Supeni Pudjobuntoro
Supeni Pudjobuntoro atau yang dikenal juga dengan nama Supeni (17 Agustus 1917 – 25 Juni 2004) adalah politikus dan diplomat Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai anggota DPR-RI sekaligus anggota Konstituante melalui Partai Nasional Indonesia (PNI).[2][3] Sebagai diplomat, ia pernah menjabat sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Amerika Serikat dan duta besar keliling pada zaman Presiden Soekarno. KarierSupeni bertugas sebagai Duta Besar Indonesia untuk negara-negara Asia Tenggara pada pemerintahan presiden Soekarno. Ia turut menyukseskan lobi Indonesia kepada pemerintahan Prancis agar Aljazair tidak dijadikan negara apartheid. Lobi tersebut disampaikan Supeni melalui Pangeran Kamboja Norodom Sihanouk untuk disampaikan kepada Presiden Prancis, Charles de Gaulle, sebagai bagian dari OISRAA (Organisasi Indonesia untuk Setiakawan Asia-Afrika) yang didirikan pada tahun 1960.[4] Pada tanggal 26 Oktober 1995, Supeni membentuk Serikat Nasional Indonesia (SNI). Dengan jatuhnya Presiden Soeharto pada tahun 1998, muncul kesempatan untuk menghidupkan kembali Partai Nasional Indonesia yang dulu. Pada sebuah pertemuan pada tanggal 20 Mei 1998 diputuskan untuk mengubah nama Serikat Nasional Indonesia, dan pada tanggal 17 Juni 1998, Partai Nasional Indonesia (PNI) diumumkan. Kemudian dikenal sebagai PNI Supeni untuk membedakannya dari versi PNI lainnya, yang semuanya mengklaim sebagai keturunan partai tua, kemudian partai ini mengikuti pemilihan legislatif tahun 1999 dan memperoleh 0,36% suara, sehingga tidak memperoleh kursi di Dewan Perwakilan Rakyat. Sesuai dengan UU No. 31 Tahun 2002, maka PNI Supeni tidak diperbolehkan mengikuti Pemilu 2004. Oleh karena itu partai ini memakai nama baru yaitu Partai Nasional Indonesia Marhaenisme (PNI Marhaenisme).
ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|