Sungai Paku, Kampar Kiri, Kampar
Sungai Paku merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, provinsi Riau, Indonesia. Desa Sungai Paku merupakan tempat transmigrasi umum yang di beli pemerintah pada tahun 1990 dari tanah milik penduduk asli. Awal pemerintahan desa dimulai pada tahun 1996 dengan terpilihnya Mahmud sebagai Kepala Desa pertama. Bendungan adalah salah satu objek wisata yang ada di Sungai Paku, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia. SejarahDesa Sungai Paku merupakan tempat transmigrasi umum yang mana tanah milik penduduk asli di beli pemerintah dan digunakan sebagai lokasi transmigrasi umum dan dibuka pada tahun 1990. Pada tahun ini dibangun 200 unit rumah dengan masing masing transmigran mendapatkan 0,25 ha pekarangan dan 0,75 ha lahan garapan. Diawal mula transmigrasi lokasi ini dibuat untuk lokasi pertanian dengan sumber air dari Bendungan Sungai Paku yang luasnya 1500 ha. Namun karena lokasi ini dekat hutan serta habitat gajah dan babi yang pada saat itu jumlahnya banyak, maka warga transmigrasi mulai merubah tempat ini sebagai lokasi perkebunan sawit dan karet bukan lagi sebagai lokasi pertanian. Awal pemerintahan desa dimulai pada tahun 1996 dengan terpilihnya Bapak Mahmud sebagai kepala desa pertama di Desa Sungai Paku. Beliau menjabat selama 2 tahun dan digantikan oleh Bapak Muhtaridi. Nama Sungai Paku mempunyai sejarah unik yaitu berasal dari banyaknya tanaman pakis atau disebut juga tanaman paku yang berada di sepanjang pinggir sungai. Karena tanaman pakis/paku inilah desa ini dinamakan sebagai desa Sungai Paku. Desa Sungai Paku berbatasan wilayah dengan :
Demografi
Infrastruktur
EkonomiBendunganDengan bendungan yang dibangun pemerintah di tahun 1980an untuk menopang pertanian dengan luas 1500 ha menjadi potensi pariwisata yang menonjol di desa Sungai Paku dan menjadi peluang usaha yang mampu menambah penghasilan warga sehingga tingkat ekonomi warga dapat meningkat. Potensi yang ada di bendungan ini : permainan air, warung apung, pemandangan alam di sekitar bendungan, serta tour guide dan sampan keliling bendungan Hasil PerkebunanPenduduk Desa Sungai Paku saat ini menggantungkan hidupnya dengan mendapatkan hasil dari tanah yang diberikan pemerintah di awal transmigrasi. Tanah ¾ ha tersebut penduduk tanam dengan tanaman perkebunan dengan jenis karet dan sawit. Tanah yang mereka dapatkan saat ini sudah mereka bagi dengan keluarga sehingga penghasilan yang didapatkan sudah tidak seperti dulu. Dan saat ini hanya tertinggal 30% saja transmigran. Banyak para transmigran yang menjual tanahnya kepada warga diluar Sungai Paku (terutama lahan perkebunan yang ¾ ha). Sehingga tanah perkebunan yang ada lebih banyak di miliki oleh warga di luar Sungai Paku. PerikananSelain itu, dengan adanya bendungan Sungai Paku yang mengalirkan air melaui saluran irigasi, menjadikan beberapa warga mengembangkan budidaya perikanan. Disamping pH air yang cocok untuk budidaya perikanan yaitu dengan tingkat keasaman mendekati netral. Pengembangan budidaya air tawar ini lebih banyak dilakukan oleh warga yang berada di dekat bendungan. Jenis ikan air tawar yang dibudidayakan di desa Sungai Paku adalah ikan baung, nila, lele dan patin. Namun budidaya ikan baung lebih besar dibanding ikan lain dikarenakan potensi pasar yang terbuka dan harga jual yang cukup tinggi juga terdapat beberapa petani yang mampu menyediakan bibit ikan baung dengan kapasitas yang cukup besar diantara 60.000-100.000 ekor bibit baung/bulan. Dengan adanya bendungan Sungai Paku ini dan adanya saluran irigasi yang telah dibuat oleh PU provinsi Riau menjadikan manfaat dan potensi pengembangan perikanan di sekitar bendungan. Potensi pengembangan perikanan dengan berbagai jenis ikan seperti lele, baung, nila, patin dan bawal. Sudah banyak warga yang merubah lahan pekarangan mereka menjadi kolam ikan dan melakukan budidaya ikan. Serta ada beberapa warga dan investor yang membuat keramba di dalam bendungan. PeternakanPeternakan yang dikembangkan oleh warga Desa Sungai Paku saat ini terbatas dengan ternak sapi dan kambing. Untuk ayam kampung dan bebek hanya sekedar untuk tambahan penghasilan saja dan tidak secara aktif untuk dikembangkan. Lahan sawit dan hutan yang masih cukup luas menjadikan lahan pakan ternak tersedia bagi masyarakat. Pelepah daun sawit yang muda bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi ataupun kambing milik warga . Buruh TaniBagi warga yang tidak memiliki lahan perkebunan baik karet maupun sawit, mereka mencari penghasilan dengan cara menjadi buruh harian lepas. Kadangkala sebagai tukang bangunan, kadang motong karet ataupun panen sawit atau pekerjaan apapun sesuai permintaan dari warga sekitar. Jika memang di desa Sungai Paku tidak ada pekerjaan buruh yang dibutuhkan maka sebagian warga mencari pekerjaan di luar desa Sungai Paku. |