Surabaya Astronomy Club
Surabaya Astronomy Club (disingkat menjadi SAC) adalah wadah astronom amatir yang ada di Kota Surabaya, Jawa Timur.[1][2] Klub ini didirikan pada tanggal 8 September 2006 di Jalan Peneleh VI Nomor 47, Surabaya.[3] Meskipun nama klub ini mencatut nama kota Surabaya, tetapi banyak juga anggota yang berasal dari luar kota Surabaya.[4] SAC merupakan salah satu klub astronom amatir di Indonesia yang telah resmi diakui di dunia Internasional, seperti NASA dan IAU.[5] Selain itu SAC juga menjalin kemitraan antar komunitas serupa baik di dalam maupun luar negeri, misalnya Himpunan Astronomi Amatir Jakarta dan Jogja Astro Club untuk di dalam negeri,[6] dan National Association of Nanotechnology and Ultra-science (NANU), Nepal untuk luar negeri.[7] AnggotaJumlah anggota yang tercatat di forum online Surabaya Astronomy Club sampai saat ini adalah sebanyak lebih dari 4000 orang (dari seluruh dunia), namun jika gathering atau saat ada event, biasanya sekitar 30-100an orang bisa hadir. Di dalamnya tidak ada rentang usia, namun masih dominasi oleh pelajar/mahasiswa.[8] KegiatanKegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh Surabaya Astronomy Club antara lain ;
Tujuan dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah untuk saling berbagi waktu dan pengetahuan bagi peminat astronomi serta memberikan pengalaman astronomi yang unik bagi anggotanya. Sebagai klub yang bergerak di bgidang astronomi, kegiatan SAC didominasi dilakukan di alam terbuka. Komunitas ini juga memberikan informasi mengenai astronomi pada berbagai media sosial seperti Grup Facebook, Twitter, dan Flickr sehingga para peminat astronomi dapat mengikuti apa yang sedang terjadi di dunia astronomi. Hal UnikSlogan"Astronomi Tidak Mahal". Pertama kali dicetuskan oleh salah satu Dewan Pembina SAC, Cak Sulachsono. Latar belakang munculnya istilah tersebut ialah, selama SAC melakukan safari dan star party, banyak stigma yang menjamur di masyarakat bahwa astronomi adalah hobi yang mahal. Sedangkan menurut Cak Sulachsono, ilmu astronomi bukanlah sebuah ilmu yang melulu berkaitan dengan kemewahan dan hobi yang mahal. Astronomi menurutnya adalah hobi yang harus terjangkau untuk semua kalangan masyarakat. Terlepas dari kesan mewah yang menonjol, Dia menawarkan solusi yang bisa dikatakan amat inspiratif, yaitu sebisa mungkin membuat peranti astronomi handmade yang cukup bersaing. Dibuktikan dengan berbagai inovasi seperti tele paralon, inklinometer, tele webcam dan lain sebagainya. Belakangan inovasi Dia telah menginspirasi banyak astronom amatir khususnya di Indonesia untuk mengikuti jejak langkahnya mengembangkan peranti astronomi Handmade. Science Park SurabayaSurabaya Astronomy Club memiliki visi jangka panjang dalam usaha pembangunan science park di Kota Pahlawan. SAC mencermati khususnya bidang astronomi, bidang yang notabene langsung bersentuhan langsung dengan kehidupan sehari-hari dan butuh konsentrasi lebih dalam memahaminya justru seperti terhempaskan, hilang entah kemana tergusur oleh ilmu-ilmu ‘kontemporer’ yang semakin memperpanjang kesenjangan terhadap ilmu astronomi. Ilmu yang bagi masyarakat terlalu ‘jauh’ untuk dipahami oleh masyarakat awam, yang dianggap hanya ilmu seorang profesor, mindset seperti inilah yang menurut SAC salah dan harus segera diluruskan. Surabaya Astronomy Club sebagai salah satu aset kota Surabaya yang bergerak di bidang science khususnya astronomi terpanggil untuk melakukan upaya – upaya dalam membantu mengenalkan kembali, mengembangkan, dan membangkitkan potensi-potensi anak-anak Surabaya khususnya di bidang science dengan mengadakan berbagai kegiatan. Didorong oleh keinginan untuk menyumbangkan pikiran demi meningkatkan minat dan mengembangkan bakat anak khususnya di bidang science khususnya astronomi. SAC beranggapan bahwa, dalam membangun semangat kreativitas anak bangsa perlu disikapi sebuah terobosan baru bagi kawula muda khususnya anak-anak usia dini di Kota Surabaya, yaitu pembangunan Science Park. Sebuah terobosan yang juga demi mengembangkan science di Indonesia ini bertujuan agar kedekatan psikologis bisa berdampak positif untuk membangun jiwa anak yang sehat demi tumbuhnya sebuah prestasi yang gemilang. Dengan adanya Science Park di Surabaya, nantinya diharapkan bisa menjadi wadah untuk pengenalan dan pendidikan science untuk khalayak ramai khususnya anak-anak usia dini. Juga sebagai jembatan pengembangan minat kearah yang positif serta meningkatkan prestasi. Juga sebagai sebagai langkah strategis dalam membantu anak bangsa di Kota Surabaya untuk terlepas dan terhindar dari masalah modernisasi negatif serta dapat mewujudkan dirinya menjadi generasi berprestasi yang gemilang.[27] SuroboyoanDalam kaitannya berkomunitas, para punggawa SAC memiliki panggilan khusus antar anggota. Cak untuk laki-laki, dan Ning untuk perempuan. Hal ini merupakan usulan Mantan Ketua SAC, Cak Yudi Suprihadi dan disetujui oleh para anggota SAC guna menjaga budaya Suroboyoan yang sejatinya amat lekat pada komunitas ini. Uniknya, belakangan kebiasaan yang telah membudaya di SAC ini juga telah diaplikasikan pada beberapa komunitas serupa di Indonesia khususnya di Jawa Timur. Selain itu, kesan Suroboyoan ini juga bisa ditemui pada penamaan kegiatan dan peranti pengamatan, salah satunya adalah Cak Mat (Cangkruk lan Ngamat) untuk kegiatan pengamatan/observasi, dan Si Thole (Kreasi digathuk-gathukno dadi Tele) untuk salah satu Handmade Telescope karya Wakil Ketua SAC 2014-2017, Cak Agus Siswanto.[28] Safari Teleskop BangilSafari Teleskop di Bangil adalah Safari teleskop kedua SAC. Saat itu SAC benar-benar dikagetkan oleh membeludaknya massa yang datang untuk ikut merasakan sensasi melihat planet jupiter dan saturnus lewat eyepiece teleskop. Di luar dugaan, masyarakat Bangil yang datang menembus angka ribuan orang, berkumpul semua di alun-alun bangil. Itu menjadi kesan tersendiri bagi safari teleskop SAC, sehingga terus memotifasi komunitas ini untuk terus mendekatkan lagi astronomi ke masyarakat, karena SAC sadar bahwa masyarakat masih memiliki rasa ingin tau yang tinggi terhadap alam semesta yang luas ini.[13] LogoLogo SAC diilhami dari objek langit dan kearifan lokal, dalam hal ini Surabaya.
Referensi
Pranala luar
|