Suku Bajo Wuring
Suku Bajo Wuring (A'a Bajo Wuring) adalah kelompok etnis yang mendiami Pulau Flores bagian tengah-utara. Suku ini merupakan bagian dari suku Bajo yang lebih besar. Perkampungan suku Bajo Wuring terletak di pesisir utara Kabupaten Sikka, tepatnya di kampung Wuring; sebuah perkampungan terapung yang terletak 3 km arah barat laut Maumere.[3] SejarahMenurut penuturan tetua suku Bajo Wuring, disebutkan bahwa orang Bajo dari Pulau Pemana pertama kali masuk ke Maumere melalui wilayah Tou. Awalnya komunitas suku Bajo di Tou berjumlah 17 kepala keluarga, dikepalai oleh seorang kepala kampung yang dikenal dengan nama Pijung Juma. Pijung Juma ini diketahui menjalin hubungan baik dengan Raja Sikka yang dijuluki Moang Bako Kikir Hiwa (secara harfiah 'berjari sembilan'). Kampung Wuring juga masuk dalam lingkup pembangunan dan pemerintahan Kerajaan Sikka sejak kepemimpinan zaman Don Thomas Ximenes da Silva (1922–1954). Don Thomas memperkenankan orang-orang dari suku Bajo masuk di kampung Wuring. Potensi Wuring sebagai kota perdagangan yang ramai menjadikan tempat ini sebagai gerbang masuk dan terjadinya asimilasi berbagai budaya.[4] PemukimanBerdasarkan sistem adat, masyarakat suku Bajo Wuring membagi kampung Wuring menjadikan 3 bagian, yaitu Wuring Awal (leko; kampung paling awal terbentuk), Wuring Tengah (tangah), dan Wuring Laut (toroh). Dijelaskan oleh tetua adat Bajo Wuring, perkembangan kampung Wuring ini dimulai dari leko atau area sekitar Teluk Maumere dan cenderung berkembang ke arah utara mengikuti pola taka. Kata taka dalam bahasa Bajo artinya "koral" atau "gugusan karang dalam laut dangkal". Di atas taka ini, kemudian masyarakat Bajo Wuring melakukan aktivitas menangkap ikan dengan memarkir sampan atau rumah perahu yang lama kelamaan masyarakat menanam tiang-tiang lalu membangun rumah panggung dan perlahan-lahan menimbun taka tersebut menjadi daratan. Kecenderungan ini dapat menjelaskan keadaan kampung Wuring saat ini, yaitu Wuring Tengah dan Wuring Laut yang sudah menjadi daratan itu awalnya adalah perairan dengan taka yang ditimbun oleh masyarakat Bajo Wuring.[4] Lihat jugaReferensi
|