Subaru
Subaru (スバル (Kanji : 昴) ) adalah merek mobil sekaligus divisi manufaktur otomotif dari Subaru Corporation. Kantor pusatnya di Ōta, Prefektur Gunma, Jepang. Subaru berawal dari Aircraft Research Laboratory yang didirikan tahun 1917 oleh Chikuhei Nakajima.[1] Merek Subaru pertama kali digunakan pada tahun 1955 setelah FHI memasuki industri otomotif dengan produksi mobil pertamanya berupa sedan Subaru 1500. Fuji Heavy Industries kini bekerja sama dengan Toyota Motor Corporation yang memiliki 16,5% dari saham FHI.[2] Subaru adalah nama Jepang untuk gugus bintang di Pleiades di rasi bintang Taurus. Enam bintang yang dapat dilihat dengan mata telanjang di Pleiades dijadikan logo Subaru yang melambangkan enam perusahaan yang merger membentuk Fuji Heavy Industries. Logo enam bintang yang sekarang dipakai sebagai identitas perusahaan Fuji Heavy Industries pertama kali dipakai pada mobil Subaru 360 produksi tahun 1958. Pencipta logo Subaru adalah desainer industri Tatsuzō Sasaki yang juga bertanggung jawab atas desain dasar Subaru 360. Logo setelah itu sempat diperbaiki beberapa kali. Walaupun posisi bintang pada logo sudah tidak lagi mengikuti susunan bintang yang sebenarnya dalam Pleiades, logo Subaru tetap menggunakan 6 buah bintang (1 besar dan 5 kecil). Mobil Subaru bermesin 1500 cc atau lebih menggunakan mesin boxer yang memiliki pusat gravitasi lebih rendah.[1] Subaru adalah satu-satunya merek mobil yang menggunakan sistem symmetrical All-Wheel Drive untuk semua jajaran produknya.[1] yang memberikan traksi lebih baik sehingga lebih aman dikendarai pada dalam segala kondisi jalan, basah, licin, berlumpur, dan tikungan tajam. Mobil Subaru berpenggerak roda depan seperti R1 dan R2 city car, serta Impreza model dasar memakai transmisi otomatis yang hemat bahan bakar, lincah, dan sesuai untuk penggunaan di dalam kota. SejarahDari pesawat terbang hingga membuat mobilSetelah mengundurkan diri dari ketentaraan, Kapten Angkatan Laut Chikuhei Nakajima mendirikan Aircraft Research Laboratory di Ōta, Prefektur Gunma pada tahun 1917. Nakajima yang waktu itu berusia 33 tahun bercita-cita memproduksi pesawat terbang sipil.[3] Perusahaan ini mulanya hanya terdiri dari 9 orang. Namun pada 1918, mereka berhasil membuat pesawat pertama, sebuah Nakajima Tipe 1 dengan mesin buatan Amerika Serikat yang jatuh setelah lepas landas. Pesawat Tipe 1 nomor dua juga jatuh. Pesawat ketiga berhasil lepas landas dengan selamat, namun jatuh pada saat mendarat. Pada waktu itu, perusahaan ini dijadikan bahan ejekan oleh penduduk setempat, "Uang kertas terlalu banyak, harga beras naik, semuanya naik, yang tidak bisa [terbang] naik cuma pesawat Nakajima."[4] Nakajima Tipe 4 akhirnya selesai pada tahun 1919, dan berhasil terbang melintas di atas Kota Ojima, Prefektur Gunma.[4] Pada 1919, pemerintah mengadakan lomba kecepatan terbang pesawat pos antara Tokyo dan Osaka. Nakajima Tipe 4 menyelesaikan perlombaan dalam waktu 3 jam 18 menit, dan berhasil mengalahkan pesawat-pesawat buatan luar negeri. Perlombaan ini berhadiah uang 9.500 yen, dan merupakan kesempatan bagi Nakajima untuk mendemonstrasikan keunggulan teknologi mereka di hadapan publik.[4] Pihak militer Jepang melihat kemajuan drastis dalam teknologi pesawat terbang selama Perang Dunia I di Eropa.[4] Sebuah tim ahli didatangkan ke Jepang dari Prancis, dan Jepang mulai secara serius mempelajari kemungkinan produksi badan pesawat dan mesin pesawat secara lisensi.[4] Nakajima mengirim Kimikei Nakajima ke Prancis untuk mempelajari teknologi pesawat terbang. Pada tahun 1922, Nakajima Tipe B-6 selesai, dan merupakan pesawat yang semuanya dibuat dari logam. Modelnya ditiru dari pesawat pengebom bersayap ganda Breguet 14 buatan Prancis.[4] Pada tahun 1931, Aircraft Research Laboratory diubah menjadi perseroan terbatas dengan nama Nakajima Aircraft Company. Pabrik baru seluas kira-kira 75.000 m² dibangun juga di kota Ōta, Prefektur Gunma.[3] Pembangunan selesai pada tahun 1931, dan diberi nama Pabrik Baru Ota, sementara pabrik lama disebut Pabrik Donryu.[3] Nakajima Aircraft siap memproduksi pesawat sipil dan militer secara besar-besaran.[3] Pada tahun 1938, Nakajima Aircraft terpilih sebagai pabrik yang dikelola oleh militer, dan kantor pusat dipindahkan ke Tokyo. Di berbagai daerah di Jepang, Nakajima Aircraft terus menambah fasilitas riset, lapangan terbang, dan pabrik pesawat. Selama perang, Nakajima memproduksi berbagai jenis pesawat militer, di antaranya pesawat tempur Nakajima Ki-27, Nakajima Ki-34, Nakajima Ki-43 Hayabusa, Nakajima Ki-44 Shōki, pesawat pengebom Nakajima Ki-49 Donryu, pesawat tempur malam Nakajima J1N Gekkou, pesawat pengebom torpedo Nakajima B6N Tenzan, dan pesawat tempur Nakajima Ki-84 Hayate.[3] Prototipe pesawat jet pertama Jepang, Nakajima Kikka bahkan sempat diterbangkan pada tahun 1945, sebelum Perang Dunia II berakhir.[3] Nakajima pernah tercatat sebagai pembuat pesawat utama di Jepang. Termasuk korps sukarelawan wanita, Nakajima pernah mempekerjakan lebih dari 250.000 pegawai.[5] Sebelum Perang Dunia II, Nakajima bahkan pernah memegang lisensi untuk memproduksi pesawat Fokker dan Douglas DC-2.[6][7] Seusai Perang Dunia II, Jepang dilarang memproduksi segala jenis persenjataan sehingga Nakajima Aircraft ditutup. Masih pada tahun 1945, perusahaan dihidupkan kembali sebagai Fuji Sangyo Co, Ltd. dengan akta pendirian sebagai perusahaan industri barang-barang keperluan damai.[3] Dari peralatan dan suku cadang peninggalan bekas perang, Fuji Sangyo berusaha menciptakan alat transportasi murah untuk keperluan warga sipil. Produksi pertama mereka adalah skuter pertama buatan Jepang bermerek Fuji Rabbit model S-1 pada Juni 1946.[3] Mesin yang dipakai berkapasitas 135 cc dengan roda depan berasal dari roda belakang pesawat pengebom Nakajima Ginga.[3] Skuter Fuji Rabbit dibuat setelah mempelajari skuter merek Powell yang dipakai tentara lintas udara Amerika Serikat.[8] Pada tahun 1950, Fuji Sangyo diizinkan untuk merencanakan pendirian perusahaan baru berdasarkan Undang-Undang Perbaikan dan Pembangunan Kembali (Kigyo Saiken Seibi-hō). Perusahaan lalu dipecah menjadi 12 perusahaan yang lebih kecil.[3] Pada tahun 1953, Fuji Heavy Industries didirikan, dan produksi pesawat terbang dimulai kembali.[3] Setelah Fuji Heavy Industries didirikan, 5 perusahaan penanam modal yang terdiri dari Fuji Kogyo, Fuji Jidosha, Omiya Fuji Kogyo, Utsunomiya Sharyo, dan Tokyo Fuji Sangyo, mulai berusaha melakukan merger dengan Fuji Heavy Industries.[3] Persetujuan merger keenam perusahaan disetujui pada tahun 1954, dan proses merger selesai pada tahun 1955.[3] Kenji Kita, CEO Fuji Heavy Industries yang pertama, menginginkan sebuah perusahaan otomotif, dan segera dimulai perencanaan membuat mobil dengan nama sandi P-1. Dari prototipe hingga selesainya mobil eksperimen P-1 hanya memakan waktu 1 tahun 4 bulan.[9] Seluruhnya ada 4 unit P-1 (satu di antaranya untuk tes bodi) yang selesai pada bulan Februari 1954. Pada bulan Maret tahun 1955, P-1 yang sudah dilengkapi mesin tipe L4-1, 4 silinder OHV 1485 cc selesai dibuat, dan tes jalan yang terakhir dilakukan pada 31 Maret 1955.[9] Pada waktu itu, P-1 adalah mobil Jepang pertama yang memakai bodi monokok, dan sekaligus mobil sedan teknologi tinggi.[10] P-1 dirancang sebagai mobil sedan berukuran kecil yang dapat memuat penumpang hingga 6 orang.[10] Seluruhnya ada 20 unit mobil eksperimen P-1 yang diproduksi, 11 unit di antaranya memakai mesin tipe FG4A, sementara 9 unit sisanya memakai mesin tipe L4-1.[9] Dari 20 unit P-1, 14 di antaranya dipakai sebagai mobil perusahaan di Fuji Heavy Industries sambil terus dilakukan tes.[9] Enam unit dijual dengan khusus untuk dijadikan taksi antara lain di kota Ōta, Isesaki, dan Honjō. Kira-kira 1 tahun, P-1 menjalani tes sambil dipakai mencari uang.[9] CEO Kenji Kita mengadakan sayembara memberi nama untuk mobil P-1 di kalangan karyawannya. Di antara usulan yang diberikan karyawannya terdapat nama-nama seperti "Bando Taro", "Panther", "Phoenix", namun tidak satu pun nama yang mengena di hati.[11] Pada akhirnya, CEO Kenji Kita menamakannya "Subaru", sebuah nama gugus bintang yang telah menjadi favoritnya sejak masa kecil.[11] Setelah selesai, P-1 dijadikan produk mobil Subaru yang pertama dengan nama Subaru 1500. Motorisasi JepangPada awal paruh kedua dekade 1950-an, memiliki mobil sendiri masih merupakan impian bagi sebagian besar rakyat Jepang. Kementerian Perdagangan dan Industri Jepang mengumumkan rencana pembuatan mobil rakyat yang sekaligus merupakan tantangan bagi industri otomotif Jepang untuk membuat mobil rakyat yang dijual dengan harga tidak mahal. Pada 3 Maret 1958, Fuji Heavy Industries mengumumkan produk berupa mobil Subaru 360 bermesin 356 cc yang mendekati standar mobil rakyat. Subaru 360 adalah mobil dua pintu yang sekaligus mobil pertama yang tergolong mobil kei. Mobil berkapasitas 4 orang ini adalah mobil kei pertama yang memakai mesin belakang penggerak roda belakang. Setelah adanya Subaru 360, mobil pribadi sudah menjadi barang terjangkau bagi kebanyakan orang Jepang.[12] Kapasitas mesin Subaru 360 ditingkatkan menjadi 423 cc, dan dipasarkan sebagai Subaru 450 mulai 14 Oktober 1960. Versi wagon dua pintu mulai dipasarkan pada Agustus 1963 sebagai Subaru 360 Custom, dan hanya disebut Subaru Custom sejak September 1967. Versi Subaru 360 karburator ganda dipasarkan pada November 1968 dengan nama Subaru Young SS.[13] Sedan empat pintu Subaru 1000 pertama kali diperkenalkan pada tahun 1966. Subaru 1000 adalah mobil Subaru pertama yang menggunakan teknologi mesin flat dengan tata letak mesin depan penggerak roda depan yang masih populer hingga kini bersama-sama dengan sistem penggerak 4 roda. Suku cadang penting bagi mobil bermesin depan penggerak roda depan berupa double offset joint (salah satu jenis CV joint) dikembangkan bersama Toyo Bearing (NTN) untuk dipakai pada Subaru 1000. Mobil-mobil kecil di seluruh dunia yang memakai mesin depan penggerak roda juga ikut menggunakan double offset joint sejak tahun 1970-an. Dari tahun 1958 hingga 2008, memproduksi berbagai jenis mobil, termasuk P-1 (1954), 360 (1958), Sambar (1961), 1000 (1966), R-2 (1969),[12] Rex (1972) dan Leone (1971), BRAT (1978),[14] Alcyone (1985), Legacy (1989), Impreza (1993), Forester (1997), Tribeca (2005), dan Exiga (2008). Olahraga otomotifDalam seri reli dunia World Rally Championship antara tahun 1980 dan 1989, Subaru Rally Team Japan dipimpin oleh Noriyuki Koseki (pendiri Subaru Tecnica International STI). Mobil yang dipakai adalah Subaru Leone coupé, sedan DL, RX (SRX), dan RX Turbo. Pengemudi dari tim Subaru di antaranya Ari Vatanen, Per Eklund, Shekhar Mehta, Mike Kirkland, Possum Bourne, dan Harald Demut. Dalam Safari Rally 1986, Mike Kirkland menduduki urutan ke-6 dan tampil sebagai pemenang Grup A. Pada tahun itu hanya satu-satunya pabrikan yang memadukan 4WD dan mesin turbo. Tim Subaru bersama Prodrive dibentuk pada tahun 1989. Subaru mengganti tipe mobil yang dipakainya menjadi Legacy RS untuk musim reli 1990 dengan pengemudi asal Finlandia Markku Alén.[15] Alen bertahan dengan tim Subaru hingga musim reli WRC 1991. Kesuksesan yang pernah diraih Alen di antaranya posisi ke-4 dalam Rally Finland 1990 (1000 Lakes Rally), dan tempat ke-3 dan ke-4 pada tahun 1991.[15] Pada musim reli WRC 1992, Subaru hanya mengikuti 7 dari 14 ajang WRC. Pengemudi yang diturunkan pada tahun 1992 adalah Ari Vatanen bersama navigator Bruno Berglund, serta Colin McRae bersama navigator Derek Ringer.[16] Keduanya berhasil masuk finis di tempat kedua.[16] Pada tahun 1993, tim Subaru dengan Legacy RS untuk pertama kalinya mengikuti semua ajang World Rally Championship dalam musim reli 1993, dan untuk pertama kalinya menang dalam reli WRC di Selandia Baru. Tim Subaru pernah ikut serta dalam Acropolis Rally di Yunani, Safari Rally, Rally of the Thousand Lakes, serta kejuaraan reli di Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru.[17] World Rally Championship tahun 1993 sekaligus merupakan reli terakhir dengan Legacy RS. Subaru Impreza telah mulai dipasarkan pada tahun 1992. Direktur operasi tim Subaru, David Lapworth dan insinyur-insinyur Prodrive telah mengetahui layout chasis dan desain Impreza cocok untuk mobil reli tim Subaru yang baru. Impreza mulai dipakai pada World Rally Championship 1994 dengan pengemudi Carlos Sainz, Colin McRae, dan Possum Bourne, dan berhasil menang enam kali.[17] Versi modifikasi dari Impreza WRX dan Impreza WRX STI telah sukses dipakai dalam reli-reli. Bersama Subaru World Rally Team, pengemudi Colin McRae, Richard Burns, dan Petter Solberg telah memenangi gelar Drivers' champions, masing-masing pada tahun 1995, 2001, dan 2003. Subaru juga memenangi Constructors' champions selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 1995 hingga 1997. Mobil-mobil Subaru disiapkan dan dioperasikan oleh tim olahraga otomotif Inggris Prodrive. Sejumlah rekor ketahanan mobil juga pernah dipegang oleh Subaru Legacy pada awal hingga pertengahan 1990-an. Walaupun hanya untuk waktu singkat, Subaru pernah ikut serta dalam musim balapan Formula Satu tahun 1990 setelah dibelinya saham tim Coloni dari Italia oleh Subaru. Mesin 12 silinder Coloni 3B yang sebelumnya dirancang oleh perusahaan Italia Motori Moderni memiliki kesamaan dengan mesin boxer Subaru, dan diberi label sebagai mesin Subaru. Mobil F1 Subaru terlalu berat dan mesin kurang bertenaga sehingga kerja sama Subaru dengan Coloni bubar sebelum musim balapan berakhir.[18] Setelah mengikuti World Rally Championships selama 19 tahun, dan memenangi enam gelar juara, Subaru pada 16 Desember 2008 mengumumkan tidak akan mengikuti World Rally Championships 2009. Krisis ekonomi global dinyatakan sebagai alasan pengunduran diri Subaru dari WRC.[19][20] Tidak cuma Reli saja tetapi ada yang Formula E yang mampu untuk olahraga. Formula E dari tim Subaru Motorsport tim ini juga berwarna biru berbintang kuning. Subaru di IndonesiaSubaru sudah dipasarkan di Indonesia sejak awal tahun 1970-an dengan model Subaru Leone sedan 1400 DL, Coupe 1600 GSR, mobil kecil atau city car Subaru Rex, serta pick-up mini dengan mesin 550 cc. Dalam Rally of Indonesia tahun 1995, Subaru berpartisipasi dengan model Subaru Impreza WRX 555 dan tampil sebagai juara umum dengan pereli asal Skotlandia, Colin McRae. Beberapa pereli lain dari dalam dan luar negeri juga menggunakan Impreza dalam kejuaraan tahun 1995-1997. Subaru kembali dipasarkan di Indonesia oleh General Motors antara tahun 2001 dan 2004, dengan model Subaru Impreza 2.0 WRX dan Subaru Forester. Setelah itu, Subaru resmi dipasarkan oleh Motor Image anak perusahaan Tan Chong International Limited, sebuah kelompok perusahaan yang diperdagangkan di Bursa Saham Hong Kong. Motor Image sukses menjual Subaru di Singapura, dan kini telah memiliki kantor cabang di Republik Rakyat Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Filipina, Taiwan, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.[21] Selain Impreza dan Forester, mobil Subaru yang tersedia di Indonesia adalah R1 dan R2 city car, Subaru Outback station wagon kelas atas untuk segala medan, dan produk terbarunya yaitu Subaru Exiga MPV berkapasitas 7 tempat duduk. Namun, karena adanya unsur penggelapan pajak, yang dimaksudkan adalah Subaru menganggap semua mobilnya adalah 2WD sedangkan semua mobil mereka adalah AWD oleh PT. Motorimage Indonesia, Subaru resmi minggat dari pasar Indonesia. Kemudian pada 2021 mereka mengumumkan kembalinya ke pasar Indonesia dibawah naungan PT. Plaza Auto Mega Group, dan pada 2022 memasarkan Subaru Forester generasi ke-5 sebagai mobil comeback pertama nya dan kemudian disusul oleh Subaru XV generasi ke-2 & BRZ pada gelaran GIIAS 2022. Model
Referensi
Pranala luar
|