Sungai Manau, Merangin

Sungai Manau
Sungai Manau sekitar tahun 1915.
Sungai Manau sekitar tahun 1915.
Negara Indonesia
ProvinsiJambi
KabupatenMerangin
Pemerintahan
 • CamatAfrizal, S.IP., M.Si
Populasi
 (2020)
 • Total10.216 jiwa
Kode Kemendagri15.02.04 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS1502050 Edit nilai pada Wikidata
Luas295,5 km²
Kepadatan- jiwa/km²
Desa/kelurahan10 desa
Peta
PetaKoordinat: 2°6′55″S 102°0′0″E / 2.11528°S 102.00000°E / -2.11528; 102.00000


Sungai Manau adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Merangin, Jambi, Indonesia. Sebelum pemekaran kecamatan, Kecamatan Sungai Manau merupakan induk dari Kecamatan Pangkalan Jambu dan Kecamatan Renah Pembarap. Pasar Sungai Manau terletak sekitar 45 km dari Kota Bangko, ibu kota Kabupaten Merangin.

Penyanyi lagu Daerah Jambi banyak yang berasal dari Sungai Manau, di antaranya Yurda S dan Ridwan S. Lagu daerah populer dari daerah ini adalah: Negeri Wisata, Bulih Idag Bulih, Gadis Talang, Kadunak Nandung, Abangku Jauh, Suap Tagantung, Mintuo Benci, Tagesak Batunak, Janji Ka Bulan, dll.

Sejarah

Sungai Manau dalam wilayah adat Tanah Depati

Pada masa dahulu, sejarawan memasukkan Sungai Manau ke dalam Wilayah Alam Kerinci. Wilayah Alam Kerinci ini meliputi daerah Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah. Bila dilihat sekarang daerah tersebut mencakup luas wilayah yang terdiri dari Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Merangin. Semuanya berada di dalam wilayah Provinsi Jambi. Pada daerah Kerinci Tinggi terdapat 4 buah tanah, yaitu:

  • Tanah Depati Atur Bumi. Berbatasan dengan Kerajaan Manjuto dan Depati Biang Sari. Daerah Taklukannya adalah Kerinci Hulu VIII Helai Kain, sampai Siulak Tanah Sekudung.
  • Tanah Depati Biang Sari. Wilayah takluknya Pematang Tumbuk Tigo Sungai Tabir, Rantau Panjang, Pelepat, sampai Pulau Musang, Tanung Simalidu (lihat Tembo “Raden Syari, Jambi).
  • Tanah Depati Rencong Telang. Berwatas dengan Dapati Biang Sari di Pengasi. Sejak dari Sebih Kuning Muaro Saleman sampai Alam Pamuncak Nan Tigo Kaum (Kerajaan Manjuto).
  • Tanah Depati Muara Langkap Tanjung Sekiau. Berwatas dengan wilayah Depati Rencong Telang sampai Sungai Bujur – Perentak – Pangkalan Jambu.

Ketinggian letak geografis ke empat tanah depati tersebut,menyebabkan dataran itu disebut dengan Empat di Ateh (daerah empat di atas), yang sekarang telah menjadi Kabupaten Kerinci,Kecamatan Muara Siau dan Jangkat. Kedua kecamatan yang disebutkan, termasuk dalam wilayah Kabupaten Merangin. Daerah Kerinci Rendah adalah wilayah yang berada di sebelah timur Kerinci Tinggi pada kaki pergunungan Bukit Barisan. Topografi daerahnya berbukit-bukit dan disini mengalir banyak sungai dengan arus air yang tenang, tidak berbatu dan permukaannya lebar, sehingga dapat dilayari kapal kecil. Kondisi sungai tersebut sangat berbeda dengan sungai-sungai yang terdapat di Kerinci Tinggi yang pada umumnya berarus deras, beriam, berair terjun (telun), berbatu dan berpermukaan sempit.Sekarang wilayah ini berada dalam daerah Kabupaten Merangin yaitu kecamatan Sungai Manau, Bangko, Pemenang dan Tabir (Rantau Panjang).

Pada wilayah Kerinci Rendah terdapat tiga Tanah Dapati dan dua daerah khusus dari Pemerintahan Depati Empat Alam Kerinci.Tanah depati dimaksud adalah:

  • Tanah Depati Setio Nyato, - Tanah Renah (Sungai Manau)
  • Tanah Depati Setio Rajo, - Lubuk Gaung (Bangko)
  • Tanah Depati Setio Beti (Bhakti), - Nalo (Nalo Tantan)

Ketiga Depati ini waris depatinya dari Pulau Sangkar, anak Puti Lelo Baruji, sehingga sampai sekarang disebut: Tigo Dibaruh Anak Batino Pulau Sangkar”. Sedangkan daerah khususnya adalah:

  • Tanah Pemuncak Pulau Rengas (Bangko Barat)
  • Tanah Pemuncak Pemerap Pemenang.

Ketiga tanah depati dan dua daerah khusus itu, karena letaknya berada pada ketinggian jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan daerah Kerinci Tinggi maka disebut dengan daerah Tigo di Baruh (dataran rendah) atau daerah tiga di bawah. Dalam pepatah adat yang menyebutkan tentang kekuasaan pemerintahan Depati Empat Alam Kerinci dikatakan lingkupnya mencakup daerah Empat di Ateh, Tigo di Baruh, duo Pemuncak Pulau Rengas dan Pemerap Pemenang. Kesembilan daerah kekuasaan pemerintahan Depati Empat inilah yang disebut orang-orang pada zaman Kerajaan Jambi menurut sepanjang adat dengan nama: Pucuk Jambi Sembilan Lurah, yaitu wilayah yang berada di daerah atas atau daerah bagian hulu dari Kerajaan Jambi.

Wilayah Administratif

Setelah Kecamatan Sungai Manau dimekarkan menjadi 3 Kecamatan, desa-desa yang masih tergabung dalam wilayah administratif kecamatan ini adalah:

1. Desa Bukit Batu

2. Desa Sungai Nilau

3. Desa Sungai Manau

4. Desa Sungai Pinang

5. Desa Palipan

6. Desa Seringat

7. Desa Gelanggang

8. Desa Tiangko

9. Desa Durian Lecah

10. Desa Benteng

Sentra perekonomian masyarakat terpusat di Pasar Sungai Manau yang mana Hari Balai (pasar mingguan) hanya diadakan pada hari Kamis. Pusat perkantoran terletak di Desa Benteng yang terletak sekitar 1 km dari Pasar Sungai Manau.

Potensi Pariwisata

1. Gua Tiangko

Berlokasi di Desa Tiangko, ditemukan sejumlah gua yang menjadi kediaman manusia purba ribuan tahun yang lalu. Luasnya hanya 206 meter persegi dan lebar mulut bagian depan setinggi 4 meter serta mulut bagian belakang setinggi 11,5 meter.

Berdasarkan hasil penelitian Bennet Bronson dan Teguh Amat pada tahun 1974, di tempat ini ditemukan lapisan tembikar yang dibawahnya terdapat alat-alat obsidian. Penemuan itu pun lantas menyimpulkan bahwa Goa Tiangko menjadi permukiman tertua di Jambi.

Gua ini dindingnya berupa ceruk-ceruk bebatuan yang ditumbuhi lumut, langit-langitnya pun dipenuhi sarang burung walet dan kelelawar yang bergelantungan. Di goa ini juga bisa ditemui batu kapiler yang membentuk stalktit dan stalakmit dengan berbagai ornamen yang menakjubkan.

2. Gua Sengering

Gua Sengering merupakan salah satu aset wisata alam yang masih banyak belum diketahui oleh masyarakat luar. Keberadaan Gua Senggring belum begitu terpublikasikan dibandingkan dengan objek wisata alam lainya yang terdapat di Merangin.

Gua ini memiliki keunikan yang menarik di mana bebatuan yang dominan dengan gaya dan bentuk yang berbeda-beda bahkan ada yang menyerupai gorden dan dihiasi dengan butiran air yang berkilau apabila terkena cahaya. Gua ini terdapat di Dusun Senggring, Desa Tiangko.

Keberadaan gua ini dapat dicapai sekitar 1- 2 jam perjalanan dari Dusun Senggering dengan melintasi aliran Sungai Senggring menuju ke arah Utara. Di dalam gua terdapat kehidupan binatang seperti kelelawar, wallet, jangkrik goa, dan banyak binatang lainya di dalam gua ini di aliri oleh air sungai yang bermuara ke Sungai Mesumai di sekitar mulut Gua Senggring juga terdapat air terjun dengan ketinggian 4-5 meter.

3. Gua Bujang

Gua Bujang berjarak tidak jauh dari mulut Gua Senggring, dengan jalan kaki sekitar 10 menit dari Gua Senggring menuju ke arah Utara kita sudah dapat melihat mulut Gua Bujang dengan jarak sekitar 800 meter dari mulut Gua Senggring di dalam Gua Bujang juga di lengkapai dengan berbagai bentuk ornamen gua dan di dalamnya juga terdapat air terjun dengan ketinggian 6 meter. Namun, untuk mencapai air terjun ini kita harus rela merayap di atas bebatuan yang terdapat di lorong kecil di dalam perut gua ini sebelum memasuki gua ini ada aturannya salah satunya kita di minta untuk mencuci muka sebelum melakukan penelusuran gua. Konon kepercayaan penduduk setempat agar kita dapat melihat dengan jelas dan agar mata kita tidak ditutupi saat kita melakukan penelusuran gua ini.

4. Kompleks Gua Sengayau

Kawasan Goa Sengayau terletak di Desa Sungai Pinang. Kawasan Goa Sengayau dengan luas sekitar 10.000 ha merupakan daerah perbukitan yang termasuk dalam kawasan zona penyangga (Buffer zone) Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS). Dalam laporan Ekspdisi Mapala SIGINJAI Unja 2008, bahwa di Kawasan Goa Sengayau terdapat 43 buah goa dan dari 43 goa tersebut baru 12 goa yang sudah di petakan (Mapping) oleh Mapala SIGINJAI Unja. Walaupun laporan itu masih simpang siur dengan informasi dari masyarakat karena menurut masyarakat setempat ada sekitar 100 buah goa di kawasan ini, tapi itu adalah data yang pertama untuk goa yang ada di kawasan Goa Sengayau.

Beberapa nama goa yang terdapat di kompleks Goa Sengayau yaitu Goa Masjid, Goa Ahmad, Goa Tancap, Goa Ventaris, Goa Riben, Goa Siginjai, Goa Asap, Goa Air Daya, Goa Sempit, Goa Lapangan, Goa Batang dan masih banyak lagi baik vertical maupun horizontal.

Goa Masjid merupakan goa terbesar di kawasan Goa Sengayau dan termasuk goa horizontal yang mempunyai panjang lorong sekitar 513,5 meter. Di namakan Goa Masjid karena terdapat ruangan yang besar yang atapnya menyerupai kubah di masjid. Goa Masjid paling sering di kunjungi di antara goa yang lain dan ini berdampak banyaknya coretan di dinding goa.

Goa Lapangan termasuk goa vertical dengan kemiringan 90 derajat, di namakan Goa Lapangan karena goa ini mempunyai ruangan yang cukup luas sekitar 2/3 dari luas lapangan sepak bola. Goa Lapangan mempunyai 2 pintu yang pertama dengan vertical yang kedalamannya 40 meter selanjutnya ketemu ruangan yang luasnya sekitar 2/3 lapangan sepak bola kemudian melanjutkan perjalanan dengan melewati beberapa lorong dan ornament-oernament yang memanjakan mata yang mana jalan tembusnya ke Goa Masjid dan melewati air terjun setinggi 4 meter.

Lorong-lorong antara goa yang satu dengan yang lain saling berhubungan dan seperti goa lapangan tembusnya ke goa masjid dan di lorong goa masjid ketemu persimpangan dan itu termasuk goa tancap bisa juga langsung menuju goa siam, jadi antara goa yang satu dengan yang lain saling berhubungan tanpa kita harus keluar dulu untuk menuju goa berikutnya. Ornament yang terdapat di dalam goa masih cukup alami dan masih bisa tumbuh walaupun butuh ribuan tahun. Sepanjang lorong goa, stalaktit, stalakmit, gourdam, helaktiti dan pilar masih bisa dinikmati dan sangat memanjakan mata. Bahkan di beberapa tempat ada patung batu yang menyerupai gajah dan patung yang menyerupai orang dengan posisi duduk seperti sedang sholat.

Beberapa jenis flora dan fauna yang mendominasi kawasan goa sengayau seperti Kelapa (Cocous nucifera), Pisang (Musa paradisiacal), Mangga (Mangifera indica), Durian (Durio zibethinus) Bambu (Bambusa), Keladi (Colocasia), Walet Sarang Putih (Collocalia fucphaga), Seriti (Collocalia asculanta), Kutilang (Phycnomutus aurigaster), Perkutut (Geopelia striata), Terkukur (Streptopelia cinarsis), Kelelawar (Tadarida pucata), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Presbytis cristata) dll.

Gelamai

5. Batu Gong

Merupakan batu berukir yang berada di aliran Sungai Masumai di Desa Muaro Panco.

6. Arung Jeram Batang Merangin

Lokasi Arung Jeram di Merangin dimulai dari Desa Air Batu (Markeh) sekitar 15 kilometer dari Bangko dan berakhir di Desa Biuku Tanjung Kecamatan Bangko Barat.

Track Arung Jeram Merangin berjarak sekitar 9 Kilometer dengan spesifikasi grade 3 yang membutuhkan keterampilan khusus dari Rafter. Sepanjang sungai dapat dinikmati panorama hutan tropis dan bebatuan yang khas.

Setiap tahunnya akan diadakan secara reguler Kejuaraan Nasonal Arung Jeram di Batang Merangin ini yang juga melibatkan rafter dari luar negeri.

7. Tradisi Bebantai dan Ngacau Gelamai

Tradisi Bebantai adalah sebuah kegiatan ekspresi kegembiraan dalam menyambut Bulan Suci Ramadan dengan menyembelih hewan ternak di Pasar Sungai Manau dan di pusat-pusat konsentrasi masyarakat. Daging dari hasil penyembelihan hewan ternak ini mereka siapkan sebagai lauk atau menu utama makanan pada sahur dan berbuka pada hari pertama berpuasa.

Duku Muaro Panco

Tradisi Bebantai ini diikuti dengan tradisi membuat gelamai, panganan khas Sungai Manau. Biasanya tradisi ini dilakukan pada seminggu sebelum datangnya hari Raya Idul Fitri. Pembuatannya makanan ini begitu unik dengan membuat barung-barung (tungku besar berbentuk lubang besar di tanah yang diberi atap menyerupai pondok). Barung-barung ini muat untuk 5 orang lebih karena proses pembuatannya membutuhkan gotong royong para tetangga dan ini dilakukan dalam waktu yang cukup lama, biasanya paling cepat 12 jam.

8. Ikan Semah

Ikan semah merupakan ikan yang hidup di sungai-sungai beraliran deras di pegunungan di daerah ini. Kegurihan ikan ini menjadi daya tarik wisata kuliner daerah ini dan biasanya ikan semah menjadi menu spesial di rumah makan di sekitar Sungai Manau.

9. Buah Duku

Desa Muaro Panco merupakan sentra petani duku di Provinsi Jambi. Hasil panen duku banyak di jual ke luar daerah kabupaten Merangin maupun ke luar Provinsi.

10. Asam Durian/Tempoyak

Tempoyak/Asam Durian

Tempoyak adalah masakan yang berasal dari buah durian yang difermentasi. Tempoyak merupakan makanan yang biasanya dikonsumsi sebagai lauk saat menyantap nasi. Tempoyak juga dapat dimakan langsung, namun hal ini jarang sekali dilakukan karena banyak yang tidak tahan dengan keasaman dan aroma dari tempoyak itu sendiri. Selain itu, tempoyak dijadikan bumbu masakan. Biasanya tempoyak akan terasa lebih nikmat jika dimasak dengan ikan khas pulau Sumatera, ikan baung.

11. Gulai Tekuyung

Tekuyung(siput sungai) sangat mudah didapatkan di daerah ini jika air sungai sedang surut. Selain rasanya yang enak gulai tekuyung konon bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Salah satunya menurut cerita orang tua gulai tekuyung bisa menyembuhkan penyakit diare. Dalam penyajiannya gulai tekuyung biasanya dicampur dengan sayur pakis dengan rasa yang sangat pedas. Tekuyung mudah didapatkan di sungai. Biasanya, Tekuyung menempel di dekat bebatuan. Cara makannya pun tak kalah unik. Untuk mengeluarkan, daging tekuyung dari cangkangnya harus disedot dengan tarikan yang kuat.

12. Lubuk Larangan

Lubuk larangan merupakan pemanfaatan daerah aliran sungai yang memiliki kedalaman dan airnya tenang untuk pengembang biakan ikan secara alami dan kondusif di alam bebas. Masyarakat dilarang keras untuk mengambil ikan di wilayah lubuk larangan ini hingga waktu yang telah disepakati bersama. Pesta Buka Lubuk Larangan sangat diminati masyarakat karena biasanya akan dihadiri oleh wisatawan dan para pejabat daerah. Bagi masyarakat, melihat ikan yang besar-besar dan banyak adalah hal langka di tengah lingkungan yang semakin rusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Kontroversi

Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI)

Aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) banyak ditemukan di Desa Perentak, Kecamatan Pangkalan Jambu, dan di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Manau. Bukan hanya di persawahan warga, aktivitas mengeruk emas tersebut telah masuk ke permukiman warga. Aktivitas illegal ini juga dilakukan di sungai-sungai yang melintasi daerah ini sehingga merusak ekosistem DAS tersebut.

Pranala luar

  • [1], dari blog auliatasman.blogspot.com
Kembali kehalaman sebelumnya