada hari Sabtu tanggal 21 November 1959 jam 17.30, dia mangkat di Pelalawan. Jenazahnya dimakamkan di komplek Pemakaman Raja di halaman belakang Mesjid Pelalawan yang masih dirawat pemerintah dan penduduk setempat hingga sekarang. Untuk mengingat jasa-jasanya, kesetiaan dan pengabdiannya terhadap nusa dan bangsa, dia digelar MARHUM SETIA NEGARA. Dengan mangkatnya Sultan Syarif Harun, maka berakhir pulalah Kekuasaan Raja-Raja di Kerajaan Pelalawan. Setelah Sultan Syarif Harun mangkat, hampir seluruh keluarganya secara berangsur pindah meninggalkan Pelalawan, Yang terbanyak adalah ke Pekanbaru, Sultan Syarif Harun tidaklah sempat membuat istana seperti ayah dan nenek moyangnya, Masa pemerintahan dia yang serba sulit, menyebabkan dia hanya memiliki Istana peraduan yakni rumah kediaman biasa.Sedhirkan 10 orang putra-putri yang hidup hingga dewasa. KeluargaSultan Syarif Harun mempunyai 3 (tiga) orang istri, dan ketiga istrinya itu melahirkan 10 orang anak yang hidup hingga dewasa. Dengan Istrinya Tengku Maimunah binti Tengku Ismail:
Dengan Istrinya Encik Saedah:
Dengan Istrinya Tengku Syarifah Damnah:
SumberOleh: Tengku Said Muhammad Jamhur, dari Buku Silsilah Keturunan Raja - Raja Kerajaan Pelalawan dan Siak Sri Indrapura Himpunan H. T. S. Umar Muhammad, Tenas Effendi, T. Razak Jaafar. 1988.
|