Sungai Galwan
Sungai Galwan adalah sungai yang wilayah sekelilingnya (lembah) masih menjadi sengketa antara wilayah Aksai Chin, Tiongkok dan Ladakh, India. Sungai Galwan merupakan salah satu dari anak sungai dalam sistem jaringan Sungai Indus, bersumber dari kawasan Samzungling di sebelah timur Pegunungan Karakoram sungai mengalir ke barat hingga bertemu dengan Sungai Shyok, mengalir di salah satu pegunungan tertinggi di dunia, Lembah Sungai Galwan adalah daerah dataran tinggi dengan iklim yang keras.[1] TopografiWilayah Sungai Galwan maupun Ladakh secara umum adalah wilayah berbukit-bukit dengan puncak tertutup salju sepanjang tahun, terletak di dataran tinggi 9.800 kaki atau 3.000 mdpl. Wilayah ini didominasi wilayah gurun dingin dengan suhu mencapai -20C pada musim dingin.[2] Sangat jarang ditemukan tumbuh-tumbuhan karena tanahnya yang berpasir dan tak subur, kecuali hanya beberapa titik di sepanjang aliran sungai yang berlahan basah maupun lahan irigasi.[2] SejarahSejarawan dari Ladakh, India meyakini bahwa penamaan Sungai Galwan adalah berasal dari seorang tokoh bernama Ghulam Rasul Galwan atau Rasul Galwan. Ia merupakan penjelajah setempat yang menempuh perjalanan panjang dan berbahaya selama satu tahun dan tiga bulan menelusuri wilayah pegunungan Asia Tengah dan Tibet[3] bersama para penjelajah Inggris pada 1899, Sungai Galwan yang mereka lewati kemudian dinisbatkan atas namanya. Sengketa WilayahSebenarnya wilayah Sungai Galwan berada di sebelah barat garis klaim perbatasan Tiongkok, daerah administratif Aksai Chin. Namun sejak tahun 1960, Tiongkok mulai memajukan garis klaim perbatasannya ke barat sungai hingga mencakup beberapa bukit di sebelah lembah Sungai Shyok.[4] Sementara India juga mengklaim dataran tinggi Aksai Chin seluruhnya sebagai wilayah kedaulatannya.[5] 1950India yang saat itu baru saja merdeka dari Inggris mewarisi perbatasan dengan Tiongkok yakni yang tercantum dalam Garis McMahon, garis tersebut dibuat secara sepihak oleh Inggris yang menjadi batas resmi antara wilayah Inggris dengan Tibet kala itu. Setelah Tiongkok menganeksasi Tibet, Tiongkok tak mengakui garis perbatasan tersebut karena dianggap merupakan keputusan sepihak Inggris dan tak resmi karena Tibet bukan merupakan negara yang berdaulat yang dapat melakukan perjanjian internasional. Tiongkok kemudian membangun jalan sejauh 1,200 kilometer yang menghubungkan wilayah Xinjiang dan sisi barat Tibet, termasuk 179 kilometer diantaranya melewati sisi selatan Garis Johnson Aksai Chin yang kala itu diklaim India sebagai bagian dari Ladakh. Wilayah Aksai Chin lebih mudah dijangkau dari sisi Tiongkok daripada dari India karena terhalang punggung Pegunungan Karakoram,[6] sebelum tahun 1957 India juga tak memiliki pengetahuan apapun soal pembuatan jalan sedangkan jaringan jalan yang dibangun Tiongkok telah secara resmi terpampang dalam peta resmi negaranya pada 1958.[7] Wilayah yang dipersengkatakan mencakup sekitar 13.500 mil persegi di Ladakh dan Aksai Chin dan sekitar 35.000 mil persegi di negara bagian Arunachal Pradesh, India timur laut, yang disebut Tiongkok sebagai Tibet Selatan.[5] 1962Saling klaim terhadap wilayah ini menyebabkan kebuntuan militer di lembah Sungai Galwan sepanjang musim panas dan musim gugur tahun 1962. Bulan Juni telah terjadi pertempuran kecil yang menyebabkan kematian puluhan tentara Tiongkok, Biro Intelijen India mulai mendengar penempatan tentara Tiongkok di sepanjang perbatasan seusai kejadian tersebut yang dapat sewaktu-waktu meletus menjadi perang sungguhan.[8] India merespon dengan penempatan tentaranya juga di perbatasan. Pada tanggal 4 Juli, satu peleton Pasukan Gorkha India mendirikan pos di bagian atas lembah. Pos tersebut memotong jalur komunikasi ke pos tentara Tiongkok di Samzungling, Tiongkok menafsirkannya sebagai sebuah rencana serangan. Pada 10 Juli, 350 tentara Tiongkok mengepung pos India di Chushul (utara Garis McMahon) namun kemudian menarik diri setelah perdebatan sengit melalui pengeras suara[9] Ketegangan kembali naik saat 22 Juli pasukan India diperbolehkan maju untuk memukul mundur pasukan Tiongkok dari wilayah sengketa.[10] Tiongkok menambah pasukan dan kesiapan berperangnya di bulan Agustus dengan menduduki sepanjang jalur McMahon dan mulai menimbun amunisi, senjata, dan bahan bakar. Perang yang kemudian dikenal sebagai Perang Tiongkok-India meletus pada 20 Oktober-21 November 1962, hampir bersamaan dengan Krisis Rudal Kuba. Secara teknis pertempuran langsung terjadi selama empat hari yang kemudian mengalami jeda selama tiga minggu. Dalam jeda tersebut pihak Tiongkok dan India secara intensif berkirim surat dan berusaha menyelesaikan persoalan ini dengan jalur diplomatik antara perdana menteri Zhou Enlai dan Jawaharlal Nehru. Meski demikian, korban telah terlanjur berjatuhan, dari pihak India ada 1,383 korban[11] dan dari pihak Tiongkok 722 korban,[12][13] sebagian besar korban karena luka yang tak tertangani secara medis di tengah medan tempur yang sulit diakses dan cuaca yang sangat ekstrem Hasil pertempuran ini diklaim sebagai kemenangan Tiongkok. Pihaknya hingga kini menduduki dan mengontrol daerah Aksai Chin yang masih diklaim pula sebagai bagian dari India. Hingga kini Garis Kontrol Aktual khususnya di sektor bagian barat di lembah Sungai Galwan ini tidak pernah mendapat kesepakatan pasti, kedua negara hanya bersepakat untuk menjaga ketenangan di wilayah garis demarkasi tersebut.[14] 2020Lembah Sungai Galwan kembali memanas pada 15 Juni 2020 setelah tentara kedua negara terlibat bentrokan dengan penyebab yang belum diketahui. Sesuai ketentuan, pasukan di daerah tersebut memang tidak diperkenankan menggunakan senjata api, kedua pihak terlibat pertikaian dengan batu dan pemukul di ketinggian lebih dari 14,000 kaki,[15] pertikaian ini menyebabkan kematian pada 20 tentara India dan jumlah yang tidak diketahui di pihak Tiongkok meski pemerintah India mengklaim ada 40 orang yang terbunuh di pihak lawan.[16] Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar menyatakan, pasukan Tiongkok yang memulai keributan dengan mendirikan pos di Lembah Galwan. Hal tersebut dianggap pelanggaran terhadap perjanjian sebelumnya untuk tidak mengubah status quo dengan mengklaim kepemilikan Lembah Galwan.[17] Namun tuduhan tersebut dibantah pemerintah Tiongkok dan menyatakan bahwa pasukan Indialah yang melanggar dan melewati garis sengketa. Pada 17 Juni, kedua negara sepakat untuk merundingkan permasalahan ini melalui jalur diplomasi.[18] Referensi
|