Sturmgeschütz III
Meriam serbu Sturmgeschütz III (StuG III) adalah kendaraan tempur lapis baja yang paling banyak diproduksi di Jerman selama Perang Dunia II, dan kendaraan tempur lapis baja Jerman jenis apa pun yang paling banyak diproduksi setelah kendaraan setengah roda rantaiSd.Kfz. 251. Kendaraan ini dibangun di atas sasis Panzer III yang sedikit dimodifikasi, menggantikan kubah dengan superstruktur tetap lapis baja yang dipasangi meriam yang lebih kuat. Semula dimaksudkan sebagai meriam serbu bergerak untuk bantuan tembakan langsung untuk infanteri, StuG III terus dimodifikasi, dan seperti kendaraan Jagdpanzer kemudian, digunakan sebagai penghancur tank. SejarahSturmgeschütz berasal dari pengalaman Jerman dalam Perang Dunia I, yang menemukan bahwa, selama serangan di Front Barat, infanteri tidak memiliki sarana untuk menyerbu perbentengan secara efektif. Artileri pada zaman itu terlalu berat dan tidak cukup gesit untuk mengimbangi laju infanteri yang maju untuk menghancurkan bunker, perkubuan, dan benteng kecil lainnya dengan tembakan langsung. Meskipun masalah ini terkenal di kalangan tentara Jerman, Jenderal Erich von Manstein-lah yang dianggap sebagai bapak Sturmartillerie (artileri serbu). Usulan awal adalah dari von Manstein dan diserahkan kepada Jenderal Ludwig Beck pada tahun 1935, menyarankan bahwa unit Sturmartillerie harus digunakan dalam peran dukungan tembakan langsung untuk divisi infanteri. Tanggal 15 Juni 1936, Daimler-Benz AG menerima perintah untuk mengembangkan kendaraan pendukung infanteri lapis baja yang mampu memasang artileri kaliber 7,5 cm. Suprastruktur kasemat yang terintegrasi penuh pada dudukan meriam memungkinkan cakupan tembak terbatas sebesar 25° dan memberikan perlindungan di atas kepala untuk kru.[4] Ketinggian kendaraan tidak melebihi rata-rata prajurit. Daimler-Benz AG menggunakan sasis dan roda gigi tank medium Panzer III yang termasuk baru sebagai dasar kendaraan. Pembuatan purwarupa diteruskan ke Alkett, yang menghasilkan lima purwarupa pada tahun 1937 berdasarkan sasis Panzer III Ausf. B. Purwarupa ini memiliki superstruktur baja ringan dan meriam 7,5 cm StuK 37 L/24 laras pendek Krupp. Kendaraan versi produksi dengan meriam ini dikenal sebagai Gepanzerte Selbstfahrlafette für Sturmgeschütz 7.5 cm Kanone Ausführung A bis D (Sd.Kfz.142). Sementara StuG dianggap sebagai artileri swagerak, tidak jelas kecabangan tempur mana dari Angkatan Darat Jerman yang akan mengoperasikan kendaraan baru tersebut. Panzerwaffe (korps lapis baja), pengguna alami kendaraan tempur beroda rantai, tidak memiliki sumber daya cadangan untuk pembentukan unit StuG dan begitu pula dengan korps infanteri. Disepakati bahwa StuG paling baik digunakan sebagai bagian dari kecabangan artileri. StuG diorganisir menjadi batalyon (kemudian berganti nama menjadi "brigade" untuk tujuan disinformasi) dan mengikuti doktrin mereka sendiri. Dukungan infanteri menggunakan tembakan langsung adalah peran yang dimaksudkan untuk unit ini. Kemudian, ada juga penekanan kuat pada penggunaannya sebagai senjata antitank. Karena StuG dirancang untuk mengisi peran tempur dukungan jarak dekat infanteri, model awal dilengkapi dengan meriam StuK 37 L/24 howitzer berkecepatan rendah, sama seperti versi paling awal dari Panzer IV dengan kubah. Peluru berkecepatan rendah dibuat dari baja tipis dan membawa muatan bahan peledak yang besar, untuk menghancurkan target berzirah lunak dan perbentengan. Peluru seperti itu tidak dapat menembus zirah kendaraan lain dengan baik. Setelah Jerman menghadapi tank KV-1 dan T-34 Soviet, StuG pertama -tama dilengkapi dengan meriam utama berkecepatan tinggi 7,5 cm StuK 40 L/43 (musim semi 1942) dan pada musim gugur 1942 dengan meriam yang sedikit lebih panjang, 7,5 cm StuK 40 L/48. Meriam berkecepatan tinggi ini sama dengan yang dipasang pada Panzer IV untuk penggunaan antitank, tetapi dinding baja peluru berkecepatan tinggi lebih tebal sehingga bahan peledak yang dibawa jauh lebih sedikit dan memiliki efek ledakan yang terlalu kecil untuk digunakan melawan infanteri atau perbentengan. Versi ini dikenal sebagai 7.5 cm Sturmgeschütz 40 Ausf. F, Ausf. F/8 dan Ausf. G (Sd.Kfz.142/1). Dimulai dengan StuG III Ausf. G mulai Desember 1942, senapan mesin MG34 7,92 mm dapat dipasang pada perisai di atas superstruktur untuk perlindungan anti infanteri tambahan. Beberapa model F/8 dilengkapi dengan perisai juga. Senapan mesin koaksial tambahan 7.92mm MG34 mulai muncul pada tahun 1944 dan menjadi standar pada semua produksi kendaraan ini pada tahun yang sama. Kendaraan dari seri Sturmgeschütz lebih murah dan lebih cepat untuk dibuat daripada tank Jerman kontemporer. Dengan biaya 82.500 RM, StuG III Ausf G lebih murah daripada Panzer III Ausf. M, yang berharga 103.163 RM. Ini terjadi karena penghilangan kubah meriam, yang sangat menyederhanakan pembuatan dan memungkinkan sasis untuk membawa senjata yang lebih besar. Pada akhir perang, ~11.300 StuG III dan StuH 42 telah diproduksi.[5] PenggunaanKendaraan seri Sturmgeschütz III terbukti sangat sukses dan bertugas di semua lini, dari Rusia hingga Afrika Utara dan Eropa Barat hingga Italia, sebagai meriam serbu dan penghancur tank. Karena siluetnya yang rendah, StuG III mudah disamarkan dan disembunyikan dan merupakan target yang sulit untuk dihancurkan. Mulai 10 April 1945, ada 1.053 StuG III dan 277 StuH 42 dalam militer Jerman. Produksi meriam serbu StuG hemat biaya dibandingkan dengan produksi tank Jerman yang lebih berat seperti Tiger I dan Panther, meskipun sebagai meriam antitank StuG paling bagus digunakan untuk peran pertahanan karena tidak adanya kubah berputar dan zirahnya yang umumnya tipis, tidak cocok untuk peran penyerangan. Ketika situasi militer Jerman semakin memburuk di penghujung perang, lebih banyak StuG yang diproduksi daripada tank, terutama karena kemudahan produksinya. Di Italia, Sturmgeschütz sangat dihargai oleh kru yang melawan kendaraan lapis baja Sekutu, tetapi dirundung oleh ketidakandalan mekanis, khususnya unit penggerak yang rentan rusak. Kotak kecil di atas penutup roda rantai yang biasanya dipasang di geladak mesin, berisi peralatan merawat roda rantai.[6] Pada tahun 1943 dan 1944, Angkatan Darat Finlandia menerima 59 StuG III Ausf. G dari Jerman dan menggunakannya untuk melawan Uni Soviet. Tiga puluh kendaraan diterima pada tahun 1943 dan dua puluh sembilan lagi diperoleh pada tahun 1944. Tumpak (batch) pertama dari tahun 1943 menghancurkan setidaknya delapan puluh tujuh tank musuh dengan kerugian hanya delapan StuG (beberapa di antaranya dihancurkan oleh kru mereka untuk mencegah penangkapan musuh).[7] Tumpak selanjutnya dari tahun 1944 tidak terlibat dalam pertempuran manapun. Setelah perang, StuG adalah kendaraan tempur utama Angkatan Darat Finlandia hingga awal 1960-an ketika Finlandia mulai memensiunkannya. StuG ini mendapat julukan "Sturmi" di militer Finlandia, yang dapat ditemukan di beberapa kit model skala plastik. 100 StuG III Ausf. G dikirim ke Rumania pada musim gugur 1943. StuG III ini secara resmi dikenal sebagai TA (atau TA T3 untuk menghindari kebingungan dengan TA T4 (Jagdpanzer IV) dalam inventaris mereka. Pada Februari 1945, 13 unit masih digunakan dalam Resimen Lapis Baja ke-2. Tak satu pun dari tumpak awal ini selamat dari perang.[8] Tiga puluh satu TA berada di inventaris militer Rumania pada November 1947. Kebanyakan dari unit-unit itu mungkin adalah StuG III Ausf. G dan sejumlah kecil Panzer IV/70 (V) (sama seperti TA T4). TA ini dipasok oleh Tentara Merah atau unit yang rusak diperbaiki oleh Tentara Rumania.[9] Semua peralatan Jerman telah dipensiunkan dari dinas pada tahun 1950 dan akhirnya dibesituakan empat tahun kemudian karena keputusan tentara untuk hanya menggunakan kendaraan lapis baja Soviet. StuG III juga diekspor ke negara-negara lain yang bersahabat dengan Jerman, termasuk Bulgaria, Hungaria, Italia, dan Spanyol. Hungaria menerjunkan StuG III-nya melawan pasukan Soviet saat mereka menginvasi negara mereka pada akhir tahun 1944 hingga awal tahun 1945. Seperti Hungaria, Bulgaria juga menerima beberapa StuG dari Jerman tetapi hampir tidak ada yang digunakan untuk melawan Soviet, negara yang telah mengakhiri aliansi dengan Jerman dengan beralih ke Sekutu sebelum Soviet menyerbu. Pasca-Perang Dunia II, StuG III digunakan untuk waktu yang singkat sebelum diubah menjadi penempatan senjata tetap di Garis Krali Marko di perbatasan dengan negara tetangga Turki. StuG III juga diberikan kepada Milisi Ustashe pro-Jerman di Yugoslavia, yang sebagian besar di\rebut di Yugoslavia oleh partisan Yugoslavia Tito selama dan setelah perang, seperti halnya kendaraan lain yang sebelumnya dioperasikan Jerman. StuG III ini digunakan oleh Tentara Rakyat Yugoslavia sampai tahun 1950-an ketika mereka menggantinya dengan kendaraan tempur yang lebih modern. Spanyol menerima sejumlah kecil (sekitar 10) StuG III dari Jerman selama Perang Dunia II, kemudian dijual ke Suriah antara 1950 dan 1960. Italia menerima jumlah terkecil StuG III yang didistribusikan Jerman dalam perang, hanya 3 unit. Setelah Perang Dunia Kedua, banyak StuG III Jerman yang ditinggalkan di banyak negara Eropa yang diduduki Jerman selama tahun-tahun perang, seperti di Cekoslovakia, Prancis, Norwegia, dan Yugoslavia. Uni Soviet juga merebut ratusan StuG eks-Jerman, sebagian besar disumbangkan ke Suriah. Senapan mesin Breda-SAFAT 12,7 mm Italia yang diambil dari Fiat G.55 Suriah dipasang di kupola komandan dengan dudukan anti-pesawat baru.[10] Suriah terus menggunakan StuG III bersama dengan kendaraan tempur lapis baja surplus perang lainnya yang diterima dari Uni Soviet atau Cekoslovakia (bervariasi dari Panzer IV berlaras panjang (model akhir) dan T-34-85) selama 1950-an dan hingga Perang Perebutan Air melawan Israel pada pertengahan 1960-an. Pada saat Perang Enam Hari pada tahun 1967, banyak dari StuG III telah dihancurkan, dilucuti untuk suku cadang, dibuang atau ditempatkan di Dataran Tinggi Golan sebagai perkubuan. Beberapa tetap dalam pelayanan sampai Perang Yom Kippur pada tahun 1973.[10] Tidak ada yang tetap beroperasi hari ini. Beberapa StuG III Suriah berakhir di tangan Israel dan telah menjadi tugu peringatan perang atau dibiarkan berkarat di bekas medan perang. Pengguna
Lihat pulaTank dengan peran, kinerja, dan era yang sebanding
Referensi
Pranala luar
|