Sumberejo, Manyar, Gresik

Sumberejo
Peta lokasi Desa Sumberejo
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenGresik
KecamatanManyar
Kode pos
61151[1]
Kode Kemendagri35.25.10.2005 Edit nilai pada Wikidata
Luas0,81 km²[2]
Jumlah penduduk769 jiwa[2]
Kepadatan949 jiwa/km²[2]
Peta
PetaKoordinat: 7°5′6″S 112°33′4″E / 7.08500°S 112.55111°E / -7.08500; 112.55111


Sumberejo adalah desa yang berada di kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Indonesia.

Letak Geografis dan Astronomis

Secara geografis, Desa Sumberrejo berada di dataran rendah dikelilingi oleh tiga desa. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanggulrejo, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Gumeno, dan di sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Desa Betoyokauman. Persinggungan batas antar desa tersebut dibatasi oleh sungai yang mengelilingi masing-masing desa.

Sejarah terbentuknya desa sumberrejo

Genealogi Terbentuknya Desa Sumberrejo https://duniakitasama7.blogspot.com/2018/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html Diarsipkan 2018-12-20 di Wayback Machine.

<iframe src="https://www.google.com/maps/embed?pb=!1m18!1m12!1m3!1d7918.6421154881255!2d112.54900562420565!3d-7.088731479522356!2m3!1f0!2f0!3f0!3m2!1i1024!2i768!4f13.1!3m3!1m2!1s0x2e77fc439a8747a1%3A0x5bd8198ed4dc4778!2sSumberejo%2C+Manyar%2C+Kabupaten+Gresik%2C+Jawa+Timur!5e0!3m2!1sid!2sid!4v1545294868384" width="600" height="450" frameborder="0" style="border:0" allowfullscreen></iframe>

Konon menurut cerita orang-orang tedahulu, wilayah dakwah sunan Drajat diantaranya di bebrapa daerah di wilayah gresik. Diantara putra beliau ada yang bernama Buyut H. Nur Hasyim. Beliau adalah waliyuullah yang mempunyai kegemaran yang unik dan luar biasa. Kegemaran beliau adalah mendirikan masjid dan langgar. Dan menurut cerita, beliau wafat dan di makamkan di sebelah selatan masjid/langgar kayu sunan Drajat.

Pada generasi berikutnya, di antara keturunan dari Buyut H. Nur Hasyim adalah dua orang putra, yang lebih tua bernama Buyut Sinoyudho atau ada yang mengatakan Buyut Mulyo, dan sang adik yang bernama Buyut H. Noloyudho. Keduanya tinggal di suatu desa bernama Betoyo yang kini berada di sebelah timur dari desa Sumberrejo.

Singkat cerita, entah apa tujuan dan visi mereka, wallahu a’lam, kedua kakak-beradik itu sama-sama mencalonkan diri menjadi kepala desa di Betoyo. Dan akhirnya persaingan itu dimenangkan oleh sang kakak, yaitu Buyut Sinoyudho. Atas kekalahan itu, wallahu a’lam, Buyut H. Noloyudho berinisiatif mbabat alas (membuka lahan) untuk membangun peradaban baru yang menjadi desa baru. Oleh beliau, desa baru itu diberi nama desa Penthol.

Nama desa penthol sendiri mempunyai beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Menurut suatu versi cerita, penthol berasal dari menthol yang berarti mengeras dan kemarahan hati karena kekesalan. Menurut versi ini, penamaan desa dengan nama penthol dilatar belakangi kekalahan beliau dalam pemilihan kepala desa sebagaimana telah dituturkan sebelumnya. Menurut versi kedua, penthol berasal dari nama suatu tumbuhan semak-semak yang berbuah hitam bulat mirip anggur yang berkecambah dan tumbuh di permukaan tanah yang banyak tumbuh di desa ini. Dan menurut versi yang lain, arti penthol itu sendiri adalah pucuk, pusat, atau induk.

Berbeda dengan wilayah desa Betoyo yang luas karena upaya pembukaan lahannya dengan membakar hutan, wilayah sumberejo relatif sempit karena usaha pembukaan lahan itu dengan peralatan sederhana dengan berbekal bendho (semacam parang untuk memotoh pepohonan). Dan atas dasar alur cerita tersebut, desa Penthol termasuk dalam desa muda (baru terbentuk ).

Sebagai seorang muslim yang waliyyulah, mbah buyut H. Noloyudho berkeinginan untuk beribadah haji dan menyempurnakan rukun islamnya. Singkat cerita, untuk melaksanakan maksud hatinya, beliau mempersiapkan segala kebutuhan beliau. Ternyata beliau bukan hanya ingin melaksanakan ibadah haji, melainkan juga ingin meninggal di sana, di tanah Haram. Oleh karena itu, sebelum berngkat melaksanakan ibadah haji, beliau berwasiat kepada ketujuh anaknya sebagai berikut: “aku arep berangkat haji, sak mariku, musyawaroho sak dulurmu, sopo seng pantes dadi pimpinan deso penerusku, lan dungakno aku biso mati neg kono, tak dungakno insyaallah anak turunku digampangake gusti Allah lungo Haji.” Artinya: “saya mau berangkat menunaikan ibadah haji, sepeninggalku, musyawarahkanlah bersama saudara-saudaramu, siapakah yang pantas untuk menjadi pimpinan desa sebagai penerusku, dan do’akan aya semoga bisa meninggal di sana, saya do’akan insyaallah anak turunku dimudahkan oleh Allah untuk menunaikan ibadah haji.”

wallahu a'alam

Perekonomian


Referensi


Kembali kehalaman sebelumnya